Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"seungmin, bangun."
sayup-sayup suara wanita paruh baya yang menginvasi pendengaran seungmin membuat pemuda itu perlahan membuka kelopak mata. mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya matahari yang masuk menyapa netra.
kalau boleh, seungmin ingin kembali tidur. tubuhnya lelah, matanya masih mengantuk, bahkan untuk membuka kelopak sedikit lebih lebar saja rasanya sangat sulit. yang tertangkap oleh korneanya ialah siluet seorang wanita, tengah berdiri menjulang di sebelah ranjang.
"seungmin masih ngantuk, ma. lima menit lagi."
pemuda itu bukannya bangun, malah bergerak untuk mengubah posisi jadi menyamping. memeluk bantal lain dengan mata memejam rapat.
"nggak ada kesempatan untuk bermalas-malasan, seungmin. meskipun hanya lima menit. kamu tahu kan mama nggak suka liat orang buang-buang waktu? bangun!"
seungmin merasa ada sesuatu yang memukul kepalanya. membuatnya terperanjat bangun, meringis ngilu sebab pening yang menyerang usai dirinya tersentak bangun.
perlu beberapa detik untuk seungmin netralkan pusing, dan selama itu pula ia tak mendengar suara wanita yang baru saja memukul kepalanya. tersadar, seungmin mendongak lantas edarkan pandangan.
jantungnya mencelos, berdentum terlalu keras ketika menyadari jika tinggal dirinya yang berada di dalam kamar. tidak ada wanita paruh baya yang mengusik paginya dengan omelan perihal waktu yang begitu berharga.
ruangan ini sunyi. hanya ada sebuah lemari di dekat pintu dan meja belajar di sebelah jendela kamar. seungmin mengernyit, jendela kamarnya masih terbuka. dan sekelebat memori melintas, ia lupa menutupnya setelah duduk di sana selama nyaris satu jam dini hari tadi karena tak bisa tidur.
seungmin meringis untuk yang kali kedua. kali ini disertai denyut ngilu di dalam dada, sebab lagi-lagi ia bermimpi. jika mama ada di rumah ini.
di saat ia tengah menetralkan degup jantung dan pernapasan yang naik turun, seungmin dikejutkan oleh panggilan dari ponsel yang ia letakkan di sisi lain ranjang. detik selanjutnya ia mendecak, nampak malas menanggapi.
namun melihat nama kontak yang tertera, pemuda kim buru-buru menggapai benda persegi panjang itu. alisnya menyatu, heran mendapati belasan panggilan tak terjawab di pukul tiga pagi.
dengan dada bergemuruh seungmin menggeser ikon hijau lantas menempelkan benda itu ke telinga.
"halo, kak hyena?"
"seungmin! kenapa susah banget hubungin kamu?"
seungmin meringis, refleks sedikit menjauhkan ponsel dari telinga sebab teriakan dari seberang panggilan. "aku baru tidur jam dua, kak. kenapa? ma—"
"tante sora kumat lagi...sampai kejang-kejang."
pemuda kim tertegun, ludah yang berusaha ia telan rasanya tersendat di kerongkongan. "terus sekarang keadaannya gimana?"