01|Mari Ku Ajarkan Bahagia

116 40 22
                                    

Kalau bahagiamu jauh dimata, maka bahagiaku jauh di hati.

***

Bahagia itu menurut kalian seperti apa sih?

Perasaan senang setelah mendapat penghargaan atas pencapaian yang susah payah kamu perjuangkan?

Berupa rejeki tak terduga di tengah membludaknya tagihan?

Atau sesederhana mencintai dan dincintai kembali?

Bagi Pandu, mungkin opsi ketiga yang paling menyenangkan. 

Dari dulu semenjak Pandu mengenal Bintang dan jatuh cinta, Pandu selalu punya mimpi bisa berjalan di samping gadis itu dan dipandang dengan jelas. Bukan sebagai seorang sahabat, tapi kekasih. Seseorang yang Bintang percaya untuk menjaga hatinya. Namun sayangnya sosok yang Pandu Cintai adalah Bintang Fazeela. Gadis cerewet, pecinta K-Pop yang selalu heboh tiap kali melihat lelaki Korea yang entah siapa namanya menampakkan diri di layar ponselnya.

Pandu tak paham, dibandingkan jatuh pada sosok dekat dan nyata seperti dirinya Bintang malah terobsesi dengan pria yang bahkan tidak tahu dirinya hidup di belahan bumi mana.

Padahal Pandu bukan pilihan yang buruk, dia juga tampan, punya skill melukis yang patut diacungi jempol. Cuma minusnya nggak jago aegyo aja.

Kalau begini caranya bagaimana Bintang bisa peka akan perasaannya? Jika tiap kali yang Bintang pandang selalu pria dengan rambut warna-warni ayam itu. 

"Sumpah tuhan kenapa ada cowok sesempurna ini? Ganteng banget sih." pekik Bintang yang sibuk streaming di sebelah Pandu dengan wajah memerah merasa gemas sendiri.

Sesekali Bintang akan berteriak heboh, menutup wajah dengan hoodie milik Pandu di pelukannya, atau bahkan sekedar memukul lengan Pandu untuk menyalurkan kegemasan pada tingkah idolanya.

Ini bukan hal aneh lagi, hampir setiap jam istirahat Bintang habiskan untuk streaming. Itung-itung sebagai bentuk support pada suaminya yang LDR nan jauh disana.

Ya, beda jarak, beda tujuan, beda perasaan.

"Ndu dia nggak cape apa ya ganteng mulu? Gue aja cape, loh teriak-teriak tiap kali liat gantengnya dia. Auranya itu bikin gue nggak bisa berpaling." 

Pandu memutar bola matanya malas, bisa-bisanya gadis ini. Bersandar padanya tapi memuja pria lain. 

"Lihat kan Ndu. Udah ganteng, lucu, mana suaranya ngajak nikah lagi."

"Gue mau deh jodoh kayak dia..."

See, lihat kan? Bintang itu terlalu gila. Jatuh cinta pada sosok idola yang terlalu sulit digapai dan mengabaikan sosok sekeren Pandu.

Berani-beraninya dia, padahal kalau disandingkan Pandu jelas lebih baik. 

Jelaslah, kalau bukan Pandu siapa yang selalu ada di samping gadis itu?

Pria Korea dengan rambut warna-warni itu mana bisa, kenal Bintang saja tidak.

"Bi, kantin yuk. Bentar lagi jam istirahat abis nih, lo belum sarapan kan katanya tadi?" ajak Pandu berharap Bintang mau menghentikan kegiatan menontonnya. 

Ya meskipun sia-sia.

Bintang menggeleng, "Nggak ah Ndu. Gue mau nonton suami gue dulu. Lo sendiri aja, gue titip yang kayak biasa ya. Es tehnya nggak usah pake gula deh, soalnya hari ini suami gue senyumnya manis banget, gue takut diabetes anjir!" 

Bintang tersenyum manis, menutup wajahnya dan tertawa gemas membuat Pandu muak bukan main.

Tidak menjawab pandu hanya menatapnya datar dan memilih pergi sendiri.

Astrophile|Sudah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang