Thank You For All

88 16 3
                                    

Awal bulan adalah waktunya berbelanja bulanan, Dabin terus saja mengajak Kamden pergi ke supermarket untuk membeli bahan makanan untuk satu minggu, Kamden pun tidak ada pilihan lagi selain menurutinya. Biasahlah, bumil, perutnya juga sudah mulai besar, bahaya kalau ngambek.

Nah, waktu di supermarket ini, dengan tanpa dosanya Dabin hanya mengikuti Kamden yang mendorong trolley sekaligus mengambil semua yang diperlukan, intinya Dabin hanya ikut-ikut saja supaya tidak bosan di dalam rumah.

"Eh?" Dabin menghampiri rak yang isinya berbagai macam coklat. Dabin menjinjitkan kakinya karena letak coklat yang ingin dia ambil berada di atas. Mentang-mentang packagingnya besar, ditaruhnya di atas, marketingnya kurang bagus.

Kamden gregetan melihatnya, secara siap siaga dia langsung mengambilkan dua kotak coklat dengan warna yang berbeda, kotak berwarna coklat berarti coklat dengan isian kacang-kacangan, sedangkan kotak yang berwarna ungu berisi kismis.

"Dabin mau yang mana?" tanya Kamden.

"Bingung, dua-duanya enak, hehehe. Kamden aja deh yang pilih, kan belanjanya pakai uangnya Kamden," usul Dabin.

Kamden tersenyum simpul, dia meletakkan dua-duanya kedalam trolley daripada sampai rumah kepikiran. "Uang kita kali," cicitnya.

Dabin memukul dadanya Kamden, tidak sopan sekali mengatakan hal yang manis di tempat umum.

"Ini semua sudah cukup? Kalau sudah, ayo kita bayar."

"Ayooooo!" Dabin merangkul lengannya Kamden pergi ke area kasir yang kebetulan saat itu ada yang kosong. Mereka beruntung sekali disaat tanggal padat orang belanja bulanan.

Kamden dan Dabin mengeluarkan semua belanjaannya dari trolley secara bertahap, Kamden juga meminta agar belanjaannya dipacking di dalam kardus saja. Itu pembiasannya Kamden semenjak menikah bersama Dabin, Dabin menyuruhnya membiasakan menggunakan alat dan bahan yang ramah lingkungan, benda yang terbuat dari plastik hanya dipakai jika memang tidak ada pilihan lagi.

🏠🏠🏠🏠

Kulkas sudah tertata rapi, hatipun tenang. Dabin langsung terduduk lemas diatas sofa empuk sambil mengelus perutnya, Kamden juga ikut-ikut mengelus karena itu hobi barunya, lucu saja gitu lihat perutnya Dabin.

"Mau bobooooo...."

"Ayo, aku bantu naik tangga." Kamden mengulurkan tangannya untuk membantu Dabin berdiri.

Disaat sudah berada di tangga, Kamden memegangi pinggangnya Dabin dari belakang, menurutnya cara ini lebih cepat dibanding harus berpegangan tangan.

Sesampainya di kamar, Kamden juga membantu Dabin rebahan dan menyelimutinya, pokoknya Kamden harus siap siaga supaya kejadian di masa lalu tidak terulang lagi.

"Nanti waktu kamu sudah tidur, aku berangkat kerja, ya."

"Hu'um...." Dabin memeluk Kamden, ajaibnya hanya membutuhkan waktu satu menit saja untuk membuat Dabin tertidur pulas. Ini Dabin beneran mengantuk atau karena pelukannya Kamden? Cepat sekali.

Kalau begitu, Kamden harus ganti baju dan bersiap-siap kerja. Kamden menggunakan setelan jas yang disiapkan Dabin sejak tadi pagi tadi. Ditengah-tengah bersiap, Kamden menemukan kertas kecil di dalam saku jasnya. Kamden mengeluarkan dan membaca isinya, ternyata dari Dabin.

"Nanti kalau sudah waktunya pulang pasti capek. Langsung pulang ya, aku selalu siap peluk sama elus kepala Kamden."

Kamden tersenyum, dia juga meletakkan secarik amplop di genggaman tangannya Dabin. Sebelum pergi bekerja, Kamden mencium sekilas bibirnya Dabin dan mengelus kepalanya.

"Have a nice dream, My Queen."

20.00 PM

Kamden keluar dari mobilnya, dia terkejut melihat sudah ada Dabin yang menunggunya di depan garasi. Kamden buru-buru menghampiri Dabin sambil melepas jasnya, lalu dia pakaikan ke tubuhnya Dabin dan menuntunnya pergi ke dalam rumah.

"Ngapain nunggu aku di luar? Angin malam kan nggak baik buat kamu, Dabiiinnn," omel Kamden.

Dabin hanya terkekeh kecil, setelah itu dia menarik tengkuknya Kamden sampai bibirnya menyentuh bibirnya Kamden dan melumatnya dalam-dalam. Kamden ikut larut kedalam ciumannya walaupun masih bingung karena biasanya Dabin mau dicium setelah Kamden mandi.

"Kamden... thank you for all, aku bahagia banget bisa sama kamu," ucap Dabin dengan berlinangan air mata.

Kamden mengusap air matanya Dabin, dia tahu kalau ini efek suratnya tadi siang. Kamden lega kalau Dabin tersentuh, soalnya dia tidak pandai membuat kata-kata seperti itu.

"Iya, Kamden juga, kok. Dabin lapar? Kamden bawa mekdi, nih," ucap Kamden sambil menunjukkan dua totebag mekdi yang penuh.

Dabin tertawa saking senangnya, tiba-tiba banget bawa mekdi, biasanya ditawarin dulu. Apa mungkin karena sudah hafal, ya?

"Ayo makan, Axelyn sudah laper, nih," ajak Dabin sambil mengelus perutnya.

"Axelyn? Lah? Cewe?" tanya Kamden dengan nada terkejut, masa lima bulan sudah terlihat?

"Iya, buruan ih, laper!" Dabin menarik tangannya Kamden pergi ke meja makan.

Mereka berdua mengeluarkan semua makanan yang dibeli dan memakannya sampai kenyang. Walaupun hanya tinggal berdua saja, rasanya sudah ramai, kalau dibandingkan dengan waktu ditinggali Kamden sendirian, itu beda jauh. Kamden benar-benar kesepian kalau mengingat masa itu.

****

Surat dari Kamden buat Dabin:

Januari yang dingin, awal tahun yang dingin seperti pada saat kita baru saja memulai status pacaran. Nggak kerasa ya hampir 15 tahun kita bersama terus tanpa putus-sambung. Walaupun dalam 15 tahun ada cekcoknya, kita berhasil pertahanin itu karena kita memang takdir.

Dabin... aku mau berterima kasih buat semuanya. Kamu selalu ada di sisi aku, memperbaiki mood aku, mengobati luka aku yang ada di hati, menjadi sandaran aku kalau lagi kecapean, aku bersyukur banget atas semua itu.

Sekali lagi, terima kasih, Dabin. Terima kasih sudah lahir ke dunia ini, menjalani kejamnya dunia dan bertahan bersama aku. Terima kasih waktu itu sudah jatuh di pangkuan aku sampai tatapan kita ketemu, mungkin kalau nggak gitu, aku nggak bakal sama kamu dari awal. Love you, My Queen.

Kamden Winston Na, 24 January 20xx.

****

The End

💌: yeonju

Terima kasih sudah baca cerita aku. Jujur, sebenarnya aku nggak confident sama sekali buat nulis, tapi berkat vote dari kalian, kepercayaan diri aku selalu ada. Maaf ya kalau ceritanya nggak jelas, ataupun kalau ada cerita yang mirip sama cerita lain, itu sebuah ketidaksengajaan. Sekali lagi, terima kasih. Love you, guys~

[✔] Awkward 2 (Na Kamden) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang