Rasanya ia akan mengutuk siapa saja yang berbicara padanya sekarang, tampangnya yang tajam serta mimik wajah yang datar membuat orang lain di sekitar sana menatapnya was-was
Disepanjang koridor sekolah, Aleon terus menjadi perbincangan setiap orang di sana, hari ini Aleon lebih menakutkan dari biasanya
Sesampainya pemuda itu didepan kelasnya, ia langsung membanting tubuhnya keatas kursi miliknya dipaling belakang ruang kelas, sungguh hari yang menyebalkan
Jaenan, salah satu teman Aleon mendekat, duduk dikursi depan meja Aleon
"Hush! Lo kenapa dah? Sepet bener muka" Tanyanya membolak-balikan wajah Aleon, normal-normal saja, tidak ada yang aneh, wajah pemuda itu tetap terlihat segar seperti biasa
Aleon memutar matanya sebal, "Jaen, lo tau hari ini hari apa?" Tanya Aleon dengan nada cukup cuek, Jaenan sedikit dibuat kaget karenanya, ternyata omongan siswa lain ada benarnya, Aleon sedikit berbeda hari ini
"Hari... Jumat? Kenapa?" Jaenan menjawab dengan ragu, pasalnya Aleon memang tampaknya sedang tidak ingin diganggu
"Lo tau kita jamkos seharian?" Tanya Aleon lagi, mukanya sudah hampir merah sempurna, Jaenan berspekulasi kalau Aleon sungguh sedang tidak dalam mood yang baik
"I..ya? Kan memang gitu. Udah dikasih tau lewat grup wa kan?" Jawab Jaenan dengan agak bingung, harusnya Aleon tahu hal ini
"Harusnya lo kasih tau gue, anjing!" Ledaknya dengan umpatan yang keluar dari sana
"Loh? Kan lo bisa baca—" Belum selesai berbicara, Aleon memotong
"Gue gak bisa buka wa, bodoh! Gue udah kasih tau kalo ada apa-apa bilang lewat line! Ini malah diem aja, pikun ya lo!" Ocehnya yang mungkin saja bisa terdengar sampai keluar kelas
Mampus! Jaenan baru inget lagi, pantas saja pesannya tadi pagi tidak dibaca, dia hanya bisa senyum pepsodent saja kalau begini
"Hehe... peace Le" Ucapnya dengan sangat ramah, lagian bisa-bisanya dia lupa, mana lupanya di waktu Aleon lagi bad mood lagi
Aleon memilih untuk keluar kelas, membasuh wajahnya, rasanya pagi ini terasa lebih panas dari biasanya, padahal matahari tidak menampakkan diri dan membiarkan langit berwarna sedikit kelabu
Dalam perjalanannya ke toilet, Aleon tak sengaja menabrak seseorang, sehingga ia termundur beberapa langkah ke belakang, "Hish.." ringisnya memegangi wajahnya yang tadi berbenturan langsung dengan tubuh orang tersebut
"Aduh! Lo lagi, lo lagi! Apa gak bisa jalan yang bener?" Protes orang tersebut dengan cukup lantang, untung disekitar toilet sana tidak ada orang selain mereka
"Eh, kak Jinan? Sorry gue gak liat ada lo" Balas Aleon dengan wajah berseri
Jinan Alfonso, seseorang yang Aleon kagumi sejak lama, bahkan tidak bisa dibilang sebagai perasaan kagum, Aleon mencintai Jinan pada pandang pertama, entah apa yang menarik pada Jinan sampai ia bisa jatuh cinta bahkan keduanya belum pernah bertemu sebelumnya
"Lo sengaja nabrak gue kan? Iya kan? Modus lo basi, Al!" Tuduh Jinan dengan telunjuknya yang mendorong pundak Aleon ke belakang, kemudian berlalu meninggalkan Aleon disana
Aleon menundukkan kepalanya dan menghela nafas panjang, "Kak Jinan, dengan cara apapun akan gue buat lo ngeliat gue balik!" Ucapnya dengan lantang dan yakin, lagipula ini Aleon, pemuda yang pantang menyerah untuk meraih keinginannya
"Pfft.. dalam mimpi Chandra Aleon!" Aleon berbalik mendapati Jinan masih berada disana, walau posisinya sudah cukup jauh, sepertinya omongannya tadi terdengar lumayan kencang
Aleon tersenyum simpul, berjalan masuk ke dalam toilet, "Dan mimpi gue selalu jadi kenyataan, kak!" Gumamnya pelan sebelum membasuh wajahnya dengan air
***
"Le, proses PDKT lo gimana? Ada kemajuan gak?" Tanya Jaenan sembari menyeruput minumannya, mereka sekarang sedang berada di kantin, menikmati waktu istirahat dengan makanan kantin langganan mereka
Aleon menggeleng, menelan nasi yang ada dimulutnya, "Gue rasa ada, semacam 0,1%, tapi dimata orang lain kita gak ada kemajuan sama sekali, 0%" Lagi-lagi mata Aleon berbinar, selalu seperti itu disaat topiknya adalah pujaan hati seorang Aleon alias orang yang sering ia panggil kak Jinan
Jaenan meneguk tetes terakhir minumannya, bersiap untuk mengomeli temannya itu, "Itu lo tau! Dapetin kak Jinan lo itu mustahil, lo sendiri sadar kalian gak ada kemajuan sama sekali—"
"Kemajuan 0,1%" Potongnya dengan sangat datar, Jaenan itu mendukungnya untuk mendekati Jinan tapi kalau dia menceritakan proses kedekatannya, ujung-ujungnya dia yang diomeli
"Ssht! Denger dulu.." Aleon memutar matanya malas, menatap piring makanannya yang sudah kosong
"Lo gak bisa gini, Le! Lo seenggaknya harus ngubah 0,1% jadi 1%! Kalo dari awal SMA sampai sekarang tetep 0,1%, artinya sama aja gak ada kemajuan" Aleon malas mendengar kata-kata yang sama setiap saat, ia juga tahu kalo usahanya ini tidak akan menghasilkan perubahan bahkan sampai dirinya hilang dari dunia pun mendapatkan Jinan terkesan mustahil
"Ini namanya usaha, Nan. Lo juga dapetin kak Jevano harus 4 tahun lebih, artinya gue juga bisa dapetin kak Jinan" Ucapnya dengan harapan di setiap kata yang keluar, bukan harapan lagi, semacam janji yang harus Aleon tepati, janji pada dunia untuk mendapatkan Jinan
Aleon yang selalu optimis dan penuh ambisi seperti ini lah yang membuat Jaenan kadang merasa khawatir, kalau-kalau suatu kala temannya ini hancur dan berubah, walau Aleon orang yang tegar dan tangguh, dia tetap manusia yang suatu hari nanti pasti akan lelah dan berhenti mengusahakan segalanya, Jaenan mencemaskan banyak hal kalau itu bersangkutan dengan Aleon, dia sudah menganggap laki-laki itu seperti adik kandungnya sendiri
"Udah lah, Nan. Gue tau lo khawatirin gue, tapi gue harap lo bisa sedikit tenang. Ya? Gue jamin gue gak bakal kenapa-napa, 100%!" Aleon meyakinkan Jaenan mengenai dirinya, dia tahu Jaenan seperti apa, selalu peduli dan tulus pada siapapun, dia tahu temannya itu khawatir padanya, hanya saja kali ini semuanya akan aman, setidaknya itu yang Aleon yakini sekarang
Kalian tahu, bukan? Masa depan tidak pernah ada yang tahu, bahkan jika mencoba untuk memprediksi segala kemungkinan yang terjadi, hanya akan ada setitik yang benar-benar terjadi
Begitu juga dengan kehidupan Aleon, sejauh apapun ia memahami dirinya sendiri, dia hanya akan terbawa arus permainan hidup, arus yang ia pikir dikontrol olehnya, nyatanya merupakan takdir tertulis berisikan nasib yang baik maupun buruk
Cast:
Jaemin as Jaenan Widjaja"Ini hidup kawan, kadang lo beruntung, kadang lo sial, bahkan hidup itu antara keberhasilan atau kegagalan. Gue tau lo kuat, tapi itu cuma tipuan semata, dibelakang sana lo perlahan hilang, gue yang kecewa sama lo, kata-kata yang meyakinkan itu semua hanya bualan yang entah kenapa gue percaya. Sekarang kalau gue takut lo kenapa-napa, lo gak bisa buat gue berhenti lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Difficult Way To Loving You | Jichen
Teen FictionApa yang ada di pikiran kalian ketika terbesit kata "tingkat akhir SMA"? Bukankah semacam bersenang-senang dengan teman, belajar untuk ujian akhir, dan berbagai macam kegiatan sekolah yang tak ada habisnya? Juga perasaan untuk bersenang-senang selay...