Hampir satu jam sejak mereka tibaa di pantai. Kini kedai 'Aunty Nap dan Uncle Rang' dipenuhi oleh para anak agung. Tentu saja Bibi Nap sangat senang dengan kehadiran mereka. Memang semalam seekor kura-kura datang menyampaikan pesan bahwa 'Putri Einyd mengatakan kalau dia ingin kedaimu hanya untuk para Putra dan Putri Agung besok'.
Jadi semalaman Bibi Nap tidak bisa tidur karena terlampau senang kedainya akan dipenuhi Putra dan Putri Agung hari ini. Sampai-sampai Paman Rang mencibirnya.
"Paman Rang, kami pesan kelapa meletup dua lagi." kata Ken. Allen mengangguk, rasa air kelapa meletup sungguh enak. Seperti namanya, saat diminum akan terasa seperti letupan-letupan di dalam mulut kita.
"Siap, Putri."
Heeseung mengacak rambut Allen pelan, "Tadi katanya takut gak suka."
"Itu tadi. Sekarang beda."
Niki, Jay dan Sunoo kini sibuk menyantap ramen yang tadi mereka pesan. Rasanya sungguh lezat, sangat berbeda dengan ramen yang lain. Entah bumbu apa yang diracik oleh Bibi Nap, tapi rasanya rame ini pantas mendapatkan predikat terenak sepanjang masa.
"Pedes, pedes enak."
"Belum pernah gue makan ramen seenak ini, sumpah. Enak banget." puji Jay.
"Bibi Nap, mau gak pindah jualan ke sekolah kita aja? Pasti laku banget, asli." Niki menawarkan. Bibi Nap terkekeh,
"Bener tuh, Bik. Trus anak UMA itu seru-seru semua, loh. Kita contohnya. Ya gak, Ken?" Jungwon menyikut lengan Ken yang tengah fokus-fokusnya menyendok daging buah kelapa meletup.
Ken tak menghiraukan Jungwon, dia sudah terlena dengan kelezatan buah kelapa ini.
"Bukannya saya tidak mau, Pangeran Niki, Pangeran Jungwon. Tapi di sini sebenarnya saya juga membuka kantin untuk Hydrotesa Magic School." jelas Bibi Nap penuh sopan dan lembut.
Sunoo memutar bola matanya jengkel, "Gini, kalau di UMA itu gaji bibi lebih besar, apalagi murid di sana berkali-kali lebih banyak."
Bibi Nap melambaikan tangan sebelum izin kembali ke dapur untuk menyiapkan bahan-bahan masakan yang lain. Kemudian datanglah Kirei dan Kadytha yang tiba-tiba sudah berganti pakaian menggunakan baju ala-ala Moana.
"Hai, adik-adik!" teriak Kirei.
Kadytha langsung mencomot ramen milik Niki dan memakannya dengan wajah tanpa dosa. Sementara Niki menatapnya jengkel tapi tetap membiarkan.
"Enak banget--
Kadytha lanjut makan ramen sambil sesekali menyeruput air kelapa meletup. Kirei langsung membaca dengan teliti papan menu yang berada di depan kedai,
"BIBI NAP! Kirei cantik pesan cumi pedas dua porsi!" teriaknya tanpa malu. Jay menutup kedua telinganya sebagai upaya perlindungan dari tongkek akibat suara Kirei.
"Siap, Putri Kirei!"
Untuk selanjutnya Kirei memilih duduk di antara Allen dan Einyd. Sebenarnya jika menurut kata hati, dia akan duduk di sebelah Jay. Tapi kata otak, dia tidak boleh duduk di sana karena dia akan makan dua porsi cumi pedas, dan wajahnya pasti akan belepotan. Jadi, untuk menghindari kata-kata cemoohan dari mulut Jay, lebih baik dia duduk di dekat kedua temannya ini.
Allen dan Einyd lantas menatap Kirei dari atas sampai bawah lalu menatap wajahnya lagi.
"Lo curi dimana?"
"Eh, sembarangan! Ya dibeli, lah! Masa iya Kirei cantik dan baik hati ini mencuri--
"Uhukk!" Jay memukul-mukul dadanya karena tersedak hampir mati mendengar kalimat Kirei barusan. Karena kerasnya suara batuk Jay, Ken sampai kaget dan ikut tersedak.
KAMU SEDANG MEMBACA
[HIATUS] We Call Them : Anak Agung
Teen FictionDeretan petualangan yang menanti mereka tak terkira panjangnya. Secara tak tertulis, mereka dilahirkan untuk memecahkan banyak masalah, teka-teki, dan membuktikan banyak ramalan yang ada. Yang namanya kehidupan, 'People come and go' tidak bisa diba...