Dua minggu bukanlah waktu yang lama untuk melihat perubahan sikap Lindri di depan sahabat-sahabatnya. Mulai dari jarang ikut pergi saat pulang sekolah, banyak alasan ketika diajak ngumpul di luar atau di rumah Jihan, sampai saat ngumpul pun Lindri sibuk sendiri dengan ponsel pintarnya. Hal itu sebenarnya sudah disadari Jihan, Tita maupun Kelia, namun mereka berusaha memakluminya, mungkin memang Lindri tidak punya waktu saja. Tetapi lama-kelamaan, Kelia pun muak. Dia merasa ada yang tidak beres dengan sahabatnya itu.
Dengan berbekal rasa muak dan penasaran, Kelia menghampiri Lindri yang tengah berdiri menunggu jemputan. Dia memang sengaja pulang terakhir dari Tita dan Jihan, karena dia harus berbicara dengan Lindri yang dia sudah perhatikan selalu pulang saat sekolah sudah sepi, seperti sekarang.
“Lindri!” Perempuan yang dipanggilnya pun menoleh dengan pandangan kaget, namun ada senyum yang menyambut kehadiran Kelia.
“Belum pulang, Kel? Tumben banget, Raden mana?”
Kelia mengendikkan bahunya. “Seharusnya gue yang nanya lo kenapa masih di sini jam segini?”
Lindri nyengir. “Gue lagi nunggu jemputan.”
“Siapa?”
Detak jantung Lindri pun berdetak seolah berlarian. “Temen,” Lindri menjawab seadanya.
“Temen?”
“Iya, temen.”
Mata Kelia memicing, “Siapa?”
“Ah, lo kepo banget Kel,” gurau Lindri. Tapi Kelia tidak menyahut menanggapi candanya.
“Gue tau ada yang disembunyiin dari lo.”
“Hah?” Terdengar tawa dipaksa dari Lindri. “Mana ada sih, Kel.” Lindri memeluk tubuh Kelia dari samping dengan gemas. “Apa yang bisa gue coba sembunyiin coba dari lo?”
Disaat itu, satu motor berhenti di hadapan mereka. Sementara Kelia mengembangkan senyum miringnya, Lindri justru berharap was-was dengan Kelia yang bisa berbicara apa saja saat itu.
“Lindri, udah? Ayo?” Dengan polosnya Fian masih mengajak Lindri pulang. Apa dia tidak tau Lindri sedang ketar-ketir di sini?!
“Nunggu apa lagi sih, Lin?” Tanya Kelia dengan tampang super duper nyebelin. Perempuan itu memang paling bisa menelakkan lawan. “Pulang, gih.”
Lindri meringis. “Nanti malem, Kel. Gue janji bakalan cerita semua ke lo,” ujarnya dengan nada berbisik. Tanpa ingin mengecewakan Fian yang sudah membuat janji dengannya, Lindri langsung duduk di boncengan motor Fian. Perempuan bercardigan putih gading itu menyatukan kedua telapak tangan di depan wajahnya dengan ekspresi memohon ke arah Kelia. Lindri sangat tidak menduga kebohongannya akan berakhir tragis seperti ini, sangat melenceng dari apa yang sudah dia rencanakan.
Kelia masih menampakkan senyumnya yang seakan bisa membunuh Lindri saat itu juga.
Fian yang merasa Lindri sudah nyaman duduk di belakangnya pun pamit pada Kelia dengan sopan, sebelum meninggalkan perempuan berkaca mata itu sendiri di sana.
“Lo bisa bohongin sedunia, tapi gak dengan gue, Lin,” ujar Kelia pelan.
“Siapa yang bohongin kamu?” Seorang lelaki bertubuh tinggi dan berkulit sawo langsat muncul dari belakang tubuh Kelia. Lantas, amarah yang tadi Kelia simpan untuk Lindri menguap begitu saja. “Ayo, pulang,” ajaknya dan dijawab dengan anggukan Kelia.
Dia ... Raden, kekasih hati Kelia.
*
Kemarin, Fian bercerita akan membawanya ke taman yang ada di tengah kota, namun dengan alasan siang ini masih terlalu panas cuacanya, Fian mengganti arah jadi ke cafe. Cafe itu tidak jauh dari sekolah. Cafe yang berada di ruko yang tidak begitu lebar, tetapi memanjang ke belakang. Suasana industrial langsung menyapa penglihatan Lindri saat pertama kali masuk. Di dalamnya terdapat kursi berkaki besi berwarna hitam, begitu pula mejanya. Jangan lupakan lampu-lampu kecil yang tersambung pada besi-besi yang menggantung di atap cafe. Hiasan berbau industrial pun terlihat menempel di beberapa sudut dinding.

KAMU SEDANG MEMBACA
SAYEMBARA (SELESAI)
JugendliteraturLindri sungguh kaget saat mengetahui poster sayembara yang dia buat disebuah aplikasi edit foto jadi menyebar di grup tim futsal sekolah! Padahal dia hanya membagikan ke grup chat yang ada tiga sahabatnya. Ini benar-benar memalukan! Awalnya Lindri s...