17. tujuh belas

28 4 0
                                    

Setelah lama mereka bertarung dengan pelajaran pelajaran yg guru sampaikan, kini istirahat adalah hal yg tepat untuk mengisi kembali tenaga yg terkuras.

Bulan tersenyum melihat semangkuk mie ayam tersaji di depan nya, dia tersenyum girang dan mulai menuangkan sambel pada mangkuknya.

Tapi sebuah tangan menghentikan aktifitas nya, dia mendongak menatap tajam pada Erlang yg menahan tangan nya. Namun Erlang tak perduli, bahkan tak takut pada tatapan bulan.

"Erlang, apa yg Lo lakuin sebenernya sih" sentak bulan karna kesal di cueki Erlang.

"Menjauhkan sambel" singkatnya.

"Iya gue tau, tapi buat apa... Mau gue pake" ujar bulan kembali meraih sambel itu.

"Pengen" Erlang dengan sengaja menyangga kepalanya menutupi sambel yg kini ada di belakangnya karna pemuda itu menghadap bulan sepenuhnya.

"Aahh tau deh" bulan mulai menyuapkan makanan nya.

"Er... Lo ga lupa kan kalo dia bulan, bukan senja" ujar naufal membuat erlang tersentak lalu menatap naufal.

"Senja?" Bulan mengulangi nama senja dengan menatap heran pada Naufal.

"Erlang suka banget nyingkirin sambel buat senja lan. Biar dia ga sakit perut karna kebanyakan makan pedes " jelas Radit dengan terkekeh.

"Sok tau" sahut Erlang dengan sinis.

Bulan hanya membulatkan bibirnya lalu kembali makan tanpa terusik hal itu.

⛄⛄⛄

Esok paginya seperti biasa bulan siap dengan seragam nya, tapi hari ini entah angin apa langit memberinya pesan ingin menjemputnya.

"Bulan... Langit nih" teriakan dari rose membuat bulan terburu buru sampai melupakan jepit rambutnya yg miring.

"Iya bunda" bulan berlari menuruni tangga dengan tergesa gesa.

Hingga tanpa melihat dia menginjak tangga yg salah hingga terpeleset untung saja seseorang menahan pinggangnya.

Bulan membuka matanya lalu tersentak mendapati Erlang ada di sini menahan tubuhnya.

"Hati hati" bulan kembali ke posisi awal lalu mengangguk seolah tak terjadi apa apa.

"Kok Lo di sini?" Tanya bulan menunjuk Erlang.

"Jemput Lo, tapi udah ada langit" ujar erlang melirik seorang pemuda yg tengah mengobrol dengan rose.

"Sorry ya... Gue nunggu moment ini buat buktiin kalo dia beneran cinta sama senja atau enggak" ujar bulan pelan.

"Iya gue tau" Erlang berjalan ke kamar senja yg kini bulan tempati.

"E...."

"Biarin lan, Erlang udah biasa masuk kamar senja" ujar rose membuat bulan hanya pasrah.

"Berangkat?" Tanya langit kala bulan sampai di depan nya. Bulan mengangguk menyalimi tangan rose di ikuti langit lalu keduanya berangkat bersama dengan mobil yg sengaja langit gunakan.

Setelah kepergian langit dan bulan, Erlang turun dengan wajah datarnya. Rose menghela nafasnya kala Erlang mengulurkan tangan nya untuk salim.

"Dia bulan Erlang, kamu ga bisa terus terusan anggep dia senja. Kasian bulan" nasihat rose.

"Erlang tau Bun" pemuda itu menyahut setelah mencium punggung tangan rose.

"Tapi keduanya sama... Erlang ga tau" lanjutnya kala berjalan keluar tapi masih dapat rose dengar karna sepi.

Di mobil langit terjadi keheningan, bulan sibuk menatap jalan tanpa mau bersuara terlebih dahulu.

Tapi merasa mobil yg melambat lalu berhenti di pinggir jalan membuat bulan menoleh pada langit.

"Siapa Lo sebenernya" suasana mulai tegang kala langit mengeluarkan auranya.

"Gue bulan" sahut nya dengan santai seolah tak terpengaruh oleh aura menyeramkan langit.

"Lo bulan, atau senja yg berpura pura menjadi bulan?" Mata tajam itu menghunus ke tatapan mata safir milik bulan.

"Sekarang Lo tau, gue bulan bukan senja" langit menghela nafasnya kala menydarai perbedaan mata bulan dan senja.

Ya senja memiliki mat hanzel dengan pupil yg sedikit besar, sedangkan bulan memiliki warna mata yg unik yakni biru safir, tak terlalu jelas tapi lebih kecil dari milik senja.

"Lo beneran sayang sama senja ya?" Tanya bulan.

"HM... Tapi gue telat"

"Tapi Lo udah banyak sakitin dia, dari yg Naufal ceritain, Lo pernah pacaran sama adik senja? Viona? Itu artinya Lo nyakitin senja"

"Waktu itu gue emang pacaran sama viona, tapi gue cuma mau mastiin hati gue tapi gue salah, dan masuk ke permainan gue sendiri"

"Maksud Lo?"

"Gue awalnya ga suka sama senja, gue sengaja pacaran sama viona buat senja jauh, tapi gue jatuh ke permainan gue sendiri, gue baru sadar kalo dia berarti buat gue. Bahkan setelah gue tau jeslyn bakal kembali yg gue pikirin cuma nasib senja"

"Jeslyn? Jeslyn kanaya maharani?"

"Tau dari mana?"

"Bukan nya dia temen kecil senja?"

"Lo tau banyak soal senja, kalian ada hubungan apa?"

Bulan menyeringai diam diam.

"Di sahabat gue dari kecil, bahkan dari masih balita, kami terhubung satu sama lain, otomatis gue tau segalanya tentang senja.... Termasuk penyakitnya"

"Terus kenapa Lo ga ada saat dia sakit" skakmat. Saat ini bulan benar benar merasa senjata makan tuan.

"Satu hal yg perlu Lo tau, gue yg akan paling depan buat bikin kalian yg membuat senja semakin sakit, ikut merasakan apa yg senja rasain, target pertama gue viona... Jangan berharap untuk menghentikan aksi gue langit" ujar bulan melepas sabuk pengamannya.

"Atau Lo benar benar kehilangan senja Lo" lanjutnya lalu keluar dan masuk ke sebuah mobil yg tepat berhenti di depan mobil langit.

Langit masih terdiam belum mengerti maksud dari ucapa bulan, merasa tak penting langit putuskan untuk mengabaikan saja, walau hatinya berkata bulan akan benar benar Menjalan kan dendamnya.

Langit Milik Senja (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang