sakit

17 12 0
                                    

🌝 Happy reading 🌝

Alvaro melepas helmnya, cowok itu turun dari motornya lalu melakukan tos pada anak-anak Rajaksa untuk yang terakhir kalinya.

"Wih, Badas bener Lo Al. Salut gue sama Lo." Kata Bima.

Varo hanya tersenyum tipis. Dirinya terfokus kala tidak sengaja melihat Kanaya yang menunduk kearah selokan lalu muntah. Kanaya tidak lagi menghiraukan anak-anak Erios yang memanggilnya, cewek itu sibuk menahan pusing yang luar biasa juga memuntahkan isi perutnya.

"Mual?"

Tiba-tiba Alvaro sudah berada dibelakang nya, mengurut-urut leher Kanaya agar cewek itu merasa sedikit lega.

"Hah..ngapain Lo? Hus gue sibuk!" usir Kanaya mendorong Alvaro untuk menjauh darinya.

Alvaro mengambil benda pipih yang ada didalam kantong Hoodie nya. Mengetik sesuatu lalu mengembalikan nya lagi ketempat semula. Langsung saja cowok itu menarik lengan Kanaya untuk ikut dengannya. Mengambil ahli motor Kanaya lalu menyuruh cewek itu untuk naik.

Kanaya menurut. Ia sudah benar-benar lemas untuk bicara dengan Alvaro.

Di jalan, Alvaro sudah lima kali memberhentikan motornya dipinggir jalan hanya untuk menunggu Kanaya memuntahkan cairan kuning dari mulutnya. Jujur saja cowok itu sudah sangat sabar untuk menahan emosi agar tidak marah, mau bagaimana pun Kanaya bukan sengaja melakukan itu.

"Lega?ke klinik terdekat mau?" tanya Alvaro. Kanaya menggeleng sebagai jawaban tapi tidak dihiraukan oleh Alvaro.

Cowok itu bersikeras mengantar Kanaya menuju klinik terdekat.
Sesampainya di klinik, Kanaya terbaring lemas diatas brankar sedangkan Alvaro, cowok itu tengah berhadapan dengan dokter yang memeriksa Kanaya.

"Pasien mempunyai penyakit mag, sebaiknya jangan telat makan dan kebanyakan makan atau kedikitan, karena itu bisa berpengaruh di lambung nya nanti." Jelas dokter tersebut.

"Kira-kira setelah di suntik ini muntah lagi gak dok?" tanya Alvaro.

"Semoga saja tidak, tapi usahakan untuk segera mengisi perut si pasien ya,"

Alvaro mengangguk dan tersenyum, lalu berdiri dari duduknya dan beralih membantu Kanaya untuk turun dari brankar.

"Gue bisa sendiri!" Ketus Kanaya menepis pelan tangan Alvaro.

Alvaro hanya bisa menghela nafas berat, cowok itu pamit dengan dokter tadi lalu mengiringi Kanaya dari belakang.

Setelah dirasa sudah aman Alvaro melajukan motornya perlahan.

"Pegangan yang erat." Sepanjang perjalanan, tak ada satupun dari mereka yang ingin memulai percakapan. Alvaro menghentikan motor nya di salah satu warung kaki lima, karena Kanaya yang tertidur juga memeluk Alvaro erat, cowok itu terpaksa berdiam diatas motor dan memanggil penjual nasi goreng itu agar tidak membangunkan Kanaya.

Setelah lima belas menit menunggu. Alvaro kembali melajukan motornya kerumahnya, Karena jika untuk mengantar Kanaya sekarang tidak mungkin. Cowok itu juga tidak mengetahui dimana rumah cewek itu.
Alhasil berakhir lah Kanaya dan Alvaro di rumahnya.

Rumah besar yang hanya dihuni oleh 3 orang itu terlihat sangat sepi. Alvaro menggendong Kanaya yang tertidur lalu membawa nya masuk ke kamarnya. cowok itu merebahkan tubuh Kanaya di kasur king size miliknya.

DONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang