perbandingan antara rasa senang dan kecewa jisung terhadap kelas tambahan di kelas tiga ini adalah lima puluh banding lima puluh. senang karena waktunya di sekolah jadi makin lama, dan kecewa karena kelas malam ini hanya berselang sampai jam delapan.
harusnya diteruskan sampai jam sepuluh, atau sampai tengah malam pun tak apa. jisung malah senang. karena itu artinya, waktunya di sekolah semakin panjang, dan jisung bisa terhindar dari paksaan yuri untuk selalu belajar dan berakhir mengerjakan puluhan soal dari guru private yang bahkan kadang tak ia ingat namanya.
jisung muak, juga bosan karena harus selalu belajar bersama orang asing yang selama sesi les private berlangsung, mereka hanya bicara singkat di akhir waktu. itupun menanyakan apakah jisung paham atau tidak, alih-alih menanyakan keadaannya.
jujur saja, jisung ingin seseorang menanyakan bagaimana kondisinya. apakah ia senang atau tidak. jisung tak ingin banyak teman, satu pun cukup asal benar-benar peduli tentang dirinya.
jisung menghentikan langkah di ujung koridor sekolah yang mulai sepi, tinggal beberapa anak yang baru keluar dari kelas setelah nyaris seharian berkutat dengan buku dan materi ujian.
beberapa kelas di lantai satu sudah gelap, tinggal lampu di tiap-tiap ujung koridor yang dibiarkan menyala meski remang-remang. jisung merogoh saku, mencari ponsel untuk mengirimkan pesan pada yuri, berbohong jika ia akan pulang larut karena harus lanjut belajar di perpustakaan umum.
setelah terkirim, jisung langsung mematikan ponselnya. masa bodoh mamanya akan marah-marah. jisung butuh pelarian sejenak dari ribuan materi yang nyaris mematikan sejuta sel dalam otaknya.
namun entah mendapat angin dari mana, jisung tiba-tiba berbalik, berjalan cukup cepat menuju kelas nomor dua dari ujung. sedikit melongok di depan pintu ketika beberapa anak keluar dari sana karena kelas mereka baru saja berakhir.
alis jisung mengerut, dari sekian kepala yang menghuni kelas itu, tak ia dapati batang hidung seungmin. membuatnya menerka-nerka, apakah seungmin melewatkan kelas tambahan?
"maaf, ganggu. kim seungmin-nya ada?" sedikit takut sebenarnya, tapi jisung nekat menghentikan langkah seorang pemuda yang baru saja melangkah keluar dari ambang pintu.
pemuda dengan freckless di pipi itu nampak menatapnya penuh tanya, alis menyatu dan kening mengerut. "seungmin nggak ikut kelas tambahan."
cukup kecewa mendengarnya. jisung hanya ber-oh singkat, lantas mengulas senyum tipis sebelum berbalik. namun belum sempat ia melangkah, sosok itu menghentikan niatnya karena lontarkan tanya.
"temannya seungmin, ya?"
jisung kembali berbalik, nampak bingung mau menjawab apa. beberapa waktu lalu, seungmin memperingatinya jika mereka bukan teman. tapi masa bodoh, jisung akan selalu menganggap seungmin sebagai temannya.
maka tanpa ragu jisung mengangguk. "iya, gue temannya."
jisung berlalu, meninggalkan felix yang menatapnya ragu-ragu. sebab ia pikir, selama ini seungmin tak terlalu dekat dengan orang lain untuk dijadikan teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
if we have each other; seungsung ✓
Fanfictionthe world was perfect, if we have each other. that should be. -warn! might mention violence, depressed, and self harm. ©skyvies,2023. may, 1st. july, 16th.