Part 5

1.1K 87 0
                                    

Seorang pemuda dengan wajah tampan dan tatapan dingin berjalan memasuki kelas tanpa peduli dengan keadaan sekitarnya yang ramai oleh siswa berlalu lalang

Pemuda itu terkenal cuek dan dingin, sangat jarang orang yang melihat ia tersenyum

Entah apa sebabnya, namun beberapa orang yang mengenal Jeno dari kecil pasti tahu kepribadian asli pemuda itu, dia bukanlah pria yang dingin dan cuek sebelumnya

Jeno duduk di bangkunya sambil mengeluarkan buku-buku dari tasnya, sebentar lagi bel masuk akan berbunyi

Tak lama seseorang menghampiri dan duduk di meja depan Jeno, membuat pemuda yang sedang sibuk itu menghela nafas kesal

"Apa yang kau inginkan?" Tanya Jeno dengan suara dingin

"Tidak ada, aku hanya ingin mengganggumu saja," ucap pemuda itu dengan seringainya

"Berhentilah mengganggu ku jika tidak ingin wajahmu babak belur sekarang," ucap Jeno geram karena ia selalu di ganggu oleh teman sekelasnya itu

"Coba saja kalau kau berani, mungkin besok kau tidak akan punya wajah untuk muncul lagi di sekolah ini," tentang pemuda bernama Guanlin itu

Jeno semakin geram di buatnya, selalu saja ia di ancam dengan kalimat yang dapat dengan muda membuat ia tidak bisa untuk memukul pemuda menyebalkan itu

Akhirnya jeno memilih diam dan membiarkan Guan berbicara sesukanya

"Ngomong-ngomong aku baru tahu ternyata anak dari orang yang ayahmu bunuh sekolah disini, sayang sekali aku tidak mengenalnya,"

Jeno masih diam meski dalam hati ia sudah cemas dan juga merasa was-was.

"Kau tahu kan apa yang akan terjadi jika aku mengatakan pada anak itu jika ayahnya di bunuh oleh ayahmu?, Dia pasti akan membencimu, dan tidak menutup kemungkinan dia akan membuatmu merasakan kehilangan seperti yang dia rasakan,"

Andai ia tidak di ancam mungkin Jeno saat ini sudah menyumbat mulut Guan dan memukul pemuda itu sampai puas

Telinganya terasa panas mendengar semua ucapan menyebalkan Guan namun ia hanya bisa diam dan menahan emosinya

"Berbicara denganmu membuatku haus, sekarang pergi dan belikan aku minum di kantin," perintah Guan yang membuat Jeno semakin kesal

"Beli aja sendiri," balasnya

"Wah udah berani ngebantah?, Sepertinya kau sudah tidak takut rahasia Ayahmu aku  sebar di sekolah ini,"

Jeno mengepalkan tangannya di bawa meja untuk meredam emosinya yang terus memuncak setiap kali Guan berbicara

"Oke Fine, tunggu disini,"

Dan Jeno akhirnya pergi untuk mencegah pemuda itu mengatakan hal-hal yang sudah berusaha Jeno tutupi selama ini

Tentang ayahnya yang terlibat dalam sebuah kasus pembunuhan

Sebenarnya tidak banyak orang yang tahu kasus itu dan Jeno berusaha agar tak seorang pun dari temannya di sekolah yang tahu

Ia bahkan pergi dari rumah dan tinggal di asrama hanya untuk menghindari orang-orang tahu bahwa dia adalah anak dari seorang pembunuh

Namun sial baginya karena salah satu teman sekelasnya adalah rekan bisnis ayahnya yang tidak terlibat dalam pembunuhan itu

Jeno tidak yakin ia bisa terus menutupi indentitasnya jika Guan terus mengancamnya seperti ini

Apalagi saat ini ia mendapatkan fakta baru bahwa ia satu sekolah dengan anak dari korban, Jeno tidak tahu apa yang akan ia lakukan jika Guan mengenali anak itu dan mengatakan semuanya

Best Friend EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang