4 Alibi Lindri

2 0 0
                                        

Kegiatan pergi ke kantin bersama-sama memang menjadi hal wajib bagi Lindri, Jihan, Tita dan Kelia. Tapi ada satu hal yang aneh dari kegiatan rutin mereka selama ini, yaitu Lindri yang selalu izin ke toilet saat mereka sudah duduk dengan manis di meja kantin. Hal ini masih terasa normal ketika sekali Lindri melakukan itu, hari kedua mereka masih memaklumi –mungkin kebetulan. Hari ketiga, ketiga sahabat Lindri mulai berpandangan. Hari keempat, mereka mulai membuka obrolan dengan membahas itu ketika Lindri sedang ke toilet. Hari kelima, mereka benar-benar penasaran.

"Lindri aneh banget, sumpah," celetuk Tita.

"Kirain cuma gue yang ngerasa kayak gitu," sambung Kelia lalu menyesap minuman kesukaannya –es teh tawar.

Jihan melirik kedua sahabatnya bergantian. "Kayaknya ada yang ditutupin dari kita."

"Mesti dicari tau nih," usul Tita dengan semangat. Saat seperti itu, wajah Firhan muncul memasuki area kantin. "Han! Firhan!" panggilnya keras. Kelia hanya bisa menunduk sambil pura-pura menghabiskan minumannya ketimbang ketahuan kalau dia berteman dengan orang yang suaranya menggelegar seperti orang di sebelahnya ini.

Firhan datang dengan wajah bingung, dia juga menunjuk ke arah dirinya sembari bertanya, "Manggil gue, Ta?"

"Lo tadi pas mau ke sini ada liat Lindri gak di depan toilet, atau papasan gitu?" Berhubung arah masuk area kantin hanya ada satu, yaitu selasar kelas XI-IPS dan toilet terdekat pun ada di antara kelas XI IPS dengan tangga ke lantai dua, jadi Tita beranggapan kalau Firhan bisa saja melihat keberadaan sahabatnya itu.

"Lindri?" Jihan mengangguk. "Kayaknya gue tadi liat di ..." Firhan sengaja menggantung kalimatnya. Namun bukan karena dia bingung tidak tau, Firhan hanya sedang berpikir. Selama dua detik kalimat tadi menggantung Firhan kembali angkat bicara. "Depan toilet IPS, kan?"

"Beneran, Han?"

"Bener. Emang kenapa?"

Kelia mengibaskan tangannya di udara, "Gak, tadi tuh anak katanya mau ke sini tapi gak nyampe-nyampe." Baru setelah itu yang dibicarakan pun datang sambil berlari kecil. "Panjang umur," ujar Kelia pelan.

"Sorry ya lama, ngantri soalnya." Pandangan Lindri berpaling ke Firhan. "Eh, ada Firhan." Meski memberikan cengiran, Firhan masih dapat melihat pandangan mengancam dari mata Lindri.

"Ada Lindri, gue cabut aja," ujar Firhan sebelum ngacir dari meja Lindri dan sahabatnya. Lindri bahkan belum sempat memaki dan menyambung telepati untuk mengetahui kenapa Firhan bisa duduk di sana bersama Kelia, Tita dan Jihan. Jangan-jangan ....

Awas aja lo Han, sampe ngebocorin masalah pendekatan gue dengan Fian!

*

"Han!" Berlari melewati murid lainnya yang baru keluar kelas, Lindri berusaha mengejar Firhan yang perlahan punggungnya semakin menjauh. Dengan membawa tas gendong di punggung berukuran sedang, ditambah satu tas kain yang berisi pakaian olahraga dan botol minum berukuran sedang di tangan, membuat Lindri semakin kewalahan. "Han!"

Si pemilik nama menoleh bersamaan Lindri yang baru sampai di depannya. "Kenapa?"

"Itu ..." sambil berusaha menenangkan nafasnya yang memburu, Lindri menunjuk Firhan tepat di dadanya. "Awas aja lo bilang ke temen-temen gue," ancam Lindri.

"Lo lari-lari cuma ngancam gue?"

"Gue gak ngancam," ujar Lindri tegas. Dia berkacak pinggang. "Gue serius."

"Iya ... iya ... gue serius juga gak bakalan bilang ke temen-temen lo." Firhan diam, begitu juga Lindri. "Udah, kan?" tanya Firhan memastikan tidak ada ancaman lainnya.

SAYEMBARA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang