23|Sebuah Awal

5 3 0
                                    

Tidak ada yang abadi, tidak bahagia maupun luka.

***

Orang bilang usaha tak akan mengkhianati hasil, kan? Jadi Pak Kardi berpikir bahwa hari ini adalah ending dari buah kesabarannya selama ini. Kalaupun interview ini gagal, paling tidak dia sudah punya awal yang baik untuk membenahi satu-persatu kekacauan yang ada. Terlebih dengan reaksi Bintang kemarin, Pak Kardi yakin sebentar lagi semuanya akan pulih kembali secara perlahan.

"Kenandra Ardian?"

Pak Kardi bangkit mengangkat tangan ketika namanya dipanggil, sebelum masuk dia menyempatkan diri untuk merapikan sekilas penampilannya.

Kali ini kita tak akan membahas lebih lanjut tentang bagaimana teknis interview di perusahaan pak Kardi, karena dibanding fokus pada pertanyaan HRD menyelami perasaan Pak Kardi sepertinya jauh lebih menyenangkan. Perasaan bahagia penuh harap, ada rasa pesimis ketika bersanding di ruang tunggu bersama kandidat lain yang tampaknya jauh lebih punya kesiapan. 

Namun Pak Kardi juga tidak goyah semudah itu, karena ia menyimpan dengan baik kalimat Bintang pagi tadi di memori kepalanya. Kalimat dengan nada sederhana yang berusaha utuk tidak disampaikan dengan mendalam, "Pa, aku nggak mau Papa memaksakan diri. Berhasil atau nggak, aku cukup dengan usaha Papa!"

Mengingatnya selalu memunculkan senyum, bahkan Pak Kardi tak sadar jika sejak tadi ia teah menyelesaikan seluruh tahapan seleksi.Mulai dari tes, wawancara hingga tahap akhir. Pengenalan lingkungan kerja.

"Saya pribadi mengucapkan selamat bergabung dengan perusahaan kami Pak, barang kali mungkin bapak ada pertanyaan seputar gaji atau aturan kerja pak?"

"Saya rasa cukup jelas Bu."

"Baik, karena semuanya sudah selesai. Mari pak, biar saya perkenalkan langsung dengan kariawan lain. Tapi sebelum itu kita ke lantai empat ya, biar saya perkenalkan langsung dengan Direktur, kebetulan beliau sedang ada di tempat."

Pak Kardi mengangguk, mengikuti arahan sang HRD menuju lantai empat sembari menatap kagum pada sekeliling. Gedungnya cukup luas, terdiri dari empat lantai dengan penghubung lift ke satu sama lain.

"Permisi pak, saya membawa karyawan baru yang akan mengisi posisi salesman kita yang kosong." Ucap sang HRD setelah mengetuk pintu kaca dan dipersilahkan masuk.

Pak Kardi masih menanti dengan sabar, meskipun tingkah direkturnya ini dirasa sedikit Angkuh. Lihat saja, dia bahkan tidak berbalik setelah sapaan itu, hanya mengangkat tangan menunjuk pintu sebuah isyarat agar sang HRD keluar.

"Baik pak saya permisi, pak Kardi Anda bisa memperkenalkan diri setelah ini."

Pak Kardi mengangguk, tampak mempersiapkan senyum ketika pintu kembali ditutup berganti dengan suara kursi yang berputar.

Baru saja dia ingin mengucapkan salam, tapi matanya sudah menangkap hal yang salah pada sosok di hadapannya. Direkturnya ini tampak seperti,

"Ghani?"

"Apa kabar Kardi, sudah menikmati keindahan kantor ini?"

"Selamat bergabung, sepertinya ada kesepakatan kecil yang belum HRD kami sampaikan ya."

"Saya yakin ini pasti menyenangkan, Anda wajib setuju!"

***

Langit tampaknya memprihatinkan hari ini, dibandingkan biru dia terlalu lelap pada mendung itu. Gumpalan awan gelap yang bukan hanya menutupi pesona cantiknya tapi juga menimbulkan ke khawatiran di benak Bintang.

Astrophile|Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang