6 Percaya

2.6K 394 17
                                    

6 Percaya

Kiara membaca undangan digital reuni dari teman satu angkatan kuliahnya. Sekilas sudah ia bayangan orang-orang yang ada di pesta itu. Pasti semua anak-anak itu ingin mengucilkan dan mempermalukan dia karena perbedaan status sosial.

Dulu Kiara dapat berkuliah di tempat elit karena beasiswa. Perbedaan diantara mereka memang sangat menonjol saat itu. Teman-temannya memiliki baju branded serta naik mobil mewah saat kuliah. Sedangkan Kiara hanya mampu naik busway dan memakai baju seadanya.

Menjadi orang tak punya itu sakit. Trust me! Tapi jangan lantas menyerah dengan keadaan. Karena suatu saat keadaan itu akan berbalik. See? Keyakinan Kiara benar. Meski hanya kontrak, sebentar lagi ia akan menjadi istri dari konglomerat terpandang yang mempunyai segalanya.

"Liam!"

"Hm."

"Kamu masih marah? Harusnya aku yang marah karena kamu sudah merusak hubunganku dengan sahabatku!"

Liam yang tadinya berfokus pada laptop mengintip Kiara yang sedang cembetut. Liam terpaksa membawa Kiara pulang karena sang Nenek tidak akan membiarkannya tinggal di luar rumah. Toh mereka akan menikah minggu depan. Jadi seharusnya tak ada masalah.

Bukannya mau posesif atau cemburu, bukan! Liam takut sahabat tengik Kiara itu membujuknya membatalkan kontrak. Atau membuat gosip buruk untuk pernikahannya bersama Kiara nanti. Liam tidak mau jika rencana ini gagal! Mereka harus berhasil mencapai puncak kemenangan. Apalagi dari gelagatnya, pria itu ada rasa terhadap Kiara.

"Kamu sudah terikat kontrak. Jika batal, bayar denda seratus miliyar! Plus bunga sepuluh persen!" Ujarnya dingin.

"Cih!"

"Sudah cepat sana tidur, aku akan tidur di sofa." Liam menutup laptopnya setelah selesai dengan pekerjaannya.

"Liam..."

"Ya?"

"Besok aku ada reuni."

"Tidak boleh!" Jawabnya dengan cepat. Kekesalannya karena Keenan saja belum usai. Sekarang dia mau membuat masalah lagi dengan mendatangi acara reuni?

"Kamu ikut yaa? Bantu aku untuk membuat teman-temanku malu telah mengejekku miskin saat kuliah! Kamu kan kaya!" Kiara mendatangi Liam, lalu duduk disampingnya.

"Males."

"Liam bantu aku! Nanti aku akan memberimu tiket pengabul permintaan. Jadi apapun yang kamu minta akan aku beri!" Bujuk rayunya dengan tampang sok imut.

"Tiket pengabul permintaan?"

Kiara buru-buru mengambil pena dan notebook milik Liam yang tergeletak di samping laptop, lalu menuliskan tiket pengabul permintaan yang dilengkapi tanda tangannya.

"Nih tiketnya! Kamu boleh minta apa aja, asal jangan mesum! Ingat ancamanku tadi!"

"Otak kamu selalu mengarah kesana. Aku ini pria baik-baik!"

"Cih baik-baik apanya!" Kiara menoyor kepala Liam dengan kasar. "Jadi kamu setuju kan?"

"Okey, aku setuju!" Liam tersenyum licik. Ia akan memikirkan apa yang harus Kiara kabulkan nanti. Liam akan membuat wanita itu menyesal telah memberikan tiket bodoh ini padanya. Kira-kira apa yang seru?

"Tapi Liam, ngomong-ngomong... apa nenekmu tidak marah kamu membawaku tinggal disini?"

"Jika marah, aku akan membawamu tinggal di apartemen." Liam tersenyum kecil. "Kamu tenang aja, dia tidak akan marah selagi kita udah serius akan menikah."

"Baiklah! Tapi jika besok ada keributan, aku tidak mau tanggung jawab! Aku akan tidur sekarang!" Kiara beranjak menuju ranjang milik Liam dan merebah disana. Kiara merasa sangat nyaman. Akhirnya ia bisa merasakan empuknya kasur orang kaya. Sumpah, empuknya beda. Bau uangnya begitu menyengkat di hidung.

Marriage DealsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang