14|Sekar Renjana

33 13 1
                                    

Bagaimana caranya paham cinta, kalau selama hidup tak pernah dicintai?

***

Sekar itu artinya bunga, bagian cantik dari tumbuhan dengan segala warna dan harumnya. Sedangkan renjana, renjana memiliki arti perasaan hati yang kuat akan suatu hal, baik berupa rindu, cinta maupun kasih.

Sekar Renjana, nama cantik yang disusun dengan segala makna baik. Sekar Renjana, secantik namanya juga secantik pemiliknya. Tubuhnya terbilang berisi di bagian yang tepat, kulit hitam manis, lesung pipi dengan rambut panjang yang hitam dan tebal.

Tak perlu memakai banyak riasan, dengan alis tebal, bibir tipis, dan hidung mancung tegas membuat Sekar Renjana cantik dengan aura alaminya.

Tergabung dalam kelas X Bahasa 3, Sekar Renjana yang baru beberapa bulan tergabung di ekskul lukis berhasil dekat dan akrab dengan Pandu selaku sosok yang jadi senior di kelas lukis. Awal masuk kelas, Renjana sempat kebingungan, beruntung ada sepupunya Andreas jadi Renjana tak sendirian, dia menguntit kemanapun pria itu pergi. Ikut menyelundup diantara Andreas dan Pandu yang pada akhirnya menjadikan keduanya saling mengenal, dekat dan berakhir dengan jatuhnya suka Renjana pada sosok Pandu.

Pandu yang sama, yang selalu berusaha menjadi langit untuk bintang limited edition, Bintang Fazeela.

"Bintang..." Renjana menoleh, gadis yang kini sibuk menyapu di depan kelas bersama beberapa teman lainnya tampak terpaku menatap sosok kakak kelas, Bintang yang kini berlari dengan keadaan menangis disusul Pandu di belakangnya.

"Widih, pagi-pagi kak Bintang sama Pandu udah kejar-kejaran aja. Mereka kenapa lagi tuh?" Celetuk teman Renjana membuat gadis itu merasa bersedih.

Bintang dan Pandu terlalu dekat, mengenal Pandu berarti juga harus mengenal Bintang sebagai pendamping setianya.

"Kayaknya lagi ada masalah, tumben kak Bintang sampai nangis begitu. Kak Pandu juga kelihatan panik, mereka berantem kali ya?"

"Jangan-jangan putus."

Renjana menggeleng, melempar asal sapu di genggamannya kemudian berlari menuju arah Bintang dan Pandu berlalu mengabaikan panggilan dari teman-temannya.

Renjana menghentikan langkah, menyembunyikan tubuh di balik tembok menatap lekat punggung Pandu dan Bintang dihadapannya.

"Bi, lo marah sama gue?"

"Maaf Bi..." Ujar Pandu, mendekat kearah Bintang tapi gadis itu tetap menjauh berusaha memalingkan wajah.

"Bi dengerin dulu.."

Pandu menarik tangan Bintang, menatap gadis yang kini terisak dengan perasaan bersalah.

"Maaf, gue keterlaluan."

Tangis Bintang pecah, gadis itu mendekat sembari memukul dada Pandu secara berulang.

"Lo jahat Ndu, lo jahat sama gue. Gue nggak suka lo deket sama Renjana, gue nggak suka lo sama dia Ndu."

"Selama ini gue cuma punya lo Ndu, cuma lo yang sayang sama gue. Cuma lo yang selalu ada."

"Kalau gue takut, gue cape. Cuma lo satu-satunya rumah yang gue punya."

Bintang menghentikan pukulannya, masih terisak hebat memegang kerah seragam Pandu.

"Kalau lo sama Renjana, lo nggak bakalan perduli sama gue. Lo bakalan lupa sama gue dan lo..."

Bintang tak bisa melanjutkan kalimatnya, ketakutannya terlalu hebat membuat gadis itu tak bisa melanjutkan kalimat karena isaknya yang kian mengeras.

"Maaf bi, maafin gue. Gue salah."

Astrophile|Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang