" deaaa gue udah gak suka sama Fargan! Suer gue gak bohong!" seru Amaya.
Malam hari Dea datang ke rumahnya untuk menginap, tapi baru saja tiba dia sudah membahas Fargan dan menanyakan perkembangan hubungan dia dengan orang itu walaupun sudah Amaya beritahu jika dia sudah tidak lagi menyukai Fargan bahkan bersumpah agar Dea percaya.
" masa sih? Kenapa Amay? Dia sombong?" tanya Dea, gadis itu benar-benar merasa tidak percaya jika Amaya mengatakan move on.
" bener Dea ku sayang, masa gue bohong? "
Yang Dea tahu sejak awal Fargan adalah cinta pertama Amaya dan jatuh pada pandangan pertama saat dia melihat cowok berparas tampan itu terlihat mencolok saat upacara, dan orang pertama yang dijadikan tempat bercerita adalah Dea. wajar jika Dea tidak percaya toh dia juga yang selama ini melihat bagaimana serius nya Amaya menyukai Fargan.
" Iya gue percaya tapi kenapa? Lo bilang susah cari orang kaya gitu, kan gue bantu buat cari info, ayo dong jangan nyerah." Ucap Dea dengan lesu, sambil mengelus punggung sang kawan dia berusaha menguatkan Amaya.
" Lo memang dukung gue de, tapi dia udah suka sama temen kita. Gak mungkin gue rebut." Jawab Amaya sambil berpura-pura menulis, mengalihkan perhatian Dea agar tidak melihatnya menangis.
" Temen kita? Siapa? Meli? atau Win...da? "
Melihat Amaya yang diam saja Dea mengerti, sejak awal memang sikap Winda dirasa berlebihan, mulai dari men stalking semua sosial media Fargan bahkan sampai kontak teman teman nya, padahal Amaya yang memang menyukai cowok itu hanya diam saja.
" Lo tau dari mana Maya..." Dea bertanya, perasaannya sudah tidak karuan saat itu.
Kali ini Amaya tidak bisa lagi menahan tangis nya, sambil mengangkat kepalanya dia melihat Dea dan berkata,
" Dia nembak Winda waktu kalian main ke rumah gue huaa..."" Maya jangan nangiss, udah ya? Cup-cup-cup "
******
Pukul 7 malam, tepat satu jam dia berpamitan pada Gita tadi dia sudah berada di taman kota yang sudah biasa digunakan oleh remaja pecinta skateboard atau basket untuk bermain di malam hari, walaupun hanya menonton karena memang tujuan nya datang kemari hanya untuk diam dan menghindari dari sang ayah.
" Lo mau Fab? Biar gue beliin sekalian"
Ujar Sandi membuat Fabian melihat kotak kecil berisi rokok yang tersisa beberapa batang.Jangan fikir Fabian akan menolak, karena kenyataannya sejak dia datang dan duduk di bangku taman ini sudah habis 6 batang dia bakar. Dengan segelas es kopi yang dia beli dijalan malam ini terasa damai tanpa ocehan ayah atau pertengkaran dengan ibunya.
" Bunda Lo gak nyariin san? Udah lewat jam 10 nih, " tanya Fabian.
Sambil menghisap batang terakhir yang dia punya cowok berparas paripurna itu mematikan rokok dengan sepatunya lalu meneguk sisa air sebelum menjawab. " Dari tadi juga udah nelfonin, cuman gue bilang lagi beli buku jadi di kasih izin sampe jam setengah sebelas. "
" Bego banget, Mana ada toko buku buka jam segini."
" Lo aja yang gak tau! Kan gue beli nya online!"
Sandi membuka handphone nya untuk mencari toko buku yang sekiranya bisa memproses pesanan dirinya hari ini juga, di beberapa platform belanja online akhirnya dia menemukan yang membalas chat nya.
Diperlihatkannya pesanan itu kepada Fabian," tuh liat, gue udah pesen!”
" Beli buku apaan Lo? Buku belajar baca? "
" Lo minta di geplak ya dari tadi, udah gue bilang bunda nyuruh gue beli buku resep!" Kata Sandi.
Sambil tertawa meledek Fabian menjawab lagi." Mau masak apa neng? Sok beli buku dibaca juga enggak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Zone - I'm To Sweet
Teen FictionRasanya di cocoklogikan oleh teman-teman nya itu tidak enak, walaupun sempat tumbuh rasa tapi dia tidak mungkin bisa bersanding dengan Fabian yang jelas-jelas dekat dengan banyak wanita bahkan salah satunya adalah sahabat dia sendiri. kepribadian ny...