Pagi yang cerah di hutan ajaib, tempat Universe Magic Academy berdiri dengan gagah. Kicauan burung-burung terdengar merdu dan dengan sopan menyapa setiap murid.
Para peri pekerja sudah bergerak kesana-kemari mengurus segala pekerjaan ini dan itu. Pun juga para murid yang sedang bersiap untuk masuk kelas hari ini. Khusus untuk hari ini mereka semua wajib menghadiri kelas Sejarah karena katanya ada tamu penting yang akan datang.
"Kira-kira siapa tamu itu?", tanya Ken kepada Twink, peri kecil pribadinya.
Twink yang sedang mengelap daun pohon kerdil pun menoleh, "Entah, mungkin Axel bakal tau."
"Hah, Axel? Siapa Axel?"
"Ituuu, perinya Pangeran Hee. Kamu gak tau? Axel itu peri paling ganteng, loh. Selain ganteng dia juga paling pintar." kata Twink dengan pipi yang memerah karena membayangkan wajah Axel.
Ken memicingkan matanya, "Kemarin kamu bilang peri yang paling pintar itu Stacy. Sekarang Axel. Gimana, sih?"
"Dua-duanya sama pintar. Kita gak tau siapa yang lebih pintar diantara mereka."
Melihat raut wajah Twink yang sangat serius, muncul ide jahil di kepala Ken, "Tapi Stacy sama Axel cocok, ya?", godanya.
Raut wajah Twink mendadak berubah murung, dia menghela napas, "Nah, itu masalahnya. Ada rumor di kalangan peri kalau Axel itu suka sama Stacy. Stacy emang cantik, cantiiik banget. Apalagi dia keturunan bangsawan. Kami para penggemar Axel jadi patah hati, huhu.."
"Oh, di kalangan peri ada yang begituan juga, ya?" Ken mulai tertarik dengan keunikan dunia peri.
"Ya, pasti ada. Kita para peri juga punya perasaan kali. Tapi kalau aku berharap sama Axel pasti gak bakal tercapai. Aku cuma peri pekerja, sedangkan Axel itu peri ksatria. Gak mungkin banget."
Ken menatap perinya itu, "Gak ada yang gak mungkin, Twink. Di dunia ini-
"Aku sama Axel beda kasta, Ken. Di dunia peri, ksatria cuma bisa disanding dengan para ksatria atau bangsawan. Dan peri kaya aku, cuma bisa sama peri pekerja atau peri penjaga."
"Ah, apapun bisa terjadi, Twink. Udahlah, jangan dipikirin. Itu bisa buat energimu terkuras. Ayo kita sarapan." Ken tersenyum hangat.
"Tapi-
"Bersihin itu nanti aja. Ayo!"
Twink tersenyum, kemudian mengikuti Ken dari belakang. Betapa beruntungnya punya majikan sebaik dan sejahil ini.
_•°*°•_
Kelas Sejarah dimulai setengah jam lagi. Semua murid sudah berkumpul di aula, menunggu tamu penting itu datang. Mereka berbincang membahas sembarang topik. Sebagian ada yang sibuk memakan cemilan sembari menunggu. Ada juga yang tidur.
"Asta, udah dengar tentang HMC?" tanya Aiden kepada sahabatnya itu.
"Hydrotesa Magic Competition?"
Aiden mengangguk, "Iya, katanya tiga pekan lagi. Tapi belum ada respons apapun dari sekolah. Apa kita lagi yang ikut?"
"Gue harap enggak."
"Lah? Kenapa? Kalo kita ikut bagus, dong. Itung-itung kompetisi terakhir sebelum lulus."
Asta menatap Aiden, "Lo tau gue punya kenangan buruk dengan Negeri Air, Aiden."
Aiden menenggak salivanya, 'Astaga, kenapa gue bisa lupa, coba? Aduh, ini kudu gimana?'
"Maaf, gue lupa, hehe.."
KAMU SEDANG MEMBACA
[HIATUS] We Call Them : Anak Agung
Teen FictionDeretan petualangan yang menanti mereka tak terkira panjangnya. Secara tak tertulis, mereka dilahirkan untuk memecahkan banyak masalah, teka-teki, dan membuktikan banyak ramalan yang ada. Yang namanya kehidupan, 'People come and go' tidak bisa diba...