kembalinya kutub es

30 21 0
                                    

🌝 Happy reading 🌝

Satu bulan telah berlalu. Seperti biasa Kanaya akan menghampiri Sandra yang tengah menulis beberapa proposal yang akan ia kumpulkan pada Reki, ketos yang juga berstatus pacarnya.

Meletakkan tas di kursinya lalu berlari dan menepuk kuat meja Casandra, hingga membuat sang empu terkejut.

"DOR!" Kejut Naya.

"EH ANYING!" Latah Sandra sembari mengusap dadanya pelan.

"Anying!" tiru Naya sambil tertawa mengejek Casandra.

"Gue lakban mulut Lo mau!?" Bentak Sandra kesal pada Kanaya.

"Gue likbin milit Li Miu?lakban aje kalo bisa!" Ledek Kanaya lalu berlari.
Sandra yang mempunyai kesabaran setipis tisu itu pun naik pitam.
Keduanya saling bermain kejar-kejaran didalam kelas.

Tapi tanpa diduga,Kanaya malah menabrak seseorang yang entah muncul dari mana. Tubuhnya tinggi sekitar 179cm, wajahnya yang datar seketika membuat bulu kuduk Naya berdiri. Karena sempat mematung Kanaya akhirnya bisa tertangkap oleh Casandra.

***

Kanaya sedang duduk bertiga dimeja kantin. Bersama Sandra dan Reki, bukannya melahap baksonya, Kanaya justru bengong sambil memainkan bakso yang ada dihadapannya.

"Hoi, tumben Lo diem. Habis di ruqyah?" Tanya Reki heran pada kanaya.

"Kayak nya" balas Sandra.

"Btw tuh jidat kok gede sebelah nay?"
Tanya Reki lagi.

"Lo tanya aje ke cewek Lo sane" balas Naya sambil memuncungkan mulut nya menunjuk Sandra.

"Apa?gak usah sok Betawi Lo!"ketus Sandra.

"Kalo iye kenape? Sirik amat lu neng"
Balas Kanaya sinis pada Sandra, baru saja Sandra ingin membalas tiba-tiba varo datang dan duduk disebelah Kanaya tanpa izin.

"Gue duduk"

"Lu Saha anying!?" Tanpa sadar kalimat itu keluar dari mulut Kanaya.

Lama Kanaya menatap wajah tampan milik Alvaro dari samping, sedangkan Sandra dan Reki saling melirik dan mengangkat bahu mereka bingung.

"Lo kayak gak pernah liat cogan deh" kata Sandra.

"Iya, gue tau varo ganteng tapi masih gantengngan gue kan?"tanya Reki pada Sandra, sedangkan yang ditanya memutar bola matanya malas.

Kanaya menaruh garpu yang sedari tadi ia pegang kedalam mangkuk. menelan ludah nya kasar dan memberanikan diri untuk berbicara pada orang baru disampingnya ini.

"Hai!gue Naya, cewek paling cakep diBina Nusantara."

"Varo." Potong varo tanpa melirik sedikit pun kearah Naya.

"Oh..gue belum selesai ngomong coy"gumam Naya gemetar setelah dipotong oleh varo.

Seketika suasana diantara mereka menjadi dingin. Tak ada satupun yang berani untuk memulai percakapan.

"Um...nama Lo sebelas dua belas deh sama taro, gimana kalo gue panggil taro aja?" Tanya Kanaya memecahkan suasana.

"Terserah." Balas varo acuh.

*Krak* seperti ada yang patah namun tidak berdarah, hati Kanaya langsung menciut.

"Sabar, belom waktunya aja" ujar batinnya menyemangati.

Bel masuk pun berbunyi. Reki kembali ke kelas nya begitupun Alvaro, Kanaya dan Sandra. Ternyata cowok itu sekelas dengan mereka berdua.

Bukanya bodoh, hanya saja Kanaya sedang malas untuk berhadapan dengan pelajaran kimia.
Cewek itu sudah beberapa kali memanggil Sandra yang duduk agak jauh didepan nya, tapi Sandra justru terlalu fokus dan tidak sadar jika Kanaya memanggil nya.

Kanaya menghela nafas berat. Ia menyenderkan tubuhnya pada senderan kursi.

Varo yang melihat Kanaya sedikit iba lalu hendak memberinya sebuah surat, tapi entah kenapa gerakkan cowok itu seakan tertahan. Cowok itu mengurungkan niatnya.

*Ting* tiba-tiba sebuah ide muncul di kepala Kanaya. Ia berbalik jadi berhadapan dengan Alvaro yang ada dibelakang nya.

"Halo~" kata Kanaya tersenyum jahil kearah Alvaro.

Alvaro tak menjawab, cowok itu masih setia menampilkan wajah datarnya.

"Gue gak ngerti, please ajarin donk" ujar Kanaya memohon pada Alvaro.

"Ekhm!Naya hadap depan!" Perintah pak Kamal.

"Hehe sorry pak" balas Naya.

"Baiklah selesaikan latihannya, yang sudah bisa kumpulan dimeja bapak, sekian permisi" pamit pak Kamal lalu pergi meninggalkan kelas Kanaya.

"Yes kesempatan!" Batin Naya bersemangat. Tubuhnya kembali berbalik menghadap Alvaro. Kedua tangannya bertaut memohon agar varo mengajarinya.

Tangan kiri varo menarik buku yang Kanaya pegang, sedangkan tangan kanannya menepuk-nepuk kursi kosong disebelah nya. Senyum lebar pun terukir indah di wajah Kanaya. Dengan semangat cewek itu berlari kecil lalu duduk disebelah Alvaro.

"Yang mana gak ngerti?"tanya varo.

"Semua!"

"Serius?"

"Iya, bahkan isi hati kamu!"

Krik-krik Alvaro menatap datar kearah Naya, sedangkan cewek itu menyengir garing.

"Gue tau Lo ga goblok. Kerjain sendiri." Kata varo.
Kanaya memutar bola matanya malas dan merebut bukunya yang ada di- varo lalu segera mengisi soal-soal latihan yang diberikan oleh pak Kamal.

Setelah lima menit Kanaya pun memberikan nya pada Alvaro dengan perasaan kesal.

"Nih" ketus Kanaya.

Alvaro mengambil buku itu lalu membacanya, sembari menunggu Alvaro mengkoreksi milik nya, cewek itu sibuk memainkan pena di mulutnya. Tangan sebelahnya menjaga agar pena tersebut tidak terjatuh sedangkan sebelahnya lagi menarik baju Alvaro untuk mengisyaratkan agar melihatnya.

Bukannya menjawab, Alvaro malah menatap lama Kanaya lalu memajukan wajahnya seakan hendak mencium Kanaya. Reflek Kanaya memundurkan tubuhnya agar menjauh dari Alvaro.

"Lo gila!" Ketus Naya.

"Belom muhrim weh!" Tiba-tiba teman kelas mereka yang sedang berada dibelakang Alvaro malah datang dan mengganggu.

Bukanya menjawab Alvaro malah tersenyum simpul lalu beranjak bangkit sambil membawa tas nya dan buku mereka berdua.

"Ganggu aja Lo." Ketus varo pada temannya tadi, sedangkan temannya malah tertawa garing.

Kanaya yang masih tidak terima pun mengikuti Alvaro pergi kekantor sekolah untuk mengumpulkan tugas mereka.

"Woi! Kutub tunggu gue!"












Jangan lupa vote dan komen nya.

DONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang