14 Flashlight

2.5K 315 18
                                    

14 Flashlight

Kiara dan Liam berciuman setelah sumpah pernikahan mereka diucapkan. Sesuai latihan yang mereka lakukan, Kiara hanya diam dan menerima apa yang Liam lakukan. Menerima ciuman lembut itu dengan mata terpejam. Walau hitungan Kiara sudah lebih dari sepuluh detik, tapi dia tetap tidak protes.

Apa Liam sedang menikmati ciuman mereka? Dasar pria menyebalkan!

Semua bertepuk tangan melihat adegan romantis itu. Paras keduanya yang cantik dan tampan, membuat keduanya menjadi pusat perhatian utama para tamu undangan hari ini. Belum lagi posisi Liam yang merupakan cucu kedua dari pemilik perusahaan besar Artherio Group. Mereka semua seperti menyaksikan cerita dongeng dalam dunia nyata.

Acara super mewah itu menjadikan pengantin itu raja dan ratu dalam sehari.

Dan walau Kiara tidak lahir dari kalangan konglomerat, tapi dia dinilai pantas berada di samping Liam. Biar bagaimana pun, Kiara adalah lulusan universitas swasta ternama di Indonesia. Dia juga cerdas dan pintar berkomunikasi. Kiara pandai bisa menempatkan diri dalam setiap situasi.

Kiara tidak pernah mengira jika pernikahannya akan seindah ini. Bahkan jauh lebih indah dari hayalan yang pernah ia bayangkan. Entah amal baik apa yang dilakukan orangtuanya, sehingga dia bisa menikah dengan konglomerat super kaya dan tampan.

Ya walau ini hanya kontrak, dia tetap saja diuntungkan. Kiara mendapat uang, kemewahan, dan penghormatan. Terlebih pernikahan mereka tidak melibatkan hubungan yang selayaknya. You know kan, apa itu?

"Mimpi apa aku harus menciummu?" Liam mencibir Kiara setelah pagutan mereka terlepas. Padahal Liam juga menikmatinya, dan memagutnya berkali-kali. Tapi sikapnya sok sekali! Benar-benar pria munafik!

"Kamu...."

"Senyum, Sayang! Semua orang melihat kita!" Liam tersenyum manis seraya mencubit pipinya. Dan lagi, Kiara hanya bisa menurut dengannya. Protes pun percuma, mau memberi Liam pukulan juga tidak bisa karena banyak orang. Apalagi semua orang mulai berdatangan untuk memberi mereka selamat.

"Istrimu sangat cantik. Seleramu benar-benar seperti mendiang ayahmu, Nak!" Seorang pria paruh baya yang baru saja menghampiri mereka, menepuk pundak Liam dengan ramah. Dia adalah sahabat ayahnya saat beliau masih hidup. Pria itu terlihat bangga dan ikut bahagia.

"Terimakasih Om!"

"Selamat sekali lagi!"

Setelah pria itu berlalu, para tamu undangan lain ikut menyalami mereka dan memberi selamat. Namun pusat perhatian yang tertuju ke arahnya tidak berlangsung lama. Suasana berubah saat suara Dipta dari arah lain terdengar. Pria itu dan istrinya memakai pakaian yang tak kalah indah. Keduanya telah memegang alat musik yang siap untuk dimainkan.

"Selain adikku yang sudah menikah, aku juga telah menikah secara privat dengan wanita cantik ini." Ucapan Dipta disambut tepuk tangan meriah. "Dan hari ini untuk merayakan kebahagian, kami akan memainkan sebuah lagu yang spesial."

Dipta memberi kode kepada Freya untuk memainkan pianonya. Sedangkan dia memainkan alat musik cello untuk memperindah harmonisasi instrument tersebut. Lagu Canon in d dimainan dengan begitu indah dan penuh teknik. Membuat siapa saja yang mendengarnya, akan terbawa suasana dari melodi yang diciptakan.

Lagu tersebut juga di mashup dengan lagu dari Christina Perri A Thousand Years. Suasana pernikahan itu benar-benar hikmat. Kemampuan Dipta dalam bermusik memang tidak bisa diragukan.

Liam sampai menjatuhkan airmatanya mendengar tepuk tangan meriah dari semua orang. Andai orangtuanya masih hidup, hubungan mereka pasti masih sedekat dulu. Kakaknya pasti sudah menjadi musisi yang mendunia. Itu mimpi Dipta sejak kecil. Tapi sayang, tragedi itu mengubah segalanya.

Marriage DealsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang