42

72 17 3
                                    

BnHA © Kohei Horikoshi

42
Ahli Melarikan Diri

Yang dilawan oleh Uraraka dan Asui adalah villain perempuan dengan senyuman lebar nan gila di wajahnya. Pakaiannya seperti seragam sailor. Rambut pirangnya terkuncir dua dengan berantakan. Jujur saja, aku akan mengatakan dia tampak agak imut jika tidak melihat belati yang tergenggam di tangannya.

Bahkan meski sudah ditekan di tanah oleh Uraraka, villain itu masih tersenyum lebar dan tampak bahagia. Kegilaan yang terlalu kental itu membuatku mengerutkan kening dan merasakan pusing. Dia berbahaya. Sekarang saja sudah berbahaya, tidak terbayangnya seberapa bahayanya dia nanti jika tidak dihentikan.

"Sebenarnya seberapa besar kenaikan level Aliansi Penjahat ini?" gumamku, memijat pelipisku.

"URARAKA?!"

Interupsi itu membuat Uraraka lengah, dengan mudah villain itu melompat bangun. Ia melepas tekanan dari pemilik quirk zero gravity, mendorongnya ke samping sementara dia mengambil jarak aman.

"Ah... SIAL!" Uraraka terjungkal di tanah.

"Terlalu banyak orang... Aku tidak mau terbunuh. Jadi, dadah... ?!"

Aku mengerutkan kening saat menyadari villain itu membelalakkan matanya, ekspresinya tampak longgar. Meski menjijikan aku menggunakan kata ini untuk mendeskripsikan lawanku, matanya tampak berkilauan. Dengan cepat, mataku bergerak-gerak, memindai siapa yang mungkin menjadi objek kekaguman villain satu itu.

Rasanya perutku jatuh saat melihat tatapan berkilauan itu tertuju pada temanku yang babak belur dan bersurai hijau. Midoriya?! Dan dalam kondisi berantakan seperti ini?! Gadis itu psiko atau apa?!

Tapi meski penuh kekaguman seperti cinta pada pandangan pertama itu, aku akan bertepuk tangan pada rasionalitas villain itu karena tetap mengutakan keselamatan dirinya. Villain itu melarikan diri di antara pepohonan.

"Tunggu!" Uraraka hendak mengejar sebelum ditahan oleh Asui.

"Kita tidak boleh gegabah!" seru Asui. "Kita masih belum mengetahui quirk-nya."

"Itu benar, Uraraka-san," Aku mengangguk. "Bisa jadi quirknya berfungsi sempurna di tengah hutan sehingga dia mau memancingmu ke sana. Lebih baik menjaga jarak aman."

Todoroki membuka suara. "Cewek barusan..."

"Penjahat dan dia sinting." gerutu Uraraka.

"URARAKA! KAMU TERLUKA!" seru Midoriya penuh kekhawatiran.

"Aku tidak apa-apa, kok," elak Uraraka. "Malah Deku-kun yang lebih parah."

Yah, sepertinya tidak mungkin ada yang mengalami luka separah Midoriya saat ini.

Sementara yang lain sedang mengkhawatirkan satu sama lain, jantungku harus mendapatkan olahraga lainnya. Hawa dingin dan kosong di belakangku serta kurangnya suara dari orang yang seharusnya paling berisik membuatku ingin pingsan saat itu juga. Aku menoleh dan 90% dari otakku terhenti seketika saat melihat kekosongan itu.

Bagaimana bisa aku melupakan mereka?!

Kenapa aku tidak curiga pada keheningan Bakugo?!

Aku yang paling dekat dengan mereka, kenapa aku tidak sadar?!

Apa aku terlalu fokus pada area sekitar?!

Apa rasa sakit mengaburkan fokusku?!

Tidak, betapa sampahnya aku. Aku tidak boleh menyalahkan lukaku. Bahkan meski dengan luka bakar di sekujur tubuh, tidak dibenarkan untuk mengabaikan tugas. Napasku tertahan di tenggorokan, kulepaskan dengan paksa.

ShadowWhere stories live. Discover now