12. Masalah Lagi

1 0 0
                                    

“Kalo bukan karena sayang apa lagi,” bisik Jihan pada Kelia yang asik mencatat materi pelajaran yang tadi tertinggal karena dia sibuk menonton film diam-diam.

“Setuju gue, gila aja sampe bonyok begitu. Gue rasa Raden juga gak bakalan segitunya kalo gue diganggu.”

“Tapi kenapa dia gak nyatain ke Lindri aja langsung, sih? Apalagi dia tau masalah poster sayembaranya, emang dia mau gitu ketar-ketir mikirin ada lagi gak yang bakalan deketin Lindri.”

“Gak segampang itu Jihan buat ngomong, apalagi modelan Firhan yang kerjaannya nge-game mulu.”

“Apa hubungannya coba?”

“Gak tau juga sih, yang pasti dia masih sibuk sama dunianya, hubungan itu nanti-nanti aja.”

Jihan mengangguk sambil ber-oh ria.

“Ayo loh lagi ngomongin apaan?” Tita tiba-tiba datang dan dengan tidak tau dirinya duduk di sebelah Jihan.

“Ih, sempit.”

“Kalian gosip gak ngajakin gue.”

“Bukan gosip, lagi ngebahas Firhan yang pasti punya perasaan sama Lindri,” jelas Kelia. “Udah, ih, ntar Lindri keburu balik ke sini.”

Tadi seusai jam pelajaran Lindri memang langsung ngacir keluar kelas karena kebelet untuk ke toilet. Sedangkan Firhan dan Darwin juga sudah langsung lenyap dengan semua barang-barangnya, itu kenapa mereka bertiga dengan leluasa bisa membahas hubungan di antara keduanya.

Bruk!

Lindri menubruk pintu kelas, beberapa murid yang ada di sana menatapnya sambil meringis, seolah dapat merasakan sakit yang Lindri rasa.

“Lo kenapa, sih?” Kelia langsung menghampiri Lindri yang tengah berjongkok dan mengaduh karena lututnya yang sakit. “Dikejar setan, ya?”

Meski masih meringis, Lindri menunjukkan sebuah pesan masuk di ponselnya.

Billy:

Lo tau pasti siapa gue, nomor gue udah lo save, kan? Cancer, duduk di bangku paling belakang di kelas yang sama dengan lo.

Gue udah liat drama dua cowok yang ikut sebelumnya. Lin, gue gak kayak keduanya,

bisa kan lo kasi kesempatan gue buat ikut sayembara yang lo buat?

“Duh, drama apa lagi ini?”

Lindri meraup wajahnya frustasi, diikuti dengan Kelia. Jihan dan Tita yang melihat sesuatu yang penting pun ikut jongkok di depan pintu kelas. Setelah membaca pesan yang sama, mereka berpandangan. Jihan mendesah pelan, sedangkan Tita langsung berdiri dan tertawa.

“Jangan, Lin. Cukup dua aja kemarin. Serius gue.” Tita berdiri di depan Lindri, dia menunjuk wajahnya yang tampak serius. “Lo liat kan muka gue? Gue serius. Gak bercanda.”

“Saran gue jangan.”

“Kalo gue ... gak usah aja lah. Makin ruwet nanti,” saran Jihan. “Apalagi sekarang muncul indikasi kalo Firhan naksir sama lo. Hii gue gak bisa bayangin dia ngabisin Billy kalo sampe ngelakuin hal aneh lagi kayak dua yang kemarin.”

“Gue juga gak berniat, sih,” ujar Lindri. Sahabatnya pun bernafas lega.

Mereka pun mengambil tas dan siap meninggalkan kelas yang sudah kosong. Saat di depan pintu, muncul sosok yang tidak terduga.

“Billy?” Tanya Lindri tergugu.

Tiga detik kemudian, Firhan lewat di depan kelas mereka. Mata Firhan menatap tajam ke arah keduanya saat Billy berbicara dengan Lindri.

SAYEMBARA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang