12

289 48 0
                                    

BnHA © Kohei Horikoshi

12
Turnamen

Ketika Midnight hendak mengundi nama untuk urutan dan lawan pertarungan, Ojiro dan anak kelas B di kelompokku dan Shinsou memutuskan mengundurkan diri. Mereka merasa tidak benar dinyatakan lolos ketika mereka sendiri tidak merasa melakukan apapun.

Aku menoleh ke arah Shinsou yang berbaris di dekat prodi umum. Cowok satu itu tampak tidak peduli. Ia hanya melirik sesaat sebelum membuang muka. Ekspresinya masih bosan seperti biasa.

"Keputusan yang bodoh. Tapi aku suka!" Midnight mencambuk udara. "Baiklah! Pengunduran diri Shouda dan Ojiro kuterima!"

Sebagai ganti dua orang itu, awalnya diberikan kepada tim anak kelas B bernama Kendou, tapi cewek itu menolak dan memutuskan untuk memberinya ke tim Tetsutetsu yang sudah berjuang hingga akhir.

"Jadi... Yang lolos adalah Tetsutetsu dan Shiozaki, ya...! Kalau begitu, bagannya akan kami pasang."

Pandanganku terfokus pada namaku yang berada di antara Ashido dan Tokoyami. Pertandingan antar kelas, ini akan merugikan kedua pihak karena quirk sudah diketahui. Kalau begitu, yang menjadi penentu adalah kekuatan fisik dan strategi.

Meneliti nama, aku terkekeh melihat nama Shinsou berdampingan dengan nama Midoriya. Pertandingan itu akan menyenangkan untuk dilihat. Tapi sepertinya Shinsou tidak akan bisa bertahan dengan mudah.

Aku melirik ke arah Shinsou yang mengajak Midoriya mengobrol. Tapi sebelum dijawab, ekor Ojiro sudah membekap si surai hijau. Sepertinya Ojiro sudah menebak sedikit quirk milik Shinsou.

Present Mic: Untuk saat ini, mari kesampingkan event utamanya dulu dan nikmati event hiburannya!

"(Y/n), mau kemana?" tanya Jiro.

"Menenangkan diri. Lalu, pakaianku perlu diganti."

Mengganti pakaian dengan seragam olahraga, aku membungkuk di atas wastafel toilet. Membasuh muka dan mendongak, melihat pantulanku di cermin. Air mengalir di wajah yang tampak muram. Berkali-kali kubasuh wajah, berharap air bisa membawa pergi perasaan tidak nyaman di dada. Tentu saja usaha putus asaku tidak membawa hasil.

Aku berjongkok dengan tangan mencengkram pinggir wastafel. Menunduk dan memelototi lantai yang menguarkan aroma karbol pembersih.

"Tenang saja (Y/n)... Tenang... Yang perlu kamu lakukan hanya menang... Ya, hanya menang... Persetan dengan alasan... Yang harus kamu lakukan hanya... hanya... hanya menang... Seperti biasa..."

Aku bangkit, memandang pantulan di cermin dan menghela nafas kasar. Kembali menunduk untuk melihat wastafel dengan sisa air yang menggenang, menggeleng pada diri sendiri.

"Tidak... Tidak... Ini tidak benar. Tidak hanya menang... Tapi, kalau begitu apa lagi?" Aku mengacak rambut, membiarkan pita ungu jatuh ke pinggir wastafel dan rambutku kusut berakhir jatuh menutupi wajah. "Mama... Papa... Otou-san... Okaa-san... Tolong aku..."

***

Duduk di samping Jiro, aku memandang ke arena dengan kosong. Untung saja giliranku bukan yang pertama atau aku harus melaluinya dalam mood yang buruk. Jiro menyodorkan sapu tangan, mengangguk saat aku meliriknya ragu. Sambil menggumamkan terima kasih, aku menerimanya dan mengelap tangan yang masih basah kuyup.

ShadowWhere stories live. Discover now