19

61 4 0
                                    

⬛⬛⬛

"Owalaaa, jadi gitu ceritanya" ujar Sena sambil minum es teh yang tadi ia beli di kantin.

Daniel mengangguk, lelaki itu duduk di sebelah Sena dengan anteng. Setelah menceritakan alasan mengapa dirinya mengatai Sena 'Bikin Trauma' kemarin.

Sena menghadap Daniel,
"Latihan lagi sana, besok pagi udah tanding kan." Titah Sena.

Mata Daniel berbinar,
"Udah gak marah lagi nih?!" Senang Daniel dan Sena jadi cemberut lagi.

"Kalo kamu ngatain aku lagi, ya marah aku." Jawab Sena dengan tangan yang di lipat depan dada.

"Eh eh, gak, ampun kanjeng ratu" ujar Daniel sambil menyatukan kedua tangannya layaknya memuja.

"Hahaha, apa-apaan, udah sana latihan lagi" ujar Sena dan Daniel mengangguk semangat.

Ia menyempatkan mengusap kepala Sena,
"Aku latihan ya cantik, ketemu lagi nanti" pamit Daniel kemudian segera berlari dengan cepat.

Sementara Sena hanya tersenyum dengan pipi memerah karena perlakuan Daniel tadi.

Sesederhana itu kebahagiaan Sena.


⬜◻️◽▫️◽◻️⬜

Waktu pulang sekolah ternyata hujan sangat deras, akhirnya Sena, Dinar dan Rendra jadinya masih nunggu di dalam kelas.

Sena malas pulang kalo hujan-hujan begini, lagian Daniel masih latihan juga dia nanti mau bareng Daniel aja.

Dinar juga, gak mungkin nyuruh bapaknya jemput dia hujan-hujanan, entar nanti terjadi kejadian yang bikin dia dapat beras.

"Eh ren, lo ngapa gak pulang aja ? Bukannya lo bawa mobil?" Ujar Dinar.

"Males, gue pengen disini" ujar Rendra.

"Ciee yang mau sama kita nih yee" goda Dinar dan Rendra melempar penghapus ke kepala Dinar.

"Lagian kunci mobilnya-nya kan di bawa Jendra, lupa lo?" Ujar Rendra.

"Eh iya juga, kan lo belum dapat sim hahahahahaha" ujar Dinar sambil ketawa puas banget.

"Hujannya deras banget.." gumam Sena yang memandangi jendela kelas.

"Iy—"

JDAR!!

"Kyaaa!!"

Tiba-tiba petir menyambar membuat Dinar serta Sena menjerit, tiba-tiba lampu kelas mati membuat suasana jadi mencekam.

Kelas sangat gelap padahal baru pukul 4 sore, tapi karena mendung jadi kelasnya sangat gelap saat mati lampu.

Kedua gadis itu jadi mendekat ke Rendra karena takut,
"Gue takut.." rengek Dinar sambil mencengkram lengan Rendra tak terlalu kuat.

Sena hanya mendekat ke Rendra pokoknya gak mau jauh-jauh dari teman-temannya.
"Gue juga.." ujar Sena.

Tiba-tiba suara dering telefon mengagetkan ketiga manusia itu, dan ternyata itu dari ponsel Rendra.

Rendra melihat, ternyata yang menelfon adalah kembarannya yaitu Jendra.

"Halo?" Ujar Rendra.

"Tot, lo udah pulang belom?" Tanya Jendra di seberang telfon.

"Ya belom tol, kan kuncinya di lo" jawab Rendra.

"Eh iya begonya gue..." Terdengar kekehan dari Jendra.

"Hm" Rendra sudah lelah dengan kelakuan kembarannya ini.

"Gue tunggu di parkiran woy, cepet sini— eh bentar" Jendra menjeda.

"Apaan?" Rendra sudah malas menanggapi.

"Lo sama siapa?"

"Dinar sama Sena"

"Wah kebetulan, ajak bareng aja!"

"Loh Sena katanya mau bareng Daniel" ujar Rendra sambil melirik ke arah Sena yang sedang menatap Rendra juga.

"Gak gak, Daniel masih latihan di lapangan dan bakalan pulang jam 7 malem, dia juga pesen buat nebengin dia" jelas Jendra.

"Walah gitu.. oke, nanti gue sampein ke Sena"

"Ya. Udah cepet sini! Gue tunggu"

"Gue tutup"

Panggilan di tutup Rendra, lelaki itu langsung menatap Sena yang ada di sebelah kirinya.

"Na, kata Jendra tadi, Daniel masih latihan sampai jam 7, dan lo di suruh pulang bareng Jendra sama gue juga" jelas Rendra.

"Lah gue gimana?" Tanya Dinar.

"Ya lo bareng gue juga lah, nar"

"Alhamdulillah, gue kira lo bakalan ninggalin gue disini, jahat banget sih kalo sampe gitu"

"Gimana Na? Mau kan?"

"Oke deh kalo gitu" jawab Sena menyetujui.

"Nah yuk ke parkiran udah di tungguin Jendra" ucap Rendra dan di angguki oleh kedua gadis yang sudah ketakutan karna gelap ini.

Selama perjalan menuju parkiran Dinar tak pernah melepaskan genggamannya pada lengan kanan Rendra.

Sementara itu Sena juga tak pernah jauh-jauh dari Rendra, ia terus dempet-dempet ke Rendra karena lorong sudah sangat gelap gulita.

"Lo takut banget gelap kayaknya" ujar Rendra untuk Dinar agar memecah keheningan.

Dinar terlihat mengangguk,
"Iya, gue pernah di kunciin di lemari sama abang gue. Jadi, semenjak itu gue takut gelap." Jelas Dinar.

"Lo gimana, Na? Kenapa takut gelap?" Kini Rendra menanyai Sena.

"Se-sebenernya gue gak setakut itu sama gelap, cu-cuma takut ada sesuatu yang muncul di gelap-gelap gini.." ujar Sena.

Rendra jadi mikir,
"Maksud lo setan?"

"SHHH! jangan sebut itu! Kalo muncul beneran gimana?!" Sena berujar sambil menggeplak lengan Rendra.

Rendra terkekeh,
"Tenang aja gue punya bekingan"

"Maksud lo? Lo punya bekingan setan?" Tanya Dinar.

"Mungkin bisa di bilang gitu.." jawab Rendra.

"Kok bisa?" Tanya Sena.

"Hmm, sebenarnya gue itu kembar tiga loh" ucap Rendra.

Dan kedua gadis itu kaget,
"Eh seriusan?! Kok lo gaperna cerita sii" ucap Dinar dan Sena ikut mengangguk.

"Laiya! Kenapa lo gak pernah ceritaa!" Kini Sena yang berucap.

"Yakan sekarang cerita ini" jawab Rendra santai.

"Terus satunya kemana? Beda sekolah kah?" Tanya Dinar.

Rendra menggeleng,
"Dia udah meninggal waktu umur 3 tahun."

"E-eh maaf—"

"Gapapa, udah tenang aja gausah gaenak gitu" ujar Rendra.

"Namanya siapa?" Tanya Sena.

Rendra diam ia malah menatap Sena lamat, dan tiba-tiba berujar,
"Kalo gue sebut namanya nanti muncul loh~"

"aaaaa! Jangan gitu dong!" Sena semakin histeris, membuat Rendra tertawa.

Dan tanpa sadar ketiganya sudah sampai di parkiran.













⬜⬜⬜

Bisakah aku menjelaskannya?

⬜⬜⬜

Thanks for reading, vote and comment!! Love you all! ♥️♥️♥️

⬛⬛⬛

B e r b e d a  ⚫  Choi Hyunsuk  [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang