" jadi menurut Lo gimana? "" gimana apanya? Lo nanya apaan dah? Perasaan baru ngomong kalau Lo suka sama cewek."
" gue suka tapi gue enggak yakin kalau dia suka sama gue juga, jadi gue enggak akan bilang."
Nathan yang heran sekaligus bingung melihat Fabian yang mendadak menjadi cowok galau yang dikelilingi rasa gelisah.
" gue bingung "
Nathan tertawa kecil lalu menepuk bahu Fabian sedikit keras, " Weh selamat bro! Akhirnya Lo waras, dari dulu gue heran kenapa Lo bisa enggak suka sama dia."
" kenapa Lo bilang kaya gitu?"
" waduh Bro!" Nathan menyenderkan dirinya pada Fabian seraya merangkul orang itu," gini deh, Lo kan sering duduk berdua ya, abis itu kalian sama sama jomblo kan ya? Mana mungkin enggak ada yang suka, ya ternyata yang suka Lo kan?"
" Bentar, Lo ngomongin siapa sih?”
“ Halah enggak perlu Lo bilang juga gue tau kok orang yang Lo suka,”
“ tau dari mana hayo?”
“ dari mata batin.” tutur Nathan santai,
“ lagipula gue engga bego-bego amat. Cuman buat tau Lo suka sama dia gampang, Lo sering jaim cuman di depan dia doang, Lo selalu senyum, enggak banyak ngomong, tapi jail.”Fabian terdiam, apakah memang orang dapat dengan jelas melihat dirinya menyukai teman satu bangkunya itu?
“ jangan pusing mikirin gue tau dari mana, enggak terlalu keliatan sih soalnya yang lain juga enggak tau Lo suka sama dia.”
“ menurut Lo gue ngomong atau jangan? ”
“ kalau serius suka ya ngomong lah! Tapi kalau cuman dibuat bercandaan lebih baik enggak usah, kasian.”
Libur yang memakan waktu empat hari sangat membuat siswa-siswi menikmati masa-masa tenang di rumah, namun seperti biasa jika sudah memasuki libur yang panjang maka di hari pertama masuk siswa yang biasa datang pagi pun akan sedikit siang karena masih terbawa suasana liburan yang membebaskan mereka.
Pagi hari suasana kelas masih sangat sepi, tidak biasanya hanya dua orang yang baru tiba di sekolah. Di antaranya
Amaya dan Nathan yang entah bagaimana ceritanya bisa pergi sepagi ini. Ketika melihat Amaya datang tentu saja Nathan merasa lega akhirnya ia tidak lagi sendirian di ruang kelas.“ akhirnya gue enggak sendirian lagi.”
Amaya tersenyum kecil, lalu berjalan menuju tempat duduknya. Hal pertama yang dia lakukan tentu saja menaruh tasnya di kursi dan duduk, namun ketika meraba bagian bawah mejanya ia merasa ada sesuatu disana. Ketika ia menunduk dan melihat apa barang yang tidak sengaja ia sentuh barusan.
“ coklat? Punya siapa nih,” ia keluarkan cokelat yang masih terbungkus rapi dengan sehelai kertas diatasnya.
Tujuan utamanya tentu saja satu-satunya orang yang mungkin mengetahui tentang cokelat ini, Nathan yang sudah lebih dulu datang dibanding dirinya. Ia hampiri Nathan yang sedang memainkan game di ponselnya.
“ Nathan, liat yang bawa cokelat ini? Atau ada orang yang masuk tadi?”
“ Cokelat? Enggak tuh, tadi pas gue dateng pintunya masih dikunci kok.”
" Gitu ya, makasih.”
Amaya tidak kembali ke mejanya namun memilih untuk keluar untuk membaca secarik kertas yang ditaruh di atas cokelat tadi, tidak banyak kata yang ada di dalamnya jika dilihat secara sepintas.
Isi surat itu hanya
' dimakan ya,'
“ dipikir cokelat mau di pajang? Ya dimakan lah, tapi ini engga beracun kan ya?” ujar gadis itu dengan bimbang dan melihat lebih detil lagi kemasan cokelat yang ada di tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Zone - I'm To Sweet
Teen FictionRasanya di cocoklogikan oleh teman-teman nya itu tidak enak, walaupun sempat tumbuh rasa tapi dia tidak mungkin bisa bersanding dengan Fabian yang jelas-jelas dekat dengan banyak wanita bahkan salah satunya adalah sahabat dia sendiri. kepribadian ny...