7 Pembelaan

2.5K 367 5
                                    

7 Pembelaan

"Belum nikah udah berani ajak anak orang kumpul kebo! Seperti tidak pernah diajar ahlak sama keluarga." Sophia memukul punggung Liam dengan sangat keras. Setelah pasangan itu bangun, Sophia langsung mengomeli keduanya.

Kiara di hukum memasak oleh wanita paruh baya itu . Sophia ingin lihat apa wanita itu sanggup melewati tantangannya lagi. Tapi mengingat Kiara pernah tinggal di panti asuhan, seharusnya pekerjaan itu tidaklah sulit.

"Susu yang di kamar, nenek yang antar bukan? Nenek tidak melihat kemesuman kan? Kita hanya menumpahkan kasih sayang dengan saling memeluk!" Liam berkata-kata dengan dramatis.

"Dasar anak kurang ajar! Melawan saja sukanya!" Sophia kembali memukul pundaknya.

"Sekarang tahu siapa yang obralan?" Dipta menyahut dengan raut sinis.

"Kamu itu tidak di ajak Kak, diam saja. Kakak lebih tahu tentang siapa yang lebih baik antara Kiara dan Freya!"

"Sudah! Jangan bicara lagi!" Sophia buru-buru melerai sebelum pertengkaran keduanya berlanjut.

"Dan kamu Freya, bantu Kiara. Kamu juga harus belajar memasak. Kalau amit-amitnya perusahaan bangkrut gimana? Orang itu harus sedia payung sebelum hujan!"

"Nek, Freya tidak biasa memasak! Jangan samakan dia dengan pacar Liam!"

"Aku sudah bilang jika mereka memang tidak bisa disamakan. Kuliatas mereka jauh berbeda! Kiara terlalu berharga untuk disamakan dengan istrimu!"

Ditengah pertengkaran kakak beradik itu, tiba-tiba suara Kiara terdengar menggelegar dari arah meja makan.

"Sarapan sudah siap! Nenek, Liam, ayo makan!"

Sophia spontan menoleh mendengar teriakannnya. Apa mungkin Kiara bisa melakukannya dengan secepat itu? Bahkan belum satu jam Sophia menyuruhnya. Tapi biarlah, karena hal itu membuat cucu-cucunya mengurungkan niat untuk berdebat.

"Aku buat bubur ayam. Kayaknya di cuaca hujan seperti ini, makan bubur sangat enak. Benar kan?"

Kiara kembali berkata-kata sambil meletakkan panci bubur. Menyiapkan kondimen-kondimen seperti ayam suwir, cakwe, kuah bumbu, dan lain sebagainya.

"Emang bisa di makan?" Sophia berjalan mendekat.

"Jangan meremehkan calon menantumu yang cantik ini! Coba Nenek cium aromanya! Bubur ayamku tidak akan terkalahkan!" Kiara melipat tangannya di dada, dan memasang wajah sombong.

"Sudah aku bilang jangan remehin calon istriku! Dia bisa apa saja!" Liam mendekat ke arah Kiara, lalu memeluknya dengan mesra layaknya Galih dan Ratna yang sedang di rundung asmara.

Liam sendiri takjub dan tak menyangka jika Kiara mampu. Padahal Liam sempat ketakutan saat Kiara diminta memasak oleh sang nenek. Tapi ternyata dia bisa melakukannya dengan sangat baik. Liam tidak salah pilih partner.

Sophia menuang bubur itu di mangkok, lalu menambahkan toping yang tersedia. Tak lupa sambal yang menambah cita rasa bubur itu menjadi semakin nikmat. Setelah ia mencoba sesuap, matanya langsung berbinar-binar. Sepertinya itu bubur paling nikmat yang pernah ia cicipi.

"Bagaimana Nek?"

"Sangat enak! Ini enak sekali! Kamu pintar Kiara!"

"Tuangkan untukku!" Liam berujar manja kepada Kiara yang sudah merasa muak dengannya. Pria ini suka sekali mengambil kesempatan.

Tapi karena Sophia benar-benar mengawasi mereka, jadi Kiara mengalah. Semalam saja, apa yang di katakan Liam benar adanya. Wanita paruh baya itu mengunjungi kamar mereka. Kenapa Sophia bisa sekepo itu dengan hubungan cucunya?

Marriage DealsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang