Prolog

200 43 4
                                    

Ada yang bilang, kesan pertama adalah penentu bagaimana pandangan orang lain terhadap diri kita kedepannya. Kesan pertama yang baik akan memudahkan kita untuk menjalin kedekatan lebih lanjut dengan orang tersebut. Dan sebaliknya kesan yang buruk bisa saja menanamkan pandangan negatif yang mungkin akan mempersulit kedekatan.

Jadi sebagai perkenalan pertama aku ingin menghadirkan memori manis tentang alasan mengapa judul buku ini ditulis "Astrophile"

-----

Bintang Fazeela namanya, gadis kecil yang kini duduk di depan kanvas kosong dengan kedua tangan yang memangku dagu.

Kelas melukis selalu begini, membuatnya bosan juga merasa pusing akan tugas yang diberikan.

Jika kemarin mereka diminta melukis bunga favorit, maka hari ini tema nya bebas dan seperti biasa masing-masing anak akan mempresentasikan hasil lukisan mereka di depan kelas.

Bintang itu tidak mahir melukis, jangankan mencampur warna sekedar cara memegang  kuas saja masih sering salah.

Sementara gurunya meminta mereka melukis, lalu mempresentasikan di depan kelas yang berarti karyanya harus cukup bagus untuk dipertontonkan.

Bintang menghela napas, dari mereka yang sibuk bermain warna dan imajinasi hanya kanvasnya yang kosong.

Menoleh pada sosok Pandu di sebelahnya yang terlihat begitu fokus sejak tadi, jelas membuat Bintang penasaran dan ingin melihat lebih dekat.

"Gambar apa?" tanya Bintang membuat Pandu yang sejak tadi sibuk menorehkan kuas refleks menoleh dan sedikit mundur ketika posisi wajah Bintang cukup dekat dengannya.

"Oh ini, aku lukis langit. Bagus kan?"

Bintang mengangguk, meski tidak terlalu mahir tapi Pandu juga tidak seburuk dirinya dalam hal melukis.

Yah sejauh ini lukisan Pandu memang lebih mudah ditebak bentuknya dari pada lukisan Bintang yang kadang sulit diinterpretasikan.

"Kenapa harus langit?"

Pandu tersenyum simpul, menatap Bintang yang terlihat memperhatikan kanvas miliknya dengan teliti.

"Karena disana bintang akan selalu hidup."

Bintang menoleh, padangan bertemu dengan tatapan Pandu. Alisnya mengernyit bingung akan kalimat juga senyum yang ditampilkan pria disebelahnya.

"Tapi di laut juga ada bintang kan?"

"Kenapa tidak lukis itu saja?"

Pandu terkekeh, ucapan Bintang memang tidak salah. Bintang laut juga bintang kan?

"Itu beda, yang ini bisa bersinar."

"Kelap-kelip, cantik."

Bibir Bintang terbuka, dia mengangguk pelan mencerna kalimat Pandu.

Bintang bangkit, gadis itu tau apa yang harus ia lukis hari ini.

"Kalau gitu aku mau gambar roket aja!" Soraknya membuat Pandu seketika mengernyit melihat semangat Bintang yang berapi-api.

"Kenapa tiba-tiba jadi mau lukis roket?"

"Biar bisa pergi ke langit, aku juga mau bersinar," sahutnya dengan cengiran membuat Pandu langsung mendengus.

"Nggak usah jauh-jauh, aku bisa jadi langit."

Pandu mengucapkannya dengan mudah, bahkan matanya tak lagi menatap Bintang saat itu. Dia masih fokus melukis, membuat Bintang mendengus sebal.

"Mana mungkin?"

"Kamu nggak bisa jadi langit, buktinya ketemu kamu nggak bisa bikin aku jadi bersinar."

-----

Astrophile itu sebutan bagi mereka yang suka mempelajari ilmu mengenai bintang. Astronom amatir katanya.

Dan sama seperti mereka, Pandu juga ingin mempresentasikan dirinya sebagai seorang astrophile.

Bedanya bintang yang ia pelajari ini cukup unik. Edisi terbatas yang hanya ada satu di dunia.

Bintang Fazeela namanya, alasan bagi Pandu ingin menjadi langit. Tempat bintangnya hidup. Tempat Bintang bersinar.

 Tempat Bintang bersinar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Astrophile|Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang