39

77 21 1
                                    

BnHA © Kohei Horikoshi

39
Serangan Malam Hari

"Senang sekali bertemu dengan kalian, Para Pro Hero!"

Sapaan cosplayer kura-kura ninja itu membuatku mengengut. Pro hero? Memangnya dia katarak apa? Sampai tidak melihat murid-murid yang bersiaga di belakang anggota Pussycat.

"Kami adalah tim depan dari Aliansi Penjahat."

Lagi?! Aliansi satu itu aktif sekali, eh?

Mataku menyipit pada pria besar yang tengah menyundul Pixie Bob yang masih tidak sadarkan diri dengan benda besar yang terbungkus sempurna itu. Benda berat itu sepertinya senjatanya, mengingat ia selalu memegangnya. Ukurannya membuatku agak khawatir, tapi selama masih terbungkus sepertinya tidak apa.

"Apa aku harus menghancurkan otak bocah ini? Bagaimana menurut kalian?"

"AKU TIDAK AKAN MEMBIARKANNYA!" raung Tiger yang maju lebih dekat lagi ke kedua villain itu.

"Tunggu... Tunggu dulu! Jangan gegabah, Maggie! Kau juga tenang sedikit!" Si kura-kura ninja yang melompat maju, menengahi kedua pria berotot yang siap bertarung kapan saja. "Membunuh atau menculik mereka, semua itu tergantung apakah mereka mau menuruti perintah stain."

Aaah... Tidak hanya cosplayer kura-kura ninja, dia juga fans maniak stain. Paket komplit sekali villain kura-kura itu.

"Stain?! Apa dia terpengaruhi olehnya?!" seru Iida.

"Ara ara~ Iida-san, kupikir itu bukan kalimat yang bijak," gumamku.

"Aah, benar juga! Aku adalah orang yang menjemput Stain di kota itu! Izinkan aku memperkenalkan diri, aku Simon!" Villain kura-kura itu menarik gagang yang tersembunyi di balik punggungnya, menunjukkan senjata aneh yang terbuat dari puluhan senjata berbilah tajam yang digabungkan dengan ceroboh hingga terlihat canggung. "AKU YANG AKAN MEWUJUDKAN MIMPINYA!"

"Wahhh... Maniak sekali..." gumamku.

"Uwah!" Midoriya di sebelahku tersentak, memelototi senjata besar nan aneh itu.

"Aku tidak peduli siapa kalian. Tapi gadis yang terbaring di sana sedang mencari pasangan belakangan ini. Dia bilang ingin hidup seperti gadis muda, walaupun umurnya sudah tidak muda lagi..." geram Tiger, tampak semakin marah setiap kata yang diucapkannya. "Meninggalkan luka di wajah wanita seperti itu... APA YANG BISA KAMU KATAKAN LAGI SEBAGAI SEORANG LAKI-LAKI?!"

"PAHLAWAN JUGA INGIN HIDUP NORMAL, YA!" kekeh Simon.

"Tiger! Aku sudah mengirimkan sinyal! Keselamatan siswa yang lain akan kuserahkan padanya! Kita akan bertahan di sini!" seru Mandalay. "Anak-anak, yang lain sudah pergi! Kalian dengar, kan?! Jangan melawan mereka! Ketua kelas, cepat bawa teman-temanmu pergi!"

"BAIK! AYO!"

Aku hendak mengikuti anak-anak yang tersisa, berbalik dan menjauhi area yang sebentar lagi akan jadi medan pertempuran. Baru saja aku hendak berlari bersama yang lain, Midoriya berhenti di tengah jalan membuatku menghentikan langkah dengan ragu.

"Midoriya-san?" tanyaku.

"Midoriya?! Apa yang kamu lakukan?!" tegur Iida.

Midoriya berbalik. "Kalian duluan saja! MANDALAY! AKU TAHU!"

Midoriya pergi dan aku tidak mengikutinya. Aku memandangi arah Midoriya pergi, merasa bersalah. Setitik kebaikan hati membuncah, memberikan pikiran menggoda untuk memisahkan diri dengan kelompok Iida yang menuju tempat Eraser Head dan menuju ke tempat Midoriya untuk membantu apapun rencana si surai hijau.

ShadowWhere stories live. Discover now