Prolog

160 23 0
                                    

Berada di acara pernikahan adalah hal yang bisa mendatangkan malapetaka bagi Dabin. Nanti kalian akan mengetahuinya sendiri, lebih baik menemani Dabin memakan berbagai makanan yang tersedia di acaranya.

Jenis makanannya sangat banyak sampai Dabin bingung sendiri mau memakan yang mana dulu, semuanya nampak menggoda di matanya.

Akhirnya setelah berpikir selama lima menit, Dabin memilih dimsum. Ekspresi wajahnya sangat menampakkan kalau Dabin sedang menikmati makanannya.

Waktunya dessert, Dabin mengambil Panna Cotta Chocolate with Strawberry Compote sebagai pencuci mulutnya. Rasanya sangat balance antara asamnya strawberry dan manis dari chocolatenya, Dabin menyukainya!

Fiuh, Dabin tidak boleh makan banyak-banyak, dia besok akan bertemu Kamden, perutnya tidak boleh mengembang sedikit. Kalau begitu, Dabin akan berpamitan ke Yeonhee dan Gyutae sebelum pulang.

"Dabin, hahaha," sapa Yeonhee. "Gue kira lo bakalan datang sama mas pacar. Eh, lo punya pacar, kan?" tanyanya.

"Punya, di Amerika, gue besok mau pindah ke sana." Dabin menunjukkan layar ponselnya, menunjukkan kelanggengannya bersama Kamden selama dua belas tahun.

"Ya ampun, Bee. Lihat, mereka sudah pacaran selama dua belas tahun." Yeonhee menunjuk wajahnya Kamden yang terpampang jelas di lockscreen dengan tatapan kagumnya. "Ini alasan lo kuliah sampai S3? Cuma karena nungguin Kamden?" tanyanya.

Dabin terkekeh kecil. "Iya, katanya Appa juga selagi belum menikah pastinya punya banyak waktu, kita harus mencari ilmu sejauh mungkin. Dan... Kanden belum tau tentang ini, hahaha."

"Lo cewe tangguh, sumpah." Yeonhee menepuk bahunya Dabin, lalu memberikan buket bunganya. "Semoga cepet nyusul, ya."

"Hati-hati juga, kadang cowo kayak gitu diem-diem red flag," ucap Gyutae sebagai peringatan.

Nah, ini yang Dabin sebut sebagai malapetaka. Dabin selalu saja ditakutkan dengan hal yang seperti itu ketika berpamitan pulang, kan rasanya jadi pengen ngambil kadonya lagi. :")

Bodo amat, Dabin pulang saja. Kalau dipikir-pikir, mau menikah atau belum, yang penting Kamden masih mencintainya. Dabin tahu Kamden sekarang sudah kaya raya dari hasil jerih payahnya sendiri, mungkin hanya tinggal mempersiapkan mental saja.

Itulah tujuannya Dabin pindah ke Amerika, secara tidak langsung dia akan meyakinkan Kamden kalau Kamden sendiri bisa menempuh dunia pernikahan bersamanya.

....

Beverly Hills, California

Kamden berbaring diatas kasurnya yang nyaman setelah bekerja lembur. Tubuhnya tidak ada tenaga untuk pergi ke kamar mandi, padahal Kamden inginnya sampai rumah langsung mandi, setelah itu istirahat supaya besok bisa menjemput Dabin di bandara. Ah, bodo amat sudah, mandinya besok saja sekalian.

isanghage neoreul bomyeon meottaero switch, ah~

Incoming call from 내꺼양<3....

Kamden yang ekspresi awalnya datar menjadi tersenyum melihat nama yang menelfonnya.

"Dabinieee, ada apa kok telfon?"

"Nggak papa, cuma kangen. Aku nggak sabar ketemu sama Kamden! Besok jadi jemput aku di bandara, kan?"

"Iyaa, jadi kok, masa aku tega biarin kamu naik taksi."

"Okeeeeng!"

"Tadi ke gereja nggak?"

"Iiihh, aku kan rajin ibadah setelah pacaran sama Kamdennnn! Habisini... spesialnya bisa berdo'a sambil pegangan tangan sama Kamden, kikiki...."

"Hahaha, Okay kalau gitu, sayang. Aku tidur du–"

Tuuuttt....

Eh, dimatikan. Kamden yakin ini Dabin lagi ngereog gara-gara dipanggil 'Sayang', hahaha, ada-ada saja Dabin ini, kan Kamden jadi semakin rindu, untung besok bertemu.

Kamden meletakkan ponselnya di meja sebelah kasurnya, matanya tidak sengaja melihat fotonya bersama Dabin ketika masih SMA dan Kuliah. Tidak ada yang berubah, hanya semakin dewasa dan sibuk saja sampai terkadang tidak ada waktu untuk keluarga dan Dabin.

Ini yang Kamden takutkan kalau dirinya menikah. Uang? Kamden sudah menjadi miliyuner, masalah uang sudah lebih dari cukup, rumahnya saja di Beverly Hills, mobilnya Range Rover dan mini cooper, semua barang yang dipakai juga tidak ada yang jelek. Mental? Belum sepenuhnya, Kamden takutnya setelah menikah nanti bukannya membuat Dabin bahagia malah membuatnya kesusahan.

Tanggung jawab sebagai suami sangat besar, entah Kamden bisa menjalankan tanggung jawab itu atau tidak, dia masih terlalu takut. Kamden hanya berharap Dabin mau menunggunya sampai siap saja.


[✔] Awkward 2 (Na Kamden) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang