9 Mencari Kesempatan

2.7K 353 21
                                    

9 Mencari Kesempatan

"Kok Kakak sama Freya jadi ikutan acara sih? Aku tidak mau Nek! Aku sudah bilang acara ini hanya untuk aku dan Kiara."

Liam protes saat Dipta mengatakan bahwa dirinya dan sang istri akan menyumbang sebuah lagu di acara pernikahannya nanti.

Liam tau bagaimana jagonya pasangan itu dalam bermusik. Maka dari itulah, Liam enggan saat mereka akan menyumbang lagu apapun itu. Bisa-bisa mereka yang menjadi pusat perhatian. Dasar licik!

"Lho kenapa? Jika nenek resmi meminta kalian berkompetisi, maka nenek juga akan menerima apapun cara kalian untuk saling bersaing. Asalkan itu cara yang sehat, bukan kecurangan."

Dipta dan Freya yang sedang sarapan tersenyum sinis. Akhirnya keduanya menemukan cara untuk mendapat perhatian dari acara pernikahan nanti. Mereka akan membuat pertunjukkan classical music, dan memilih instrument romantis yang cukup populer dari Johann Pachelbel.

Dimana nantinya, Dipta akan bermain alat musik cello, dan Freya akan bermin piano. Pertunjukan mereka akan sangat luar biasa.

"Ya kalau kamu nggak terima, silahkan buat pertunjukkan juga. Tapi, apa Kiara bisa bermusik?" Dipta menatap remeh ke arah Kiara yang santai saja menikmati sarapannya.

"Kamu mau, Sayang?" Kiara bertanya dengan nada menantang. "Kamu mau jika kita juga membuat satu pertunjukan?"

Liam menoleh ke arah Kiara yang melempar pertanyaan itu. Ia nampak ragu. Apa iya Kiara bisa bermusik? Kalaupun bisa, apa sanggup menandingi kemampuan Dipta dan Freya? Tidak mungkin.

"Kalau mau, kita muai latihan besok." Kiara berkata-kata lagi.

"Wah wahh... Nenek bangga dengan kalian. Nenek akan sangat menantikan pertunjukkan kalian nanti! Persaingan ya harus seperti ini! Sehat dan kompetitif!"

"Nenek paham betul siapa yang paling jago dalam bermusik." Dipta tertawa semakin sinis. "Aku bahkan pernah kursus di Prancis!"

Kiara melirik pasangan yang ada di hadapannya. Terlalu percaya diri! Mereka meremehkannya? Tidak akan Kiara biarkan.

Ya, ya, Kiara memang miskin. Tapi ia tidak bodoh. Sudah Kiara bilang, profesinya sebagai pacar bayaran telah mengajarinya berbagai hal. Bahkan segala keahlian pernah ia pelajari. Kiara juga sudah pernah berjumpa dengan banyak orang penting. Jadi jangan pernah meremehkannya!

Kiara menoleh ke arah Liam yang terlihat badmood. Setelah pembelaannya di acara Reuni, Kiara sangat bertrimakasih. Kiara akan membalas kebaikannya dengan membuat keinginannya tercapai.

Menurutnya Liam memang orang yang tepat untuk mengurus perusahaan keluarga. Dia memiliki niat tulus untuk mempertahankan perusahaan ayahnya, bukan bersikap serakah seperti Dipta. Kiara yakin ketulusan akan mengalahkan segala hal. Niat baik yang akan menang.

"Selalu merendahkan orang. Lihat saja nanti!" Liam mencibir kakaknya.

*****

Kiara menatap langit-langit kamar mewah yang di tidurinya. Ia menyunggingkan senyuman saat mengingat kembali apa yang Liam lakukan di acara reuni sore tadi.

Liam benar-benar menyelamatkan harga dirinya. Ternyata Liam bisa bersikap se-gentle itu. Ini kali pertama Kiara merasa dilindungi.

Disaat dirinya larut dalam lamunan, suara notifikasi membuyarkannya. Nama Liam Kambing muncul di notifikasi. Pria yang baru saja ia pikirkan, mengiriminya pesan.

"Udah tidur?" Tulis Liam dari kamar sebelah.

"Belum." Kiara membalasnya singkat.

Marriage DealsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang