40

83 18 2
                                    

BnHA © Kohei Horikoshi

40
Kacchan Diincar

"LALU SAMPAIKAN LAGI! SETIDAKNYA PARA VILLAIN INI PUNYA SATU TUJUAN, MEREKA MENGINCAR KACCHAN!"

Kacchan?! Bakugo? Villain-villain itu mau apa mengincar Bakugo? Dijadikan villain? Tapi, kan, tidak ada sisi darinya yang cocok menjadi villain selain wajah dan cara bicaranya, oh caranya bertindak juga agak cocok untuk menjadi villain.

Melihat Midoriya yang hendak bangkit, aku buru-buru melilitnya dengan bayangan. Menahannya agar tidak bangkit dan melakukan hal bodoh apapun yang melintas di benaknya.

"Mau ke mana, Midoriya-san? Bukankah lebih baik kembali ke asrama, lukamu jelas bukan luka ringan loh." kataku.

"Tapi, Kacchan... Aku harus menemui Kacchan... Menyelamatkannya..."

Alisku terangkat, "Ke hutan? Yang penuh villain itu?"

Midorita mengangguk-angguk. Matanya melebar dan bergetar, entah karena semangat atau kesakitan. Tapi yang pasti, aku lemah dengan puppy eyes semacam itu. Meski sekuat apapun akal sehatku menolak, pada akhirnya aku hanya bisa menghela napas dan mengangguk.

"Baiklah, akan kubawa kamu ke Bakugo-san." Membuat anjing yang cukup besar, yang bisa kulakukan hanya membantu Midoriya naik sambil memelototi pertarungan dengan was was, mengkhawatirkan serangan nyasar atau malah serangan tiba-tiba. Untungnya dua villain masih disibukkan oleh Mandalay dan Tiger, sama sekali tidak diberi kesempatan untuk menyerangku dan Midoriya.

Mengabaikan teriakan Mandalay yang menyuruh kami kembali ke asrama, aku berlari di sebelah anjing hitam yang membawa Midoriya di punggungnya. Langkah terburu-buru kami membawa kami masuk ke dalam kegelapan hutan, tersembunyi di balik bayang-bayang pepohonan yang menawarkan perlindungan sekaligus ancaman tergantung seberapa beruntung kami.

"Ini akan menjadi acara bertahan hidup yang sulit Midoriya-san," Ucapanku membuat Midoriya menoleh, tampak bertanya-tanya. "Hutan terbakar oleh api biru, api itu milik seorang villain. Aku melihatnya bertarung dengan Aizawa-sensei, pria tinggi berambut hitam dengan tubuh penuh luka bakar. Dia membakar tanpa pikir panjang. Yah, kebanyakan villain juga begitu... selama bisa mengacau, yang lain tidak penting."

"Aku juga bertarung dengan seorang villain... sangat kuat dan brutal." gumam Midoriya.

"Sampai kamu separah ini? Sepertinya Aliansi Villain atau apalah itu berkembang pesat, tidak mengandalkan kuantitas lagi tapi kualitas," kataku. "Sepertinya akan sulit memberantasnya."

"Tapi, pro hero pasti akan melakukan sesuatu... Lalu semua murid bersama-sama dan membantu satu sama lain, seharusnya masih ada harapan."

Perkataan Midoriya membuatku menghela napas. Sepertinya buruk jika aku terus mengatakan hal pesimis di depan teman sekelasku yang tetap optimis di tengah kondisinya yang sangat memprihatinkan ini. Bukankah hero harus optimis? Kalau tidak salah, aku pernah dengar quote 'optimis adalah kunci banyak pintu keberhasilan'.

Aku menggelengkan kepala kuat-kuat, mengusir pikiran buruk. Segenap hati kukerahkan untuk memunculkan setitik rasa optimis di benakku. Berhasil? Tentu saja tidak.

[Mandalay: Kami sudah mengetahui satu tujuan musuh. Murid yang bernama "Kacchan"! Siapapun yang bernama "Kacchan" sebisa mungkin menghindari pertarungan dan jangan bergerak sendirian! Kamu paham, Kacchan?!]

Uah... Benar-benar disebut Kacchan.

"Bakugo-san pasti akan sangat marah, meski dia memang selalu marah setiap saatnya." gumamku.

"Kagehira-san, maaf, bisakah kita lebih cepat?" tanya Midoriya.

Aku mengerjap dan mengangguk. "Sepertinya bisa. Tapi tidak akan senyaman ini, akan banyak guncangan jadi pegang erat-erat."

ShadowWhere stories live. Discover now