37

104 22 1
                                    

BnHA © Kohei Horikoshi

37
Darmawisata Musim Panas

Berita tentang Midoriya yang diancam oleh villain di tengah keramaian pusat perbelanjaan sudah menyebar. Di luar dugaan, Yuuei tidak membatalkan darmawisata itu meski Eraser Head bilang bahwa ada perubahan dalam lokasi dan tidak akan disebarluaskan hingga hari keberangkatan.

Dengan pidato kepala sekolah di aula, semester pertama yang sibuk dan intens ini dinyatakan selesai. Liburan musim panas tiba dan darmawisata menanti.

"(Y/n)! Lotion anti serangganya sudah dibawa? Bekal? Air mineral? Pakaian ganti? Uang jajan?" Keributan di ruang tamu membuatku menghela napas lega.

Sejak aku turun dari lantai 2, Ibu terus-terusan mengoceh, memastikan semua barang penting sudah masuk ke ranselku yang menggembung. Aku memelototi Ayah yang meledek bahwa aku lebih mirip anak SD yang darmawisata ke kebun binatang, alih-alih anak SMA yang pergi ke pelatihan musim panas.

"Sudah semua, kok. Okaa-san tidak perlu khawatir begitu."

"Duh! Benar tidak ada yang tertinggal, kan? Perlu diantar ke sekolah tidak? Mumpung Ayahmu masih di rumah." tanya Ibu memberikan pelukan erat.

"Tidak perlu, aku akan naik kereta saja." tolakku lembut sambil menyambut pelukan longgar Ayah.

"Kalau ada apa-apa, kabari. Jangan bertindak gegabah, jangan terpisah dengan kelasmu!"

Nasihat itu membuat tawa Ayah meledak, "Duh! Anakmu itu SMA, bukan anak TK."

"Tetap saja-" gerutu Ibu. "Pokoknya, hati-hati dan semangat pelatihannya. Akan Ibu siapkan makanan kesukaanmu saat kamu pulang."

"Tolong belikan pizza!" kekehku.

"2 loyang untukmu!"

Aku hanya tertawa mendengar seruan Ibu. Membalas lambaikan kedua orang tuaku yang seperti melepas anak mereka untuk merantau ke seberang samudera, aku berjalan menuju stasiun.

Aku benci musim panas.

Udara panas dan matahari terik sudah cukup buruk. AC kereta tidak terasa dingin dengan orang-orang yang berhimpitan. Sayangnya itu belum yang terburuk, hawa panas membuat semua orang berkeringat dan aku mual dengan aroma berbagai jenis parfum yang tercampur dengan keringat.

Setelah berhasil menerobos padatnya orang di dekat pintu keluar, hawa panas menyerang, tidak memberi sedetik pun untukku bernapas lega. Menghela napas lelah, aku berjalan pelan menyusuri jalan menuju sekolah. Suara tonggeret meramaikan suasana, berpadu dengan suara serangga-serangga lain.

Aku mengusap peluh, menatap putus asa pada gerbang sekolah yang masih beberapa meter lagi. Aku bergabung dengan kerumunan murid kelas 1-A, menerima sodoran kipas dari Jiro.

"Terima kasih... Kamu penyelamatku..." gumamku.

"Tidak perlu," elak Jiro sambil menepuk bahuku. "Yosh... Yosh... Kamu sudah berjuang."

Rasa lelah berlebih membuatku tidak terlalu memperhatikan konfrontasi Monoma yang diakhiri dengan pukulan dari Kendo atau gumaman mesum Mineta. Ketika bus kelas A, tiba aku nyaris menyeret Jiro masuk sesaat setelah pintu terbuka.

Jiro tertawa. "Bersemangat sekali, eh?"

"T-Tidak... Aku hanya sudah tidak kuat dengan panasnya..."

"Mau duduk dekat Yaomomo?" tawar Jiro.

"Boleh. Aku baik-baik saja duduk di mana pun." jawabku.

Menurut Eraser Head, perjalanan akan memakan waktu 1 jam. Sayangnya aku tidak bisa mendengar lanjutan perkataannya karena keriuhan murid lain di dalam bus. Aku menghela napas lelah, niatku untuk istirahat harus pupus karena keributan ini.

ShadowWhere stories live. Discover now