Part 6

954 68 2
                                    

Suara Isak tangis mengganggu pendengarannya ketika Haechan baru saja membuka pintu kamarnya untuk pergi ke dapur

Saat ini sudah jam setengah dua pagi. Haechan terbangun dari tidurnya karena merasa terusik dengan tenggorokannya yang kering

Dengan rasa penasaran yang tinggi Haechan berjalan pelan-pelan menuju dapur

Suara isakan itu semakin jelas terdengar hingga akhirnya ia menemukan Renjun yang sedang duduk di meja makan sambil menyembunyikan wajahnya di atas lipatan kedua tangan

Pemuda itu masih terisak dengan punggung yang bergetar.

Haechan berdiri mematung menatap sosok yang sedang menangis itu dendam tatapan sendu

Melihat temannya dalam kondisi seperti ini tentu membuat hatinya ikut sakit melihatnya

Haechan berjalan mendekat lalu mengelus punggung bergetar itu dengan lembut, Haechan menyadari pemuda itu sedikit terkejut dengan kehadirannya

"Menangislah sampai puas agar perasaanmu lebih baik," ucap Haechan lembut

Ketika seseorang menangis jangan menyuruhnya berhenti karena disaat seperti itulah ia menumpahkan seluruh emosi yang terpendam dalam dirinya

Seseorang menangis bukan karena ia lemah tapi karena ia perlu untuk menumpahkan segala keluh kesah dan emosinya dalam bentuk air mata

Kata siapa cowok tidak boleh menangis?, Yang memiliki perasaan bukan hanya perempuan, yang memiliki air mata bukan hanya perempuan, dan yang bisa menangis bukan hanya perempuan

Lalu ketika mereka menangis apakah mereka adalah orang yang lemah?, Tentu tidak, mereka juga punya emosi, punya masalah yang mungkin tidak bisa mereka ceritakan yang membuat perasaan mereka terasa penuh hingga membuat mereka harus meneteskan air mata

Tak semua laki-laki memiliki hati yang kuat ketika menyangkut keluarga mereka, jadi berhentilah menganggap laki-laki itu lemah hanya karena mereka meneteskan air mata yang mana semua itu adalah hal yang wajar untuk seorang manusia

Renjun juga manusia, dan saat ini ia sedang lelah, ia menangis menumpahkan seluruh isi hatinya yang mungkin tak seorangpun tahu

Haechan dengan setia mengelus punggung pemuda itu sampai tak terdengar lagi suara isakan yang begitu menyayat hati siapapun yang mendengarnya

Perlahan pemuda itu mengangkat kepalanya dengan mata yang memerah dan basah karena air mata

Haechan mengambil tissue lalu memberikannya pada Renjun lalu ia kemudian duduk di kursi sampingnya

"Kenapa kau bangun tengah malam seperti ini?" Tanya Renjun dengan suara serak

"Aku terbangun karena haus," jawab Haechan

"Lalu kenapa tidak minum?"

"Aku kemari untuk mengambil air tapi aku malah mendengar suara tangisan,"

"Maafkan aku,"

"Tidak perlu minta maaf, sesekali kita memang perlu mengeluarkan semua isi hati kita lewat tangisan,"

"Jangan katakan pada siapapun bahwa kau melihatku dalam keadaan seperti ini,"

"Kenapa harus menyembunyikannya?, Itukan hal yang wajar,"

"Aku tidak ingin yang lain menganggap aku lemah,"

"Setiap orang punya air mata untuk di keluarkan, apa menurutmu orang kuat tidak punya air mata?, eih mana mungkin mereka tidak punya."

"Haechan-a?" Panggil Renjun

"Kenapa kau menangis?" Tanya Haechan balik, ia tentu penasaran mengapa pemuda itu menangis tengah malam seperti ini

"Aku ingin memiliki keluarga seperti kalian dan orang-orang di luar sana," ucap Renjun lirih

"Apa maksudmu?,"

"Aku tidak punya keluarga Chan, ibu dan ayahku sudah meninggal saat aku masih kecil, lalu aku tinggal bersama kakek dan nenekku namun keduanya juga sudah meninggal, aku pindah ke asrama setelah nenekku di makamkan. Aku masih sedikit beruntung karena nenek meninggalkan cukup uang untuk aku membayar sekolah dan biaya asrama, tetapi aku juga barus bekerja paruh waktu untuk sedikit menambah tabunganku," jelas Renjun panjang lebar

