13 // rumah

307 58 22
                                    

bunyi keran yang dinyalakan menjadi satu-satunya pemecah sunyi kala seungmin baru saja memasuki dapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

bunyi keran yang dinyalakan menjadi satu-satunya pemecah sunyi kala seungmin baru saja memasuki dapur. pemuda itu ketukkan telunjuk pada pinggiran wastafel untuk mengusir suntuk, menunggu sampai air mencapai tiga perempat baskom kecil yang tengah diisinya.

pandangannya mengelana jauh, memikirkan isi kepala yang serasa rumit bak benang kusut. seungmin sendiri tak yakin, hal apa saja yang tengah dipikirkannya sampai-sampai tak menyadari jika air yang tengah ditampungnya kini telah mencapai batas.

bunyi air yang tumpah ke dalam wastafel segera sadarkan pemuda itu, seungmin dengan panik memutar keran. sedikit mendecak ketika kaos putih yang ia kenakan terkena cipratan dengan jumlah yang tidak sedikit.

pemuda kim menghela napas berat, menatap nanar baskom hijau yang penuh dengan air. apa yang harus dilakukannya kini? jelas-jelas pikiran seungmin tak tertuju pada air baskom itu, ada satu hal lain yang mengganggu isi kepalanya.

setelah melalui perdebatan cukup lama dengan pikirannya sendiri, seungmin putuskan untuk merogoh saku celana. mengambil ponsel dari dalam sana dan segera mencari room chat seseorang untuk dikirimi pesan.

to changbin:
bang, sorry.
tar malem kayaknya gue
gak bisa back up.

pesan terkirim. namun seungmin nampaknya belum terlalu puas dengan pesan yang baru saja tersampaikan. pemuda itu mengetuk-ngetuk pinggiran ponsel dengan bibir tergigit.

setelah cukup lama memikirkan, seungmin ketikkan lagi pesan lain sebelum menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku.

gue ada urusan mendadak
yang gak bisa ditinggal.

seungmin lantas meraih baskom yang sebelumnya tergeletak di dalam wastafel. sedikit membuang air—dengan perasaan tidak rela— karena baskom hijau itu terlalu penuh, lantas berderap ke salah satu kabinet untuk mengambil sapu tangan dan antiseptik.

"gue nggak mau pulang, seung."

alis seungmin bertemu, keningnya mengernyit aneh waktu jisung tiba-tiba menceletuk ketika dirinya baru saja memasuki kamar untuk menaruh baskom ke atas nakas.

pemuda han itu mendelik tajam, bersidekap dada dengan punggung bersandar ke belakang, tatap seungmin dengan bibir mengerucut waktu pemuda itu baru saja pertemukan pantat dengan sisi ranjang.

"lo udah di sini seharian, ji. lo liat, udah jam empat," seungmin menunjuk jam dinding di atas pintu kamar dengan dagu, jarum panjangnya telah mencapai angka tiga, lantas kembali loloskan tatapan tajam pada pemuda han. "dan apa-apaan lo barusan manggil gue begitu? jangan sok dekat lo sama gue."

bibir jisung makin maju, matanya semakin tajam mendelik pada seungmin yang mulai membasahi sapu tangan ke dalam baskom.

"kalau lo lupa, gue udah pernah nyium lo di bibir dan pipi. dan lo," jisung menunjuk tepat hidung seungmin, tak menyadari jika punggung seungmin tiba-tiba menegang ketika ia menyinggung itu. "udah nyium gue di bibir juga...sama di leher. biar lo mau mengakui kalau kita dekat, do i need to fuc—"

if we have each other; seungsung ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang