21. Sunoo Maupun Christ, Dialah Sang Raja Pemburu

166 20 13
                                    

Pegunungan menjulang tinggi mengelilingi kota. Rumah-rumah penduduk dan sebuah kastil yang berdiri megah di tengah-tengahnya. Dari sini, tercium amarah yang begitu pekat. Amarah para vampir atas penculikan Raja mereka yang dilakukan oleh Do Hua Young.

Ya, kabar itu diterima dengan cepat oleh Arthur dan Hyeongseop. Mereka segera mengumumkan kepada para warga,

"Bagi laki-laki dewasa, siapkan diri kalian untuk bertempur. Wanita dan anak-anak tetaplah disini dan jangan ada yang keluar gerbang. Raja Agung kita telah diculik oleh Do Hua Young, Raja kita belum sepenuhnya pulih setelah pertukaran masa. Kita harus membantunya."

Aura kegelapan menyelimuti lembah itu, kemarahan, kebencian, dendam dan semangat berkobar. Semuanya telah siap, mereka akan meluluhlantakkan kediaman Do Hua Young.

_•°*°•_

Sementara itu di dalam sebuah batu raksasa, tempat tinggal Do Hua Young semenjak dia terang-terangan menunjukkan pengkhianatannya, dia sedang duduk santai di singgasana abal-abal yang entah darimana dia dapatkan. Begitu senangnya dia menyaksikan darah yang tak hentinya menetes dari tubuh Sunoo.

"Aku turut prihatin, sepertinya sangat sakit, ya?" Do terkekeh mengejek. Sunoo menatapnya jengkel namun tak ada yang bisa dia lakukan. Apapun alat yang digunakan Do untuk menyegelnya sekarang, alat itu benar-benar tak memberikannya kesempatan untuk menyerang.

Tangan, kaki, leher dan pinggangnya dirantai dengan kuat. Bahkan bicara pun Sunoo hampir tak sanggup.

'Yang Mulia, ini aku, Arthur. Pasukan kerajaan sudah tiba di dekat kediaman Do. Jangan khawatir, kami akan melepaskan anda segera.'

"Apa ini hanya perasaanku saja atau memang ada gerombolan vampir yang menuju kemari? Oh, sepertinya itu para rakyatmu, ya? Mereka setia sekali, tetap mengakui mu sebagai raja meski nyatanya kau lemah begini."

Sunoo mendengus kesal, 'Putar balik pasukanmu, Arthur. Aku tidak ingin mereka berkorban untukku. Kembalilah, aku bisa mengatasi urusan ini.'

'Kali ini permintaan anda tidak bisa aku turuti, Yang Mulia. Kami akan terus maju.'

'Do mengetahui pergerakan kalian.'

'Justru itulah tujuan kami. Bertahanlah dan kami akan menjemput, wahai Raja.'

Sunoo berdecih, kenapa pula Arthur harus keras kepala begini. Dia berusaha mengatur nafasnya agar rasa perih dari luka-lukanya tidak semakin menjadi. Do sepertinya mengetahui usahanya itu,

"Sudah kuduga. Kau sendiri tidak kuat menahan rasa sakit itu, 'kan? Astaga ternyata usahaku beraliansi dengan dimensi luar tidak sia-sia."

Deg?

'Apa?' Sunoo menatap Do bingung. Yang ditatap terkekeh menyeka ujung matanya,

"Kau ini Raja, 'kan? Tapi sepertinya kau bodoh sekali. Sejak ratusan tahun lalu aku sudah memulai aliansi ini, Christ. Aku terus belajar banyak mantra, melakukan integrasi dan penelitian, dan aku berhasil. Kau lihat alat ini?" Do menunjukkan sesuatu yang mirip dengan alat yang tadi dia gunakan untuk melukai Sunoo.

Sunoo menggeram.

"Namanya pistol. Aku mendapatkannya dari dimensi normal. Tapi aku ceroboh meninggalkan pistol kesayanganku di Atlantos. Ah, tidak masalah. Aku yakin anak-anak bodoh itu tidak tau cara menggunakannya, lagipula magasinnya kosong.

[HIATUS] We Call Them : Anak AgungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang