Pagi ini masih sama seperti hari-hari biasanya, suasana riuh sekolah, canda tawa anak-anak tongkrongan, dan berbagai hal yang sudah sangat sering ditemui ditempat bernamakan sekolah ini
Kalau kebanyakan bahkan hampir semua siswa seperti itu, maka lain hal dengan Aleon dan Jaenan, keduanya memilih menjauh dari keriuhan sekitar dan berdiam di perpustakaan sekolah
Perpustakaan tentu punya peraturan untuk tetap menjaga ketenangan, untuk itu juga mereka disini, agar mendapat ketenangan, selain itu, perpustakaan di sekolah mereka memang seluas itu, tujuannya agar para siswa dapat memperluas pengetahuan dari sana, ya walau akhirnya perpustakaan justru lebih sering terasa sepi
Aleon dan Jaenan juga sama, keduanya hanya mau menumpang tidur dan istirahat, padahal jam selanjutnya akan dimulai sebentar lagi
"Jaen" Panggil Aleon sembari menyentuh-nyentuh lengan temannya menggunakan telunjuknya
Jaenan yang tadinya menidurkan kepalanya di atas meja, mengubah posisi kepalanya menghadap ke arah Aleon seperti mempersilahkan orang itu untuk berbicara
"Bantuin gue" Perkataan singkat Aleon mampu membangkitkan Jaenan sehingga mendudukkan dirinya pada posisi tegak
"Hm? Bantu apa? Lo mau minjem duit? Bokap lo mau balik? Abang lo mukul lagi? Lo—" Jaenan berucap tanpa jeda, membombardir Aleon dengan berbagai pertanyaan
"Gak, enggak Jaen, bukan semua itu" Sela Aleon yang agaknya sedikit menahan tawanya melihat wajah Jaenan yang lucu karena dirinya
"Terus?" Dirinya sudah memposisikan untuk mendengar penuturan Aleon dengan sangat serius
"Bantuin gue dapetin kak Jinan" Aleon berkata dengan sangat riang, lama-lama Jaenan capek lihat wajah berseri Aleon hanya karena Jinan-Jinan itu
"Jinan lagi, Jinan mulu, lo gak bisa ya gak ngomongin Jinan sehari aja?" Aleon menggeleng sebagai jawaban, dia kadang masih bingung, padahal Jaenan juga bisa pacaran sama kak Jevano butuh bertahun-tahun, kenapa dia gak boleh? Kan sama saja?
"Oke... Lo minta bantuan gue, kan? Nih biar gue kasih tau," Aleon bertumpu tangan di atas meja, bersiap mendengar Jaenan dengan penuh senyum di wajahnya
"Bikin doi yang ngejar lo" Finalnya diakhiri tepukan tangan layaknya orang yang mendapat ide yang sangat cemerlang
Aleon menautkan alisnya bingung, "Maksud lo? Gue harus bikin kak Jinan yang tertarik sama gue?" Jaenan mengangguk yakin dengan senyum lebar di wajahnya
"Ya gue gak tau si Jinan-Jinan itu kayak gimana, jadi untuk caranya gue gak bisa ngasih" Jaenan kembali menidurkan kepalanya di atas meja setelah berkata seperti itu
Aleon menyenderkan tubuhnya di senderan bangku perpustakaan, dia masih berpikir cara agar Jinan bisa melihatnya, pasalnya saja sejak pertama berhadapan, Jinan sudah mengatur jarak, memberi tembok pemisah yang besar dan tebal diantara dirinya dan Aleon
Aleon mengacak rambutnya, lama-lama pusing juga, otaknya kalau masalah begini malah tidak bekerja dengan baik
"Lo sendiri dapetin kak Jevano gimana? Dia kan juga susah buat dideketin, ya kecuali di pelet" Aleon menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, mungkin saja cerita Jaenan bisa memberinya inspirasi
"Jevano, ya? Gue dulu juga sempet mau nyerah, bahkan mendekati stress kali, inget kan yang waktu gue nekat terjun dari rooftop sekolah waktu dia nolak ajakan pacaran gue ke... 15 kalinya?" Aleon mengangguk sembari mencoba mengingat kejadian di waktu yang lalu
"Ya gimana? Anak SMP yang perasaannya masih labil, otaknya belum bisa mikir sedewasa itu terus udah komitmen banget buat dapetin balasan cinta dari seseorang, depresi yang ada" Aleon setia mendengarkan penuturan Jaenan, dia ingat jelas bagaimana Jaenan yang pada saat itu bisa diam di kamar dan menangis seharian hanya karena seseorang terbrengsek yang ia kenal saat itu
KAMU SEDANG MEMBACA
Difficult Way To Loving You | Jichen
Teen FictionApa yang ada di pikiran kalian ketika terbesit kata "tingkat akhir SMA"? Bukankah semacam bersenang-senang dengan teman, belajar untuk ujian akhir, dan berbagai macam kegiatan sekolah yang tak ada habisnya? Juga perasaan untuk bersenang-senang selay...