Haechan tertegun, jadi sesulit ini kehidupan yang harus di hadapi oleh temannya ini, jadi selama ini Renjun selalu pulang terlambat ke asrama karena sebenarnya pemuda itu bekerja paruh waktu. Haechan bahkan pernah berfikir bahwa hidupnya lah yang paling sulit di dunia ini

Tidak punya ibu serta ayah yang terus memukulnya, namun meski begitu ayahnya masih berbaik hati memberikan ia uang jajan serta membayar biaya sekolah dan asramanya

Tidak seperti Renjun yang sekarang ini justru harus membiayai dirinya sendiri serta tidak punya keluarga untuk ia datangi

"Sekarang kau punya keluarga, kita berenam adalah keluarga barumu, kita akan selalu ada untuk membantumu kapanpun kau butuh, jangan sungkan," ujar Haechan lembut

Tidak ada yang bisa Renjun lakukan selain bersyukur karena orang-orang di sekitarnya peduli padanya

Meski belum setahun bersama, namun mereka saling menunjukkan betapa pedulinya mereka kepada satu sama lain

"Makasih ya Chan, aku beruntung di beri teman seperti kalian,"

"Bukan teman, kita adalah sahabat yang juga sudah menjadi keluarga, jadi kita harus bisa untuk saling menguatkan satu sama lain"

*****

Mark di buat terkejut dengan kehadiran ibunya di asrama sore ini sebab sang ibu tidak mengabari sebelumnya

"Apa yang ibu lakukan disini?" Tanya Mark dingin

Ia memang tidak begitu dekat dengan ibu dan ayahnya mengingat kedua orangtuanya adalah orang sibuk dan ia di tinggalkan di rumah bersama pengasuhnya

"Kau tidak rindu dengan ibu?" Tanya sang ibu

"Aku sudah terbiasa," balas Mark ketus

Mark saat ini duduk di ruang tamu bersama ibunya sedangkan yang lain hanya mengintip dari dalam ruang tengah

"Mark!" Panggil sang ibu

"Hmm,"

"Pulanglah kerumah, untuk apa kau berada di tempat seperti ini saat kau sendiri punya rumah yang lebih nyaman untuk kau tempati,"

"Kata siapa aku tidak nyaman disini?, Aku senang berada di sini karena aku punya teman untuk bercerita, untuk apa berada di rumah sebesar itu jika yang ada hanyalah kesunyian,"

"Mark, sudah saatnya kau belajar untuk meneruskan bisnis ayahmu, kau harus berada di rumah, ibu dan ayah sudah menyewa guru untuk mengajarimu tata cara berbisnis,"

"Aku tidak mau Bu, aku belum siap menjadi penerus ayah, dan lagi aku bahagia berada disini, aku merasa punya keluarga saat bersama mereka. Sedangkan saat aku berada di rumah aku justru merasa seperti anak yatim piatu yang di tinggalkan banyak harta,"

"Mark ibu mohon, kau adalah masa depan untuk perusahan kami, kau harus belajar sejak dini,"

"Tapi Mark tidak mau Bu,"

"Baiklah ibu beri kau waktu memikirkannya dulu, ibu dan ayahmu aman datang lagi beberapa Minggu ke depan,"

"Tidak perlu datang juga tidak masalah,"

"Siapa yang mengajarimu menjadi anak yang tidak sopan seperti itu?" Bentak sang ibu

"Tidak ada yang mengajariku, karena itu lah aku menjadi orang yang tidak sopan seperti ini. Ibu dan ayah terlalu sibuk dengan urusan pekerjaan, bahkan Mark tahu tidak setiap hari kalian bekerja kalian hanya menghabiskan waktu kalian berduaan di luar negeri sampai lupa kalian masih punya anak yang harusnya kalian didik,"

Setelah mengatakan itu Mark langsung pergi meninggalkan sang ibu yang terdiam meresapi ucapan sang anak

Dengan berat hati ia pergi meninggalkan asrama sang anak dengan perasaan bersalahnya

Ia merasa anaknya saat ini begitu dingin dan tak tersentuh.

Best Friend EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang