4

426 43 3
                                    


.
.

Pagi pagi sekali Ardi sudah berada di rumah sakit. Membawa paper bag berisi makanan dan minuman yang bisa di makan Nuka saat ini.

Namun langkahnya terhenti kala pendengaran nya mendengar tawa renyah dari dalam ruangan Nuka. Melihat dari balik kaca pintu, disana Nuka tengah tertawa lepas dengan Aji yang sedang mencubit pipinya mesra. Membuat Ardi tanpa sadar meremat gagang pintu masuk.

Ardi menunduk. Termenung sesaat, lalu kembali mendongak. Menata ekspresi nya semula. Dan kemudian memutar gagang pintu tersebut.

Ceklek

"Hai..."

"Ar.. Lo gak ada kelas pagi hari ini??"

"Kenapa.. Lo ngusir gue karena ganggu acara intim Lo sama pacar Lo inj?" Ardi menaruh paper bag diatas meja dan menatap dua pria didepannya.

"Apaa??" Tanya nya saat tatapan kedua pria itu terus mengarah padanya.

"Oke fine. Gue keluar. Kalo butuh apa apa panggil gue aja" desah Ardi lalu melangkah keluar sebelum Nuka memanggilnya.

"Makasih ya Ar udah peduli sama gue selama ini" ucap Nuka tulus.

"Bukan kah itu gunanya sahabat" ucap Ardi lalu meneruskan langkahnya. Meninggalkan Nuka yang tercenung menyadari ada yang beda dari ucapan Ardi barusan. Kenapa ucapannya terkesan dingin??

"Hei.. lagi mikirin apa? Sampe keriput gini ni jidat" ucap Aji seraya mengelus pelan kening Nuka. Nuka hanya terkekeh.

"Pengen keluar Ji.. bosen di kamar mulu"

"Oke. Ayok"

Jadilah keduanya menuju taman belakang rumah sakit dimana ada beberapa pasien juga dengan kursi roda dan mata Nuka menangkap Ardi yang tengah mengobrol dengan dokter yang menangani nya.

"Ji.. menurut Lo gue bakalan sembuh gak?" Tanya Nuka.

Aji diam beberapa saat lalu tangannya erat menggenggam Nuka.

"Harus bisa lah. Gue bakal ada di samping Lo terus kok"

"Makasih" Nuka tersenyum simpul. Aji yang gemas lantas mendaratkan kecupan diseluruh wajah Nuka.

"Ah.. apaan sih. Malu diliat orang"

"Biarin. Sama pacar sendiri juga."

Hati Nuka berbunga. Aji menjadi semanis ini padanya. Tampaknya Nuka harus bersyukur dengan semua kejadian sebelum ini. Membuat Aji terus disampingnya, tak meninggalkannya dan bersikap manis dan perhatian seperti ini. Nuka tak bisa melunturkan senyumannya.

.
.

Setelah lewat seminggu, kini Nuka beraktivitas seperti biasa. Kuliah bersama Ardi dan malamnya selalu menemani Aji menyelesaikan sift nya.

Tak ada yang berubah dari Aji selain sikapnya yang bertambah manis dan perhatian setiap hari. Bahkan sekarang Aji selalu meminta Nuka untuk tinggal bersamanya.

"Beneran gapapa nunggu gue selesai, jam 11 baru pulang kita"

"Gapapa. Tapi gue boleh main game di hape Lo ya"

"Jangan kecanduan tapi. Kalo gak nyaman sama AC di sini ke meja outdoor aja di samping. Ntar gue siapin"

"Okee"

Aji meninggal kan Nuka yang mulai fokus dengan ponselnya.

Berbeda dengan Nuka yang berbahagia setiap hari, Ardi justru tengah sibuk memikirkan sesuatu.

Ponselnya berdering, menampilkan nama 'om julius' dilayar. Dengan malas, Ardi mengangkat telpon tersebut.

"Halo om"

Last Wish (END)Where stories live. Discover now