18

233 42 1
                                    

BnHA © Kohei Horikoshi

18
Pilihan

"PKL kalian akan berlangsung seminggu penuh, semua lapangannya adalah tempat yang bagus. Tapi mereka yang mendapat nominasi, akan memiliki daftar pribadi mereka sendiri. Jadi, silakan pilih salah satu.

"Dan yang tidak mendapatkan nominasi sama sekali, akan mengambil daftar dari 40 lapangan yang ada di luar kota ini. Silakan pilih dari daftar ini. Wilayah dan keunggulan mereka berbeda-beda, contohnya No.13 yang lebih berfokus pada penyelamatan dibanding bertarung dengan villain, jadi pikir matang-matang sebelum memilih. Kembalikan daftarnya paling lambat akhir pekan ini."

Kalimat itu membuat kelas penuh dengan obrolan tentang memilih pahlawan untuk dijadikan tempat PKL. Aku memandangi kertas dengan setengah hati, rasanya ingin segera pulang dan menanyai tentang pesan dari ibu itu. Tapi, waktu pulang masih lama dan aku masih harus menentukan pilihan penting ini secepat mungkin karena tenggatnya 2 hari lagi.

"Aku akan pergi ke agensi Mount Lady!" Suara Mineta yang penuh kepercayaan diri membuatku melirik.

"Mineta pasti punya pikiran kotor." sahut Asui.

"TIDAK!"

Gumaman panjang Midoriya menyambut pertanyaan Uraraka. Dari obrolan mereka berdua, aku mendapati Uraraka sudah mendaratkan pilihan pada Gunhead yang sudah memberinya nominasi. Ia juga mengatakan bahwa ingin meningkatkan kekuatannya, tersadar setelah pertarungan dengan Bakugo waktu itu.

"Kalau mengincar 2 kelinci sekaligus, kamu tidak akan mendapat apapun." Tokoyami bergumam. Kalau tidak salah, aku sempat mendengar ia bergumam tentang agensi Hawks.

Mataku menyipit saat melihat nama pro hero satu itu juga ada di daftarku. Kenapa ia bisa tertarik denganku? Tapi, letak agensinya ada di Kyushu dan itu terlalu jauh. Saat ini, aku hanya ingin berada dekat dengan orang tuaku dan ia yang dikabarkan kritis.

Terus membalik kertas, aku mencoba mencari lokasi beberapa hero yang menarik perhatianku di internet. Sejauh ini hampir semuanya berada jauh, ada yang di Hokkaido dan Kobe. Rasanya harapanku pupus setelah menyadari bahwa yang kupegang saat ini adalah lembar terakhir.

Pahlawan Fragile.

Itu adalah baris terakhir daftarku sekaligus harapan terakhirku. Mencari di internet, aku tersenyum saat menemukan bahwa agensi itu berada di Hakone yang jaraknya tidak sampai 2 jam dengan kereta.

"Sudah menetukan pilihan?" tanya Jiro.

"Sudah, Jiro-san," jawabku. "Agensi Fragile. Kamu sudah menentukan?"

"Death Arms."

Fragile tidak banyak muncul di media dan itu membuatku tidak bisa menilainya. Tapi ranking-nya dalam chart cukup bagus, masih dalam 50 besar. Karena yang kucari adalah lokasi terdekat, ia adalah pilihan terbaik yang kupunya.

Sambil mendengarkan Jiro dan Kaminari yang sedang mengobrol, aku terus menggulir website berita tentang Fragile di internet. Yang kudapatkan hanya video amatir bertahun-tahun lalu.

"Kenapa kamu tidak menyelamatkannya? Suami bisa selamat kalau kamu menyelamatkannya lebih dulu daripada bayi itu." Seorang wanita paruh baya memukuli tubuh pria di depannya, wajah keduanya tidak terlihat jelas karena kamera yang tidak stabil.

Pria itu mendorong wanita itu ke petugas medis di belakangnya. "Lebih baik periksa otaknya dulu. Mungkin ada masalah hingga ia bisa mengatakan hal sebodoh itu."

Wanita itu memberontak, melempar batu ke kepala pria yang sudah berbalik pergi. "Kamu bukan hero! Kamu pembunuh!"

"Kalau begitu kamu juga pembunuh, kenapa kamu tidak menyelamatkan suamimu sendiri tadi? Kamu hanya menangis, meraung-raung, sementara aku menyelamatkan bayi orang lain." Pria itu mendelik, meski tidak terlihat jelas aku masih dapat melihat raut wajah datar tak berekspresinya

ShadowWhere stories live. Discover now