19

223 21 5
                                    

When the heart is dead...
.
.
.

Aji mengulas senyum. perasaan tenang dan damai ia rasakan. Duduk didekat perapian dan bercengkrama dengan kedua orang tua nya, itu yang Aji lakukan saat ini.

Sang ibu sedang merajut baju tebal untuk Aji. Agar dirinya terlindungi dari hawa dingin.

Sang ayah menyesap kopinya. Uap itu terlihat masih mengepul ke udara.

Sesekali Aji memainkan beberapa mainan yang tergeletak didepannya. Tangan mungilnya menggerakkan sebuah mobil mainan dan ia mengeluarkan suara khas sebuah mobil.

"Papa.. ini hewan apa??" Tanya Aji sembari mengangkat mainan berbentuk hewan yang ia tidak tahu apa itu.

"Itu namanya tupai.. "

"Aji gak pernah liat.."

"Besok kita cari ya hewan yang namanya tupai"

Aji mengangguk. Kaki kecilnya membawa tubuh nya kedalam pelukan sang papa.

Jauh disudut sana, ada seseorang yang memperhatikan si kecil itu.

Ajisena mengusap pipi nya yang berlinangan airmata. Ia menyaksikan dirinya sendiri sewaktu kecil dengan kedua orang tuanya.

Rasa rindu itu begitu membuncah. Ingin sekali Aji berhambur kepelukan sang ayah, namun ia tak bisa. Aji tak bisa bergerak sedikitpun dari tempatnya berdiri. Tubuhnya transparan selayaknya sebuah bayangan. Ia hanya bisa menyaksikan sebuah momen masa kecilnya dulu.

Aji tak tahu ia berada dimana, tapi ia begitu senang begitu bisa melihat kedua orang tuanya. Juga Ajisena dimasa kecil.

Aji melirik kebawah, kakinya terikat tambang kecil berwarna merah. Tambang itu perlahan menjerat tubuhnya. Merayap keatas dan mengetatkan cengkraman nya. Aji meringis kecil, ia sama sekali tak bisa bernafas.

Saat matanya kembali bergulir ke depan, ia melihat kedua orang tuanya menatap aji dengan senyuman.

"Maa....paa....." Aji terisak. Suaranya begitu serak dan terdengar pilu.

Aji berusaha melepaskan dirinya. Tambang sialan ini semakin memperkuat jeratannya.

Aji hanya mampu memandangi kedua orang tuanya yang juga tengah menatapnya kini.

Lalu Aji menyadari tambang yang mengikatnya ini menjulur ke arah lain. Ia mengikuti alur tambang itu, lalu menemukan sosok yang tubuhnya juga terikat dengan tambang yang sama.

Nuka,

Hanya saja, tambang itu tak begitu kuat menjerat tubuh Nuka, terlihat longgar sehingga memudahkan Nuka untuk bergerak.

Nuka menghampiri kedua orang tua Aji. Mereka saling melempar senyum.

Lalu kemudian Nuka memeluk mereka erat hingga akhirnya tambang itu terlepas.

Aji tak mengerti situasi sekarang. Ia ingin juga memeluk mereka.
Orang orang yang Aji sayangi sekarang ada didepan matanya namun Aji malah tak bisa menjangkau nya.

Nuka terlihat bercerita dengan kedua orang tua Aji. Aji tak bisa mendengar nya, sebab telinga nya berdenging. Ia hanya mencoba memahami lewat gerakan bibir yang mereka lakukan.

"Ma... Paa.... Nuka... Tolongin Aji"

Aji meronta minta dilepaskan dari tambang merah yang masih menjeratnya.

Namun mereka seolah tak mendengar suara Aji. Justru sang Aji kecil yang menatap Aji bingung.

Aji memejamkan matanya saat seberkas sinar yang begitu menyilaukan menyinari ruangan itu.

Last Wish (END)Where stories live. Discover now