12. dua belas

31 6 0
                                    

Pagi baru tiba, senja sudah siap dengan seragam nya kini,gadis itu nampak memoles lipstik pada bibirnya yg memucat.

"Udah"

Senja berbalik kala naufal menyuarakan suaranya, senja mengangguk berjalan meraih tangan naufal.

Sepanjang keluar dari rumah sakit ini senja hanya memandangi naufal yg menatap depan, sampai tak sadar mereka sampai di parkiran yg sudah di tunggu rose dan 2 pemuda lain nya.

"Setelah itu kembali ke rumah sakit ya sayang" ujar rose di angguki senja.

"Tante titip senja ya" lanjut rose pada 3 pemuda itu.

"Senja pergi ya Bun... Dadaah" lambaian tangan senja membuat rose hanya bisa tersenyum.

⛄⛄⛄

Mobil hitam itu memasuki parkiran, dengan erlang yg menyetir dan Radit di sampingnya, mobil berhasil masuk ke deretan mobil lain nya.

Murid mulai keheranan karna mobil itu belum pernah masuk ke sekolah ini, tak lama erlang dan Radit keluar, erlang membukakan pintu dengan mengulur kan tangan nya

Murid mulai penasaran karna 3 pemuda itu keluar bersamaan dan erlang yg membuka pintu dengan mengulurkan tangan nya.

Dari dalam tangan putih itu menggapai tangan erlang yg dingin, kaki pucat dengan sepatu putih itu menapak pada aspal sepenuhnya,di susul oleh seorang gadis yg lama tak terlihat kini kembali bak seorang putri.

"Sakit ga?" Tanya Radit tiba tiba dengan tangan yg awalnya terjulur untuk menutupi atas mobil agar senja tak kejedot.

"Sedikit" sahut senja lirih menunduk menahan sakit di kepalanya.

"Yakin mau lanjut?" Kali ini naufal membersihka rambut yg rontok di pundak gadis itu.

"Yakin"

Mereka kembali berjalan dengan tangan senja setia di papah oleh erlang,mereka memasuki koridor dan tepat berpapasan dengan Bayu, langit, dan viona yg ada di antara keduanya.

Mereka sama sama berhenti membuat keadaan ikut sunyi, para murid sedikit bingung dan was was melihat mereka.

"Hay" sapa senja.

"Senja...Lo kemana aja?" Tanya langit membuat senja terkekeh.

"Lo udah ga sedingin terakhir kita ketemu ya Lang?" Langit diam mendengar senja berbicara.

"Kemana aja Lo sama bunda? Puas ngerebut bunda viona?" Ujar Bayu membuat senja menatapnya.

Bisik bisik mulai terdengar di sana.

"Kemana pun senja, Lo ga perlu tau" ujar erlang menatapnya Tajam.

"Gue perlu tau, dia...."

"Adik Lo?" Ucapan Bayu terpotong oleh naufal.

"15 tahun Lo selalu kaya gini bang, gue cape dengernya" lanjut naufal.

"Gue pengen duduk" senja mengeluh karna kakinya sulit untuk menopang tubuhnya.

Erlang menggendong nya ala bridal style berjalan menuju kelas mereka Radit sibuk mencari tisu yg di bawanya, tapi hilang entah kemana. Naufal lebih dulu menyusul erlang.

"Anjing di mana si tisu nya" ujar Radit dengan mulai berjalan walau terus mencari tisu yg di bawanya.

Sampai di kelas erlang mendudukan senja dan menghapus keringat yg bercucuran di dahi senja, padahal hari ini cuacanya bisa di bilang dingin karna gerimis.

"Lo ga papa kan?" Senja mengangguk mendengar erlang dengan ke khawatiranya.

"Udah Lo istirahat aja " senja mengangguk setuju.

Di kantin, mereka kini ada di kantin, setelah 1 jam pelajaran guru mengadakan rapat dadakan membuat mereka tak ada kegiatan memilih untuk pergi ke kantin.

Di sana mereka duduk satu meja dengan viona, langit, serta Bayu, bukan kenapa tapi semua meja penuh saat ini.

"Lo ga bawa obat Lo ja" kata Radit yg baru datang dengan tas kecil.

"Lupa... lagian gue udah ga papa" ujar senja dengan senyum nya kembali melahap kebab miliknya.

"Tapi ja...itu penting" ujar naufal ikut kesal dengan senja.

"Gue ga papa" senja menyumpal kebab pada mulut erlang kala pemuda itu akan mengucapkan sesuatu.

"Lagi?" Langit bertanya membuat senja menoleh ke Arahnya.

"Gimana keadaan nyokap Lo?" Bukan nya menjawab senja malah kembali bertanya.

"Baik...hari ini dia udah boleh pulang" sahut langit dengan menatap jarinya.

Senja mengangguk dia tau tentu saja soal Riana. Sebab selama senja di rumah sakit dia sering kali mengobrol dengan riana di taman rumah sakit, sembari membantunya terapi berjalan. Senja melakukan itu untuk Riana.

"Abang vio mau bakso" ujar viona di angguki Bayu.

"Vio aja yg beli yaahh" viona nampak menahan Bayu .

"Hati hati ya" peringat bayu setelah viona beranjak.

Tak lama viona kembali dengan nampan bakso dan es teh di tangan nya. Entah sengaja atau tidak viona menumpahkan bakso itu ke paha senja membuat gadis itu memekik kepanasan.

"Aakkhhh...."

Senja sontak berdiri membuat tanpa sengaja menyenggol viona hingga terjatuh di lantai.

Plak

Bugh

Tamparan mendarat di pipi senja di susul suara Bogeman yg langit layangkan untuk Bayu yg menampar senja.

"Senja" pekikan dari ketiga pemuda itu membuat langit dan Bayu sama sama menunjukan tatapan nya pada senja yg ada di pelukan erlang dengan pipi merah, dan darah yg terus keluar dari hidung gadis itu.

Erlang membawanya pergi di susul Radit, naufal menatap Bayu dan viona bengis.

"Kalau sampai senja ninggalin gue, dan kita semua, Lo.... Lo orang yg pertama gue buat nyesel bang" ujar naufal menunjuk Bayu dengan kasar.

" Dan kalo terjadi sesuatu sama senja, Lo .. gue ga akan lepasin Lo" lanjutnya menunjuk dengan tegas pada viona yg terkejut di bawah sana.

Naufal pergi sebelum itu dia sempat bersitatap dengan langit lalu berlari pergi menyusul erlang dan Radit.

Sampai di rumah sakit rose terkejut melihat senja kini, dia langsung panik hingga menangis tanpa suara, naufal memeluk rose yg terus menangis menenangkan wanita itu.

Naufal, Radit, maupun erlang, kini menyaksikan betapa baiknya hati rose, dia Begitu menyayangi anak tiri Tak membedakan anak kandung, walau dia acuh dengan viona bukan berarti dia tak menyayanginya.

Senja mulai diperiksa oleh dokter sedangkan di luar rose, Naufal, Radit, dan Erlang menunggu dengan cemas berita dari sang dokter.

Sedangkan di dalam senja tengah memohon kepada dokter akan sesuatu sang dokter awalnya bersikeras menolak tapi ketika senja mengantarkan sesuatu akhirnya sang dokter setuju dokter pun keluar pemberitahuan pada keluarganya tentang kondisi senja.

Langit Milik Senja (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang