13. date?

134 21 6
                                    


" Kenapa Lo ga bareng sama pasukan Lo? Biasanya juga sepaket."

" Gue belum bisa naik motor, Lo kan tau motor si Sandi kaya gimana." Jawab Fabian.

Amaya tau bahkan dia rasa satu angkatan tau jika motor Sandi itu besar dan memekak telinga, orang sehat saja jarang yang bersedia dibonceng olehnya apalagi Fabian yang belum pulih total.

" Ouh," Amaya mengedarkan pandangannya ke sekeliling untuk melihat barangkali ada kendaraan umum walaupun sejauh mata memandang hanya kendaraan pribadi yang melintas.

" Gue mau nanya boleh?" Tanya Fabian dengan ragu jika Amaya mau menjawab pertanyaan nya Yang agak sedikit kelewatan batas ini.

Amaya memandang dengan curiga, tumben orang ini meminta izin lebih dulu. Separah apa pertanyaan sampai orang dengan minim akhlak seperti Fabian mendadak sopan begini.

" Mau nanya apa? "

" Lo suka sama Fargan?"

Seketika wajah Amaya berubah masam, sekarang dia berubah. Tidak seperti dulu yang akan jingkrak-jingkrak jika mendengar nama Fargan, kini dia malah jadi kesal. " Fitnah Lo, tau dari mana coba?!"

" Bagus deh, gue cuman memastikan gosip yang beredar. Lo jangan sampe suka sama orang kaya gitu ya, udah bogel, alay, jablay, mukanya kaya boti lagi." kata Fabian dengan lega.

" Jangan gitu hey! Kasian dia juga manusia, memangnya Lo udah bener?"

" Kayanya Lo bohong deh, Lo sebenernya suka kan? Gak mungkin orang sombong kaya Lo peduli sama orang, ngaku!"

" Gue gak sombong ya! Jadi orang jangan sok tau, Lo Sasaeng gue ya?"

Yang ada di benak Fabian, apa itu Sasaeng, dia tidak tau kata-kata aneh itu.

" Sasaeng apa? Ya jelas gue tau, orang tiap hari Lo sama Meli ngomongnya itu itu Mulu."

" Ya terus ngomongin apa? Nge-reog kaya lo?"

" Kali-kali Lo main deh sama gue, nanti gue ajarin caranya jadi reog."

Gadis itu mendelik, boro-boro tertarik yang ada dia semakin ilfeel terhadap cowok dihadapan nya ini.
" Kebalik, harusnya Lo yang main sama gue, nanti gue kasih tau kenapa diem di rumah itu asik."

Tidak seperti responnya tadi, Fabian malah mengangguk antusias, sebagai ekstrovert garis keras hal yang paling tidak bisa dia lakukan adalah diam.
" Nah! Boleh tuh, gimana caranya? Perlu gue main ke rumah Lo sekarang?"

" Ga harus ke rumah gue juga, Lo juga kan punya rumah." Kata Amaya.

Namun tidak disangka-sangka jawaban Fabian selanjutnya membuat Amaya ingin menarik kembali ucapannya jika memang bisa.

" Rumah gue gak kaya rumah Lo, gak cocok jadi tempat pulang, malah nambah beban."

" eh kalau Lo mau boleh ko main ke rumah gue, tapi gak sekarang. Soalnya ibu gak ada di rumah, takut di grebek terus gue juga belum beli kacang."

Walau sempat sakit hati Fabian kembali tertawa, " takut amat di grebek sama gue, " sambil terus terkekeh dia kembali melanjutkan perkataannya.
" Nanti gue bawa kacang sendiri."

" Ya iya lah! Kalau sama Sehun baru gue mau."

" Lo gak tau ya kalau sehun itu sebenarnya kembaran gue." Bisik Fabian, yang Amaya rasakan bulu kuduknya berdiri karena bisikan itu.

" Kembaran mata Lo! Dia Sehun Lo bihun, dia aja gak tau Lo hidup."

Memang sempat gadis itu merasa iba walau hanya berlangsung dua menit, sudah dia katakan beribu-ribu kali jika Fabian itu orang paling menyebalkan yang pernah dia temui, jika sudah begini dia tidak lagi merasa kasihan.

Love Zone - I'm To SweetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang