Dubai

55 16 0
                                    

Kamden dan Dabin selesai berpamitan ke Chanyeol, Seungwan, Hanbin, dan Jeonghyeon yang akan memasuki pesawat lain. Setibanya di dalam pesawat, ekhem, pribadi milik Kamden, Kamden membiarkan Dabin masuk terlebih dahulu karena pastinya tempat duduknya Dabin yang letaknya di dekat jendela. Kamden juga memasangkan sabuk pengamannya Dabin, bucin sekali memang pangantin baru ini.

Supaya tidak merasa bosan, Kamden memeluk Dabin yang sedang melihat kearah jendela dan menompang kepalanya di bahunya Dabin. "Gimana perasaan kamu?" tanyanya.

"Seneeeeng, baru kali ini kita liburan bareng ke luar negeri, pake pesawat pribadinya Kamden pula!" seru Dabin.

"Punya kita." Kamden mengeratkan pelukannya, membuat kupu-kupu di dalam perutnya Dabin bertebangan menerima keuwuan dari Kamden.

Duh, Dabin jadi teringat scene-nya Fifty Shades Freed waktu Ana sama Christian mau bulan madu.

"Dabin nggak dingin?" tanya Kamden sambil mengusap pelan lengannya Dabin yang tidak ditutupi kain apapun, lagian tumben sekali Dabin memakai dress tanpa lengan, biasanya crop top sama celana pendek.

"Nggak, kan baru masuk musim gugur. Aku juga mau ubah style aku biar kelihatan kalau sudah menikah, tapi tetep kelihatan muda gitucchhh."

Kamden terkekeh mendengar ide barunya Dabin. "Kamu pakai apapun bakalan kelihatan imut," pujinya.

Sekali lagi, kupu-kupu di perutnya Dabin bertebangan semua. Kamden ini demen banget gangguin kupu-kupu di perut, kan geli!

"Dahlah, perut aku geli." Dabin memutuskan untuk menonton film, namun Kamden masih saja mengganggunya, kan tangannya Dabin gatel, jadi pengen pukul dadanya Kamden. "Rotinya tadi ada di mana?"

"Aku taruh di koper, hehehe." Kamden nyengir tanpa dosa, tidak tahu saja Dabin sudah tahan emosi mendengarnya. Emang paling benar urusan packing itu diserahkan pada Dabin saja. "Pesen aja, mau aku panggilin pramugari?" tawar Kamden.

Dabin hanya menjawabnya dengan kekehan, kalau begitu nanti saja makannya.

••••

Dubai 🌴

Kamden menyalakan lampu villa tipe royal yang dia pesan, kemewahan di dalamnya membuat Dabin langsung keliling melihat seluruh ruangan yang ada. Dabin memekik senang melihat ada kolam kecil untuk berendam yang terletak di balkon, asik sekali bisa berendam sambil melihat pemandangan pantai JBR (Jumeirah Beach Residence)

"Ini lebih dari ekspetasi akuuu!" seru Dabin sambil mengambil coklat yang tersedia diatas meja ruang santai.

"Aku lega denger kamu suka. Sini, peluk aku." Kamden merentangkan kedua tangannya lebar-lebar, disaat Dabin sudah memeluknya, Kamden langsung menggendong Dabin ke dalam kamar, lalu membaringkannya di atas kasur.

"Kamden, lihat ini, deh." Dabin menunjukkan galerinya, dia mengedit foto terpilihnya sejak awal pacaran bersama Kamden sampai pernikahan, terhitung tiga belas foto ada disana.

Kamden tersenyum malu-malu, melihat foto ketika masih SMA, jadi teringat bagaimana dia bisa tertarik ke Dabin. "Kamu masih inget kejadian di bis nggak? Yang kamu nggak sengaja jatuh dipangkuan aku," tanyanya.

Dabin menahan senyumannya, itu pertemuan pertamanya bersama Kamden.

Flashback

Kamden dan Kade memulai kelas 12 di sekolah baru, mereka berangkat bersama menaiki bis karena masih belum diperbolehkan menaiki motornya. Kamden hanya melamun sambil memeluk tasnya, kejadian di sekolah lamanya masih terlihat jelas di ingatannya, semoga saja tidak terjadi di sekolah barunya.

"Ah, Park Dabin kebiasaan, deh," gerutu supir bisnya.

"Ayolah, Ahjusshi yang terlalu cepat." Dabin menempelkan kartu pembayaran bisnya, lalu melihat sekelilingnya, sudah tidak ada tempat duduk kosong lagi.

Dabin melihat ada yang berseragam sama dengannya, dia langsung berdiri disebelahnya si kembar, barangkali ditawarkan tempat duduk.

"Aiih, tangan gue kering," gerutu Dabin, dia melepaskan tangannya dari pegangan dan mengambil hand cream dari dalam tasnya, sialnya bisnya mendadak berhenti.

Dabin yang terkejut reflek mencengkram kerah bajunya Kamden, reflek cepatnya Kamden pun bekerja dengan menarik pergelangan tangannya Dabin sampai terjatuh dipangkuannya.

Tatapan mata mereka bertemu sampai diam mematung, hingga Kade menepuk bahunya Kamden. Dabin ikut tersadar akan lamunannya, dia langsung berdiri dan cepat-cepar berpegangan supaya tidak oleng lagi.

"Lo nggak papa? Maaf ya sudah narik kerah baju lo."

"Nggak papa, yang penting leher lo nggak patah." Kamden mengusap tengkuknya malu-malu, dia menoleh kearan lain bersamaan dengan senyumannya yang malu-malu, Kade yang melihat rasanya ingin menampol kepala sang adik.

Tanpa Kamden sadari, Dabin juga tersenyum malu-malu, bahkan mengintip name tagnya Kamden. Target baru, batinnya.

Bulan depannya, terjadilah kejadian Dabin salah nembak orang, tetapi tetap saja statusnya Dabin pacaran bersama Kamden. :")

Flashback End

"Waktu itu aku nggak nyangka kalau kamu itu takdir aku," gombal Kamden. Sialan, akhir-akhir ini Kamden banyak gombal, pasti Jay yang mengajarinya!

"Dasar cowo gemini!" Dabin tertawa, mengingat Kamden yang dulu sampai Kamden berubah dengan sendirinya, benar-benar berbeda. Dabin merasa bangga karena dirinya lah yang memecahkan kecanggungannya Kamden.

"Kamden...." Dabin menggenggam tangan kirinya Kamden yang terdapat cincin pernikahannya.

"Iya, sayang?" balas Kamden, membuat Dabin memukul dadanya karena terlalu geli mendengarnya.

Kamden tidak menggubrisnya, karena memanggil 'Sayang' ketika sudah menikah itu hukumnya wajib! Kalau Dabin masih belum menyetujui itu, Kamden tidak akan menunggu sampai tengah malam, pada jam ini juga dia akan melakukannya.

"Panggil nama aja," usul Dabin.

Kamden tersenyum seolah ada sesuatu, Dabin yang mengetahuinya langsung menutupi seluruh tubuhnya menggunakan selimut, pokoknya Dabin masih mager!






[✔] Awkward 2 (Na Kamden) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang