23

178 36 1
                                    

BnHA © Kohei Horikoshi

23
Ryoji

Ryoji bekerja serabutan, semuanya adalah hal yang dilarang. Ia banyak membunuh pejabat, biasanya ia membunuh target yang sudah dipilih oleh seorang agen misterius, Ryoji menyebutnya Psikopat Bertangan Bersih. Kejahatan terakhir yang (Y/n) tahu adalah pembuatan strategi pembobolan bank.

Tapi, Ryoji juga bekerja paruh waktu di restoran cina di gang depan. Gadis kecil itu juga sering melihatnya membantu di toko kelontong seberang dan tetangga manapun yang meminta bantuannya.

Rumah kumuh itu menjadi agak berwarna. Jendelanya diberi tirai (f/c), ada futon baru untuk gadis kecil bersurai ungu itu. Sebuah kotak ditambah untuk tempat pakaian-pakaian barunya dan mainan-mainan yang sering diberikan Ryoji setiap kali gajian.

(Y/n) memandangi pria yang menjatuhkan dirinya ke lantai, aroma sabun cuci piring memenuhi indera penciumannya. "Sebenarnya, kenapa kamu masih bekerja padahal hasil misi kriminalmu itu banyak?"

"Menghidupi anak hero dari uang hasil tindak kriminal itu tidak terdengar benar, kan?"

"Padahal aku tidak peduli." gumam (Y/n).

(Y/n) berbalik dan memutuskan untuk membantu dengan makan malam. Lagipula mereka memang hanya punya roti, paling ditambah daging yang benar-benar dihemat. Tambahan daging itu juga hanya di hari gajian Ryoji di akhir pekan. Itu adalah pekerjaan mudah bahkan bagi anak kecil sepertinya, hanya sekali lihat Ryoji mengerjakan dan ia langsung bisa.

"Ngomong-ngomong, apa cita-citamu? Anak seusiamu suka membicarakan tentang hal itu, kan?"

"Menjadi hero seperti Mama dan Papa."

Ryoji tertawa. "Dan mereka menyetujui?"

"Tidak juga." gumam (Y/n)

"Yah, tidak mungkin mereka menyetujui semudah itu. Apalagi jika mereka sudah merasakannya sendiri."

Gadis kecil itu meletakkan piring berisi roti dan irisan daging di depan Ryoji. Ia mengambil susu dan meminumnya, duduk di depan pria yang menyantap rotinya dengan tenang.

Ryoji memandangi (Y/n) yang memandang kosong ke dinding. Gadis itu terlalu sering melamun hingga membuat pria itu khawatir. Bagaimana kalau gadis itu kerasukan? Ia menggeleng, mengusir pikiran absurd itu.

"Kalau mau menjadi hero, coba tersenyum lebih sering."

(Y/n) mendelik. "Saran macam apa itu?"

"Hm... Menurut pengamatanku, mayoritas hero terbagi menjadi dua. Yang menenangkan sipil dengan kekuatannya dan yang menenangkan dengan sifatnya. Kalau kamu tidak memiliki kekuatan monster yang tak terkalahkan, bukankah akan lebih mudah jika mulai membentuk karakter yang bisa membuat orang lain tenang?"

Gadis kecil bersurai ungu itu terdiam. Ia tidak lagi meneguk susunya, hanya memandangi gelas yang tinggal terisi setengah. Sepertinya, ia sedang memikirkan perkataan pria di depannya. Wajah seriusnya itu membuat Ryoji mendengus geli.

Mendongak dari gelasnya, ia mengulas senyum yang tampak jelas terpaksa. Matanya masih datar, senyumnya hanya mencapai pipi. Bahkan raut wajahnya ini lebih tidak menyenangkan dari wajahnya yang biasa. Rasanya kalau ia orang dewasa dan merupakan temannya, Ryoji akan memukul wajah mengesalkan itu.

"Senyum seperti ini?" Nada kebingungan yang terkesan imut itu sangat berkebalikan dengan raut menyebalkan di wajahnya.

"Uah... Terpaksa sekali..." gumam Ryoji.

"Lalu, bagaimana?! Wajahku memang begini!" gerutu (Y/n) sambil melanjutkan minum susunya yang tertunda.

Ryoji menepuk kepala gadis yang cemberut. "Tenang saja. Tidak perlu terburu-buru. Kamu masih muda, waktumu masih panjang. Nanti juga akan ada waktunya di mana kamu bisa tersenyum dengan sempurna."

ShadowWhere stories live. Discover now