Part 10

856 56 1
                                    

Sudah pukul sebelas malam namun Jaemin belum juga kembali ke Asrama, ingin menghubungi pun ponselnya tertinggal di Asrama.

Jeno yang sore tadi bertengkar dengan Jaemin pun hanya diam saja meski dalam hati ia berharap Jaemin segera pulang. Ia ingin meminta maaf atas sikapnya sore tadi.

"Jaemin mungkin menginap di rumah ibunya, gak usah terlalu di pikirin, dia bakal maafin kamu kok," ucap Haechan pada Jeno yang terlihat melamun. Mereka semua belum tidur dan masih duduk di ruang tamu.

"Semoga saja," balas Jeno

Tok tok tok

Terdengar suara ketukan pintu yang membuat keenam pemuda itu menoleh bersamaan.

"Siapa yang bertamu tenga malam begini?" Gumam Chenle

"Bukain gih, mungkin itu Jaemin," ujar Renjun

Haechan segera bangkit berjalan menuju pintu lalu membukanya. Seorang pria paruh baya berdiri disana dengan setelan kerjanya.

"Maaf tuan karena bertamu malam-malam begini, saya di perintahkan untuk mengambil seragam tuan muda Jaemin oleh nyonya." Ujar pria itu sopan

"Jaemin diamana?" Tanya Haechan balik

"Dia menginap di rumah ibunya tuan,"

"Oh baiklah, masuklah dulu biar saya ambilkan seragam sekolah Jaemin,"

"Tidak perlu, biar saya tunggu disini saja tuan,"

"Baiklah,"

Haechan segera masuk ke kamar dan mengambil seragam Jaemin dan memberikannya pada pria itu. Yang lain hanya menatap Haechan dengan tatapan bertanya.

"Siapa?" Tanya Mark

"Orang suruhan ibunya Jaemin,"

"Ngapain?"

"Ngambil seragam Jaemin, malam ini dia menginap di rumah ibunya,"

"Oh gitu, yaudah sekarang kita tidur, udah larut," ajak Mark yang di ikuti lainnnya.

******

Pagi ini kabar tentang ayah Jeno yang diduga melenyapkan salah satu rekan kerjanya menyebar luas di sekolah

Sejak pagi Jeno sudah mendapatkan beberapa perlakuan tidak mengenakan dari siswa-siswi yang percaya akan berita itu

Tanpa mencari tahu lebih lanjut Jeno sudah tahu siapa yang menyebarkan berita hoax itu. Jeno sekarang tidak merasa takut dengan berita yang akan muncul ke publik karena ia sudah tahu kebenaran dari kasus yang menimpa salah satu rekan ayahnya

"Anak seorang Pembunuh kok masih bisa ya berkeliaran disini tanpa merasa malu dengan kejahatan yang di lakukan ayahnya," sindir seorang siswa saat Jeno melintas di depan kelasnya

Jeno tak peduli, ia terus berjalan untuk pergi ke kelasnya, namun ia kembali mendapat serangan dari seseorang yang menyiramnya dengan air bekas pel. Jeno menghentikan langkahnya sambil mengusap wajahnya yang basah dengen emosi, seragam putih yang di kenakannya sekarang basah dan berwarna kuning kusam

"Keluarlah dari sekolah ini, kau hanya membuat nama sekolah kami menjadi kotor," ujar pemuda yang menyiramnya tanpa rasa kasihan

Jeno mengepalkan tangan dengan emosi yang sudah sampai ke pincak. Dengan amarah yang meluap ia memukul tembok di samping pemuda yang menyiramnya, seketika pemuda itu terdiam membeku di tempat. Keduanya berdiri berhadapan dengan posisi yang sangat dekat serta tangan Jeno yang masih berada di samping kepala pemuda itu

"Apa kau tahu fakta yang sesungguhnya sehingga mengatakan hal itu padaku?" Tanya Jeno atar dengan kilat amar yang nampak jelas di matanya

"A-aku me-melihat berita yang tertempel di mading pagi ini, itu membahas tentang ayahmu yang membunuh rekan kerjanya beberapa tahun yang lalu,"

"Ya aku tahu seseorang menempelnya di sana dan aku tahu siapa dia, dan perlu kau ketahui bahwa orang yang menyebarkan berita itu adalah anak dari pelaku sebenarnya, berhenti mengusikku atau ku buat kau menyesal," ujar Jeno, setelah itu ia memutar arah kembali keparkiran namun langkahnya terhenti saat ia melihat Jaemin berdiri tepat di hadapannya dengan seragam di tangannya

"Ganti pakaianmu, jika tidak kau akan masuk angin," ucap Jaemin sambil menyerahkan seragam sekolahnya pada Jeno

Jeno menerimanya dengan senyum simpul yang terpatri di wajahnya, "Thanks,"

"Ya, aku ke kelas dulu, segera ganti pakaianmu dan kembalilah ke kelas, jangan terlalu memikirkan tentang berita itu aku yakin kebenarannya akan segera terungkap dengan menyebarnya berita ini," ujar Jaemin kemudian menepuk pundak Jeno

"Terimakasih, dan untuk kejadian kemari aku minta maaf, ak-"

"Sudah tidak perlu di bahas, aku tahu kau sedang emosi, maaf juga karena telah memukulmu," potong Jaemin

"Ngomong-ngomong apa kau sudah membaca berita yang tertempel di Mading?" Tanya Jaemin

"Belum, tapi aku sudah menduga seperti apa isinya,"

"Ada hal yang mungkin di luar dugaanmu,"

"Apa?" Tanya Jeno penasaran

"Disana tertulis bahwa pria yang merupakan korban dalam kasus tersebut adalah ayah dari salah satu siswa disekolah ini, dan dia adalah Park Ji-Sung," Jelas Jaemin yang membuat Jeno cukup terkejut.

"I-itu artinya-,"

"Ya, kau harus segera mengungkapkan kebenaran dari kasus ini agar Jisung tau jika ayahmu tidak bersalah, untuk saat ini mungkin kau harus menghindari Jisung dulu sampai bukti yang ada padamu cukup untuk membuatnya percaya padamu,"

"Terimakasih telah memberikan saran yang berharga ini,"

"Kita adalah sahabat, jangan sungkan untuk datang padaku jika ada yang membebanimu, sekarang pergilah dan ganti pakaianmu, dan nanti sebaiknya kau tidak kembali ke asrama, tinggallah di rumah orangtuamu, aku harus ke kelas sekarang sebelum Jisung melihat kita,"

"Baiklah, aku akan mengganti pakaian dulu, sampai jumpa nanti,"

Keduanya lalu berpisah menuju tujuan masing-masing.

Disisi lain ada Jisung yang sekarang di buat syok dengan berita yang tertempel di Mading sekolah. Pemuda bertubuh tinggi itu saat ini masih berdiri depan Mading dengan tatapan kosong

Ia tak menyangka akan mendapatkan fakta mengejutkan sepagi ini. Sudah sangat lama ia dan kakaknya mencari tahu tentang penyebab dibalik meninggalnya sang ayah namun tak kunjung menemui titik terang seolah kasus itu di tutupi oleh seseorang, dan sekarang saat ia mulai menyerah kebenaran terungkap dengan sendirinya tanpa ia mencari tahu.

"Sedang apa Ji?" Tanya Chenle yang baru saja tiba

Jisung tak menjawab membuat Chenle penasaran apa yang baru saja Jisung baca dan dengan rasa penasaran yang tinggi ia mulai membaca isi dari selembar kertas yang baru saja di baca oleh Jisung

"Bagaimana mungkin?" Tanyanya dengan wajah Syok sama seperti yang di alami Jisung

"Mungkin saja," balas Jisung

"Kita tidak boleh langsung percaya dengan berita ini, kita harus mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu," ujar Chenle saat melihat kemarahan di mata Jisung

"Tidak langsung percaya katamu?, aku dan kakakku sudah mencari tahu kasus ini dari bertahun-tahun yang lalu dan aku tidak bisa menemukan apapun seolah kasus ini sengaja di tutupi orang lain, dan saat semua terungkap kau menyuruhku untuk tidak percaya?" Tanya Jisung marah

"Tidak seperti itu, kau harus mencari buktinya terlebih dahulu, aku yakin ada seseorang yang sengaja menyebarkan berita ini untuk memfitnah ayah Jeno Hyung,"

"Bukti apalagi?, aku sudah mencarinya kemana-mana dan tidak menemukan apapun, dan sekarang saat dalang dari kejadian itu terungkap kau menyuruhku untuk tidak memercayainya?, lebih baik kau tidak usah ikut campur urusanku Le," ujarnya kemudian pergi meninggalkan Chenle.

******















Sebelum lanjut Vote dulu yah,,,,,,,

Bisa kali sekalian follow aku eikee biar semangat updatenya✌️

Btw ini udah masuk di konflik ya, ada yang pengen penasaran lanjutannya gak?, kalau ada aku usahain update nanti atau besok deh

Best Friend EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang