Part 17

520 46 5
                                    

Chenle berjalan menyuri jalanan yang gelap dengan langkah tertatih, tujuannya saat ini adalah klinik yang letaknya lumayan jauh dari rumah. Tangannya sedikit menekan kain yang ia gunakan untuk menutupi lukanya yang lumayan dalam. Pemuda itu tampak pucat dengan nafas yang tersengal-sengal,mungkin ia kelelahan dan juga lumayan banyak kehilangan darah.

Sebelum kakinya menyentuh teras klinik, pemuda itu sudah terlebih dahulu jatuh pingsan membuat beberapa orang yang sedang membeli obat terkejut dan menghampiri pemuda malang itu.

"Sepertinya dia kelelahan dan kehilangan cukup banyak darah," ucap salah satu pria dewasa yang menghampiri Chenle. Pria itu memperhatikan wajah Chenle yang terdapat dua luka sayatan yang cukup dalam dan terus mengeluarkan darah.

"Ayo cepat bawa dia ke rumah sakit," ujar pria lainnya, pria tersebut berjalan menuju mobilnya dan membuka pintu belakang membiarkan beberapa orang lainnya mengangkat tubuh Chenle ke dalam mobil tersebut kemudian membawanya ke rumah sakit terdekat.

*****

Jisung berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya sambil terus mencoba menghubungi nomor ponsel Chenle yang sejak semalam tidak aktif serta pemuda itu yang tak kunjung kembali.

Saat ini hanya ada Jisung dan juga Renjun yang berada di asrama, yang lain sedang pergi ke rumah sakit sejak pagi karena hari ini mereka memang libur.

Sekarang jam sudah menunjuk pukul sepuluh pagi namun Jisung sama sekali belum keluar dari kamarnya. Pikiran pemuda itu sudah di penuhi dengan pikiran-pikiran negatif sebab semalam Chenle hanya pamit untuk membeli bahan-bahan untuk tugasnya namun tidak kembali. Tak hanya Jisung, yang lain pun sama khawatirnya namun keadaan Jaemin yang kembali drop pagi tadi membuat mereka panik dan tergesa menuju rumah sakit.

Saat sedang fokus memikirkan kemungkinan yang terjadi pada Chenle, ponselnya berbunyi menampilkan nama sang kakak sebagai menelfon.

"Hallo Hyung, ada apa?" Tanya Jisung segera setelah mengangkat panggilan itu.

"Datanglah kerumah, ibu ingin bertemu denganmu," ucap sang kakak di seberang sana dengan suara bergetar seperti menahan tangis dan Jisung menyadari itu.

"Kau menangis?, ada apa Hyung?" Tanya Jisung

"Tidak, datanglah segera, kami menunggumu," lalu panggilan pun berakhir

Jisung mengerutkan keningnya heran, tidak biasanya sang kakak berbicara dengan nada sedih seperti itu dan juga apa katanya tadi?, ibunya ada di rumah dan ingin bertemu dengannya?, Jisung semakin penasaran dan juga perasaannya tidak enak, sepertinya ada sesuatu yang terjadi. Jisung memasukkan ponsel kedalam saku celananya kemudian mengambil sebuah hody dan memakainya cepat. Pemuda itu berjalan keluar dari kamar. Keadaan di luar sangat sepi, sepertinya Renjun juga sudah pergi menuju rumah sakit.

Satu jam kemudian Jisung tiba di rumahnya namun pemuda itu tidak turun dari motornya segera. Ia duduk dan menatap rumahnya yang sudah ramai oleh orang-orang yang terus berdatangan dengan pakaian hitam dan juga Jisung bisa melihat ada bendera putih yang terpasang di depan rumahnya.

Setelah terdiam cukup lama akhirnya pemuda itu turun dari motor dan berjalan masuk dengan linglung, pikirannya kosong begitupun dengan tatapannya.

Orang pertama yang ia hampiri adalah sang kakak yang sedang menangis di samping sebuah peti yang didalamnya terdapat seorang wanita cantik tertidur dengan damai.

"Hyung," panggilnya dengan suara bergetar

Sang kakak yang melihat kehadirannya langsung memeluknya erat dan kembali menangis namun tidak dengan Jisung, jiwa pemuda itu seolah berada ditempat lain.

"Dimana ibu?, katanya ingin bertemu denganku," tanya Jisung sambil melepas pelukan sang kakak

"Kau bisa melihatnya sendiri disana," tunjuk sang Kakak pada peti jenazah

"Ini tidak lucu Hyung, dia bukan ibu, kau bilang ibu ingin bertemu denganku, dimana dia?, aku ingin bertemu dengannya, aku rindu pada ibu,"

"Ibu sudah meninggal Jie," ucap sang kakak terisak

"Tidak, berhentilah berbohong, ini semua tidak benar kan?, ibu masih hidup kan?, dimana dia?, di-dia masih hidup kan?, i-ini semua hanya becanda kan hyung?" Tanya Jisung bertubi-tubi dengan air mata yang akhirnya lolos dari pelupuk matanya. Pemuda itu menatap sang kakak, berusaha mencari kebohongan dari raut wajahnya namun nihil yang terjadi saat ini adalah sebuah kenyataan pahit yang harus ia hadapi.

Pemuda itu beralih menatap wajah wanita cantik yang terbaring dengan damai di dalam peti jenasah, pemuda itu mendekat menatap wajah sang ibu kemudian menangis maraung. Siapapun yang mendengar tangisannya pasti ikut merasakan sakitnya pemuda itu.

"Hiks i-ibu kenapa ninggalin Jie lagi?, dan sekarang ibu ninggalin Jie selamanya, Jie butuh ibu, jie gak mau ibu pergi hiks,"

Pemuda itu terus meraung mengucapkan kalimat-kalimat yang membuat orang-orang ikut
Menangis mendengarnya. Sang kakak kembali memeluknya sambil menangis.

Untuk kedua kalinya mereka kehilangan seseorang yang berharga dalam hidup mereka, kini mereka hanya memiliki satu sama lain untuk saling menguatkan. Satu-satunya wanita berharga yang mereka miliki kini kembali pada sang pencipta setelah mengalami kecelakaan saat ingin kabur dari rumah sakit jiwa.

*****





Best Friend EverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang