Dabin keluar dari Gate International Arrival, matanya terus menerus melihat sekitar, namun tidak ada tanda-tanda keberadaannya Kamden. Dabin menghela nafasnya, pikirannya tidak bisa jernih karena kelelahan selama seharian perjalanan, padahal Dabin berekspetasi baru keluar dari gate langsung disambut dengan pelukannya Kamden.
Untung saja minggu lalu Kamden mengirimkan alamatnya, dengan begitu Dabin bisa langsung memesan taksi dan mengatakan alamat tujuannya.
Dabin menangis di dalam taxi, baru datang saja sudah seperti ini. Tapi, Dabin tidak boleh berpikir negatif dulu, masih ada hari esok dan esoknya lagi.
🏠🏠🏠🏠
Kamden membuka matanya, melihat matahari sudah berada di barat membuatnya terlonjak diatas kasur. Kamden beranjak dari kasurnya, gerakannya terhenti melihat Dabin sudah berada di depan pintu kamarnya menggunakan baju santai, yang berarti Dabin sudah datang sejak tadi.
"Dabin–"
Baru saja disapa, Dabin sudah pergi. Kali ini bukan bercanda, Dabin benar-benar marah. Kamden menggaruk kepalanya seperti orang frustasi sampai pada akhirnya memilih mandi terlebih dahulu. Kamden sudah tertidur selama 24 jam, tidak mungkin membujuk dan memeluk Dabin dengan bau kecut seperti ini.
Setelah mandi bebek selama sepuluh menit, Kamden langsung pergi mencari Dabin tanpa mengeringkan rambutnya. Syukurlah Dabin tidak pergi kemana-mana, hanya berada di ruang tamu rumahnya. Tanpa berpikir lagi, Kamden langsung menghampiri Dabin dan memegangi tangannya.
"Dabin, aku minta maaf, aku kemarin lembur, dua hari lebih nggak pulang. Tolong, kali ini aja maafin aku, ya?"
Dabin menepis tangannya Kamden dan mengusap air matanya. "Kamden jahaatt, harusnya kemarin bilang aja kalau nggak mesti bisa!"
"Maaf, Dabin. Aku kemarin sudah niat banget, bahkan antusias banget mau jemput kamu, ternyata malah bablas." Kamden mengusap air mata yang jatuh di pipinya Dabin. "Kita kan LDR-an selama enam tahun, nih. Selama dua hari kemarin aku selesaiin pekerjaan aku di perusahaan biar bisa nemenin Dabin terus selama disini, loh," bujuknya.
"Aku pindah kerja di Nat Geo America! Saking kangennya aku sama Kamden, aku minta pindah!"
Kamden terdiam mendengarnya, kejutan tidak terduga tahun ini! Astaga, Dabin ini kejutannya ada-ada saja. "Malam ini Dabin mau jalan-jalan atau istirahat?"
"Mau istirahat, mau cuddle sama Kamden."
Kamden tersenyum, "Okay, berarti malam ini makannya order, ya. Dabinie mau makan apa?" tanyanya.
"Mau dua Cheeseburger, French Fries large size, Coke float, Mcflurry Oreo collab with Cadburry, sama White Chocolate with Strawberry Pastry Pie," jawab Dabin sebagai pembalasan dendam karena Kamden tidak menjemputnya.
"Okay, aku pesenin dulu, ya. Sini pangku aku dulu." Kamden menggendong Dabin supaya duduk diatas pangkuannya dengan posisi Dabin duduk menyamping, jadi Kamden seperti menggendong bayi dalam posisi duduk.
Dabin memeluk lehernya Kamden, sesekali mengelus dan mencium pipinya juga. Kamden ini kalau masalah makanan untuk Dabin memang tidak main, waktu LDR saja setiap harinya tetap membelikan makanan untuk Dabin tersayang, terkadang juga ada bumbu romantis seperti makanan dan bunga mawar atau melati satu tangkai.
"Mana hair dryernya Kamden? Sini aku keringin dulu rambutnya."
"Ada di kamar, aku ambil dulu." Kamden menggendong Dabin ala bridal ke kamarnya. Sambil menunggu makanan, Dabin bisa mengeringkan rambutnya Kamden di kamar.
....
Kamden melongo melihat Dabin memakan semua makanannya, jadi curiga di pesawat tidak makan apa-apa. Tapi, selapar-laparnya sepertinya tidak akan sebanyak ini porsi makannya, pasti malah lebih cepat kenyang. Ah, sudahlah, biarkan saja, yang penting Dabin bahagia.
"Enak?" tanya Kamden basa-basi.
"Enaaakkk, sini Dabin suapin!" Dabin menyuapkan satu sendok Mcflurry ke mulutnya Kamden, tapi malah ditolak.
"Buat Dabin aja, aku sudah kenyang." Kamden mengambil sendoknya Dabin, lalu mengambil semua Mcflurry dan menyuapkannya kedalam mulutnya Dabin. Tinggal sedikit saja makannya lama, kan jadi gregetan. :")
"Kamden, boleh pinjam hapenya?" tanya Dabin secara tiba-tiba.
"Boleh, ini pakai aja." Kamden memberikan ponselnya, lalu membereskan semua bungkus makanannya Dabin ke dalam keresek, rencananya besok saja dibuang di mesin pembuangan sampah.
Kamden menoleh kebelakang, ternyata Dabin sedang selfie-selfie di ponselnya. Setelah mengambil beberapa, Kamden bisa melihat kalau Dabin seperti mengetikkan sesuatu, mungkin mengedit fotonya menjadi sesuatu. Kamden tidak masalah, sih, dia malah suka mengoleksi fotonya Dabin, itu bisa dijadikan wallpaper, lockscreen, foto profil, dll.
GREP!
"Kamdeeennn!" panggil Dabin sambil mengeratkan pelukannya. "Maaf ya aku sudah marah-marah nggak jelas."
Kamden terkekeh, dia berbalik badan dan memegang kedua bahunya Dabin. "Nggak masalah, aku juga minta maaf sudah ngingkarin janji."
Dabin mengangguk malu-malu seperti anak kecil, membuat Kamden lupa kalau Dabin ini sudah berumur 30 tahun.
"Karena sudah baikan, ayo kita olahraga!" Kamden menggendong Dabin seperti mengangkat karung beras secara tiba-tiba. Dabin yang merasakan itu refleks teriak dan tertawa, perutnya digelitik banyak sekali kupu-kupu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Awkward 2 (Na Kamden)
FanfictionKasih Kode ke Kamden itu susahnya minta ampun, yah, walaupun sebenarnya Kamden mengatakan hal yang membuat Dabin harus menunggunya dengan sabar.