Kembali lagi ke Hari Senin alias masuk sekolah setelah weekend, Aleon kekeuh ingin tetap masuk walau ibu Jinan sudah melarangnya, Jinan yang kemarin seharian hanya diam membiarkan kedua orang itu untuk beradu pendirian masing-masing, mau ikut menimbrung juga ia akan tetap berakhir sebagai supir
Seperti hari ini, Jinan dan Aleon sedang dalam perjalan ke sekolah, ini masih sekitar jam enam pagi, mereka sengaja berangkat pagi sekali agar saat disekolah tidak banyak yang melihat keduanya bersama, mereka itu sama-sama menghindari yang namanya rumor-rumor aneh tak berdasar yang sudah banyak kali terjadi
Setengah jam lebih sudah ditempuh namun keduanya memilih diam sehingga mobil itu terasa sangat sunyi
"Lo ngobrol apa aja sama ibu kemaren?" Jinan akhirnya membuka suara, ia juga penasaran dengan hal itu namun tidak sempat bertanya kemarin
"Ibu ngomongin hal-hal random, masa kecil beliau, sampe aib-aib lo juga diceritain, random aja pokoknya" Jinan menggeleng membayangkan apa saja yang sudah ibunya ceritakan pada Aleon, entahlah, membayangkannya saja sudah membuatnya malu
"Kalo tentang kita?" Jinan lanjut bertanya, ia sempatkan menoleh ke Aleon, sekarang sedang lampu merah, biasanya lampu merah disini cenderung lama berganti warna
Aleon juga ikut menoleh, tak mengerti dengan pertanyaan Jinan, "Ibu gak ada ngomongin soal pernikahan atau apapun tentang hubungan kita?" Jinan sedikit memperjelas pertanyaannya
Aleon tampak sejenak mengingat-ingat obrolannya kemarin, wajahnya tampak bersemu merah ketika ia ingat salah satu perkataan ibu, Jinan tentu bingung dengan reaksi Aleon
"Jadi, ibu ada ngomong sesuatu?" Jinan kembali memfokuskan perhatiannya pada jalan karena lampu lalu lintas yang sudah berganti warna
"Eng-gak, gak ada" Jawab Aleon sedikit terbata-bata, Jinan tak ambil pusing dan hanya mengangguk paham
"Nah nak Aleon, ibu kebetulan ingat kalau Jinan mau menikahi kamu, kan? Ibu cuma berpesan satu hal sama kamu, Jinan anaknya emang agak susah diatur, dia punya prinsipnya sendiri, ibu juga gak paham, jadi kamu harus banyak sabar sama Jinan, kalau bisa sampe anak itu luluh sama kamu juga ibu rela, ibu capek liat dia kayak gak ada arah gitu" Ucap Ibu Jinan panjang diselingi candaan
Aleon hanya mengangguk-angguk sembari mengingat-ingat pesan itu
"Oh iya, kalian jangan ngelakuin hal aneh-aneh dulu, inget kamu lagi hamil, takut kenapa-napa" Lanjut ibu Jinan lalu kemudian menyesap tehnya, mengabaikan Aleon yang nampak memerah malu
Aleon jelas paham arti omongan ibu Jinan itu, lagipula sudah jelas ia tidak akan melakukan apa-apa dengan Jinan, yang waktu itu saja rasanya menakutkan, ia trauma kalau harus melakukannya lagi sudah gitu dengan Jinan
Setelah bergelut dengan dirinya sendiri untuk menenangkan otaknya yang sedikit gila hanya karena pertanyaan simpel Jinan, Aleon tiba-tiba teringat sesuatu, ia dengan refleks melihat kearah Jinan yang sedang khusyuk menyetir
"Gue mau nanya"
"Hm"
Aleon sedikit mengubah mimik wajahnya sedikit serius atau mungkin... marah?
"Sebelom ke rumah gue buat ngomongin nikah, lo abis dari mana?" Aleon bertanya dan menunggu jawaban Jinan yang sedang memarkirkan mobilnya, tanpa sadar mereka sudah sampai di sekolah
Jinan melepas sabuk pengamannya dan beralih pada Aleon, cukup terkejut karena anak itu memasang wajah yang kurang bersahabat
"Gak dari mana-mana, kenapa?" Jawabnya sedikit heran karena Aleon tiba-tiba bertanya seperti itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Difficult Way To Loving You | Jichen
Ficção AdolescenteApa yang ada di pikiran kalian ketika terbesit kata "tingkat akhir SMA"? Bukankah semacam bersenang-senang dengan teman, belajar untuk ujian akhir, dan berbagai macam kegiatan sekolah yang tak ada habisnya? Juga perasaan untuk bersenang-senang selay...