HEY!

10 3 0
                                    

Yooo utamakan vote sebelum membaca dan komen saat membaca plis jangan jadi silent reader ongeh 😤
.
.

.
.

.
.

🐸 Happy reading 🐸
.
.

.
.

*Kriiing

Nadhira menutup lesu lokernya setelah membereskan beberapa buku pelajaran, sebelum akhirnya cewek itu pergi kearah parkiran. Namun saat sedang menunggu jemputan, Nadhira justru ditarik oleh Alvedro.

"Em, bisa ngomong bentar?"kata vedro. Cowok itu melepas genggaman tangannya karena canggung.

Nadhira menaikkan alis sebelah nya bingung, cukup aneh melihat vedro kakak tingkat nya yang tidak dekat itu tiba-tiba memanggil nya. Nadhira sedikit takut dan memberi jarak dengan Alvedro.

"So-sorry jangan takut oke?gue gak akan macem-macem kok."

Masih diam menatap geli Alvedro.
Nadhira hendak meninggalkan Alvedro lagi tapi langsung ditarik Alvedro menuju warung batagor didepan gerbang sekolah.

"Gimana kalo ngomong nya di warung itu aja?gue traktir kok."tawar Alvedro sambil tersenyum kearah Nadhira.

Tidak melawan, Nadhira menerima nya dengan senang hati. Tanpa Alvedro sadari cewek itu tersenyum simpul.

Setelah menghabiskan batagornya Nadhira kembali meminum es jeruk nya.

Alvedro menatap iba pada Dhira.

"Jadi Lo beneran gak suka dengan varo?"tanya vedro.

"Suka. Cuman gak mungkin aku ngerebut punya orang lain."balas Kanaya sambil mengaduk-aduk es jeruk nya dengan pipet.

"Terus kenapa masih ngejer dia?"

"Aku lakuin itu karena terpaksa."

"Oh kayak ada yang nyuruh?"tanya vedro.

Tiba-tiba mobil jemputan Nadhira telah datang, cewek itu segera bangkit dan hendak meninggalkan Alvedro sendiri. Tapi tangannya kembali di tarik oleh Alvedro.

"Mau kemana? Habisin dulu es nya kita juga belom selesai kan?"tanya vedro.

"Ta-tapi mobil aku udah jemput,"kata Nadhira. Entah karena apa raut wajah cewek itu berubah drastis seperti ketakutan. Alvedro mencari mobil itu dengan matanya lalu menemukan nya  terparkir di depan warung mereka.

"Jemputan?"

****

Di sisi lain,kini Alvaro sudah kembali bersekolah seperti biasanya. Varel dan Alvaro sekarang sedang berpamitan dengan Ratih sehabis mengantar Kanaya pulang.

"Kami pamit dulu yah tante,"pamit varel pada Ratih.

"Iya, hati-hati dijalan lain kali jangan mau di repotin oleh Naya,"kata Ratih terkekeh pelan.

Punggung varel dan Alvaro pun hilang dari pandangan Kanaya dan Ratih, ekspresi Ratih yang awalnya normal tiba-tiba berubah menjadi sinis menatap Kanaya. Kanaya meneguk ludahnya kasar dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

DONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang