20. benarkah yang terakhir?

49 15 5
                                    

Puter lagunya di bagian tengah menuju akhir ya.

Selamat membaca


Seperti yang dikatakannya kemarin, hari ini adalah hari terakhir Amaya berada di ibukota. Pakaian nya rapi, ia siapkan seragam terbaiknya, ia tata rambutnya sedemikian rupa, wanginya tidak seperti biasanya, Rini menyuruh putrinya untuk segera berangkat karena mereka akan segera pergi siang nanti.

" Bu, kalau nanti Kaka bilang gitu bener kan?" tanyanya, semalam dia sudah memikirkan jawaban untuk Fabian.

Sulit, dia bukan anak satu-satunya yang bisa memilih keputusannya begitu saja. Ada pertimbangan berat yang harus dia pikirkan, seperti ibu dan adiknya.

" ya itu terserah kamu, bilang baik-baik. Kamu harus yakin sama jawaban yang kamu pilih, persoalan ibu enggak perlu kamu bawa ke kehidupan kamu. Enggak semua laki-laki sama kaya papa kamu."

" iya, Kaka tau. Ibu enggak usah sebut-sebut papa lagi," ucap Amaya sembari melenguh panjang.

" hati-hati, kabari ibu kalau pulang terlambat."

" iya!" jawabnya sambil berteriak karena sudah melangkah ke halaman rumahnya, hari ini ia tidak boleh terlambat sedikitpun.

Dengan bersemangat Amaya datang sangat pagi, hari ini selesai sudah sang ibu mengurus kepindahannya. Itu artinya hari ini juga adalah hari terakhir dia bertemu dengan teman-temannya yang mungkin akan sulit ditemui jika mereka sudah benar-benar tinggal berjauhan.

" waduh tumben udah datang sepagi ini" sapa sang ketua kelas, Rendy.

" hari terakhir masa telat ren, gue mau minta maaf ya kalau punya salah selama ini. Tolong maafin gue biar gue bisa pergi dengan tenang."

Rendy tertawa renyah, apa yang dikatakan perempuan di hadapannya ini seolah menggambarkan kepergian abadi menuju sang illahi.

" gue turut bersedih atas kepindahannya, mendesak banget ya harus pindah?" tanya Rendy penasaran.

" iya gitu deh, kalau enggak mendesak juga enggak bakalan pindah. Jadi gue di maafin kan?"

" hmm boleh lah, tapi Lo cuman pergi ke Bogor. Bukan ke Rahmatullah, bahasa Lo biar pergi dengan tenang bikin ambigu."

Amaya tersenyum kecil memperlihatkan sedikit deretan giginya, " hehe, makasih Rendy. Jangan kangen ya."

" enggak bakal kangen sih kayanya," ucap Rendy dengan mantap, lalu ia melanjutkan lagi ucapannya.

" paling musuh gerot Lo itu yang uring-uringan enggak dapet temen kelompok yang bener."

Alis gadis itu berkerut, sepengetahuannya ia tidak memiliki musuh di kelas ini. Lalu setelah berpikir munculah satu nama di benaknya, seseorang yang selalu bersamanya jika dibuat kelompok.

" Fabian? Dia enggak bakal kangen sama gue, percaya deh!"

Rendy tertawa lagi, mana mungkin juga seorang Fabian yang dikenal anak cuek itu merindukan seseorang yang biasanya ia ajak bergelut setiap hari.

Satu persatu siswa kelas ini kian memenuhi ruangan, termasuk Dea, Winda, dan Melisa yang datang menjelang bel masuk berbunyi. Dea langsung duduk di sampingnya dan mengungkapkan beribu kesedihannya.
Bahkan Melisa yang belum menyentuh kursinya itu sudah lebih dulu menjauh karena pekikan suara Dea yang menggema.

" huaaaa Lo beneran pindah sekarang?! Gue ikut! Mayaaaa jangan pergiii" Dea terisak sambil memeluk erat Amaya yang mati-matian melepaskan diri dari cengkraman maut Dea.

" Dee gu-e ga-k bisa nafas!"

Tanpa meredakan tangisannya Dea mengendurkan pelukannya menjadi pelukan yang lebih manusiawi, " maap sayang, Lo beneran enggak bakal kesini lagi may? Kita ketemu lagi kan? Lo bakal kuliah di sini kan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Zone - I'm To SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang