Hari ini adalah weekend lagi, entah kenapa hari terasa berjalan cepat, sepertinya kebanyakan orang merasa begitu karena tidak dengan remaja laki-laki satu ini
Ia tampak menyesal sembari menyusuri jalan dan kakinya menendang-nendang batu-batuan kecil sebagai pengalihan pikirannya walau tetap sia-sia
"Nasib, nasib" Helaan nafas pasrah terdengar setelahnya
Ia terus berjalan dan kakinya pun membawanya berhenti didepan sebuah kafe, sepertinya menyejukkan pikirannya tidak ada salahnya
Lagi pula ia akan dengan mudah menemukan yang diminta sang teman, bukan?
Oke, oke, mari ulang kejadian beberapa hari yang lalu
***
Prang!
Suara kaca yang dilempar hancur ke dinding mengalihkan perhatian seluruh ruangan itu, beling-beling tepat dibawah dinding itu membuktikan bahwa tak hanya satu yang dilempar tapi sudah banyak sampai berserakan
Teman-teman yang lain muak mendengar salah satu anggota geng mereka seperti menjadi pasien rumah sakit jiwa, salah satu dari mereka pun akhirnya membuka suara,
"Stop, Jinan, anjing! Kasian bego itu tembok gak salah apa-apa lo siksa begitu!" Ia menahan tangan Jinan ketika hendak melempar botol kaca lagi, entah yang ke berapa
Menyedihkan, rambut lepek acak-acakan, mata berkantung, tangan berdarah tergores kaca-kaca tajam, semua itu didapatkannya entah bagaimana
Padahal tadi mereka baru saja pulang sekolah, datang-datang ke mansion sudah ada si gila ini berbaring lemas di sofa tengah, tadinya mereka biarkan saja anak itu uring-uringan sendiri, lama-lama jengah juga, apalagi sudah tujuh botol kaca yang terlempar bebas mengenai dinding hingga hancur berserakan di lantai
"Goblok!" Umpat salah seorang lainnya, satu kata itu ditujukan pada pusat atensi mereka, tanpa sadar yang lain mengangguk menyetujui satu kata itu
Jinan menyeringai, "Segoblok itu kah gue?" Pertanyaan bodoh itu sontak mengundang banyak reaksi jengah dari yang lainnya
"Lo mah udah gosep, bukan goblok lagi" Tanggap asal salah satu dari mereka
"Gosep naon anjir?"
"Goblok spesial" Jawab si pemberi singkatan kata itu
"Pake telor dua"
"Gak pake timun"
"Kerupuknya banyakin"
Sambungan tiga orang lainnya membuat seisi ruangan makin dibuat frustasi akan keadaan
Mereka benar-benar pusing berujung stres dikit karena harus menghadapi Jinan yang sedang aneh hari ini, padahal yang mereka kenal, anak itu adalah yang paling normal dan waras dari pada mereka semua—dalam konteks ini, wajar yang dimaksud sebenarnya tidak jauh beda, tetap brengsek hanya saja tidak semengerikan dan senekat anggota lainnya
Kecuali kejadian yang membuat Jinan menjadi seperti sekarang, mungkin yang satu itu dapat di kualifikasikan sebagai yang tergila dari yang pernah mereka lakukan
"Lagian gue bilang gak usah ya gak usah, bego!" Sebenarnya tidak kesal atau marah sih, mereka hanya frustasi saja dengan keadaan, kata-kata umpatan pun dengan gampang meloloskan diri dari mulut
"Oke, jadi ada yang sukarela buat jelasin ini semua?" Tanya sang ketua geng, lagipula dia dari tadi tidak paham apa-apa, yang jelas Jinan pasti melakukan kesalahan besar sampai berprilaku layaknya orang gila
KAMU SEDANG MEMBACA
Difficult Way To Loving You | Jichen
JugendliteraturApa yang ada di pikiran kalian ketika terbesit kata "tingkat akhir SMA"? Bukankah semacam bersenang-senang dengan teman, belajar untuk ujian akhir, dan berbagai macam kegiatan sekolah yang tak ada habisnya? Juga perasaan untuk bersenang-senang selay...