"Le, Jevano ngajak gue ke galeri museum!"
"Hm"
Jevano dan Aleon sekarang sedang berada di pinggiran lapangan basket outdoor, menunggu tim yang dibagi guru olahraga mereka dalam permainan basket kali ini
"Katanya, dia mau sesekali ngedate sama gue, biar sweet kayak couple-couple yang lain gitu" Jaenan memeluk dari samping tubuh Aleon saking senangnya membayangkan dirinya berdua dengan Jevano
Merasa tidak mendapat respons apapun dari Aleon, Jaenan mengalihkan pandangannya, dilihatnya wajah Aleon yang jauh lebih murung dari biasanya, dipukulnya lengan temannya itu
"Kenapa lagi? Jinan?" Tebak Jaenan yang bisa dikatakan tepat sasaran
Aleon tidak menjawab, memandang lurus kearah lapangan basket
"Gak biasa lo bete karena Jinan. Lo diapain lagi sama dia?" Tanya Jaenan sekedar basa-basi, dirinya juga tidak mau terlalu tahu masalah Aleon sebenarnya, lagipula ceritanya akan sama saja
Cukup lama tidak ada suara, Jaenan yang tadinya tersenyum sembari memperhatikan tim basket yang sedang bermain mengubah pandangannya kearah Aleon lagi
"Demi apa?! Lo nangis, Le?!" Pekiknya heboh, ya walau masih tau tempat, jadi berbisik-bisik saja, soalnya Aleon itu jarang nangis bahkan gak pernah, kalau ini dilihat siswa lain, dijamin akan masuk menjadi headline berita sekolah
"Hiks... Jaen, gue izin ke UKS hiks tolong bilang ke guru" Belum sempat Jaenan berbicara, Aleon sudah berlalu lebih dulu ke dalam gedung sekolah
"Pak, Chandra izin ke UKS!" Teriak Jaenan yang dapat mengalihkan perhatian murid-murid lain di sana
Guru-guru lebih mengenal Aleon dengan nama depannya, Chandra, sedangkan siswa-siswi disini cenderung memanggilnya Aleon
Mendapat ibu jari sebagai tanda sangat guru menyetujui, Jaenan langsung berlari masuk ke dalam, mencari Aleon karena tidak mungkin anak itu benar-benar ke UKS, itu hanya alasan saja biar guru mengizinkan
Setelah mencari Aleon sampai berkeliling sekolah, akhirnya Jaenan menemukannya, "Nah ketemu juga"
"Le!" Panggilnya sebelum Aleon berbelok di persimpangan antara kelas 12 dan 11, Jaenan tentu mengikutinya, belum sampai berbelok sepenuhnya, ia memutuskan untuk bersembunyi dibalik tembok
"Shit, ada Jinan lagi"
***
Aleon beranjak ke lantai dua selepas dari lapangan tadi, berjalan cepat sembari menunduk menghapus air matanya yang tak kunjung berhenti
Tidak, Aleon tidak menangis karena Jinan, dia baru saja mendapat kabar bahwa keadaan ibunya sedang sangat kritis dan berada diambang kematian, tentu ia menangis, siapa yang tidak khawatir jika salah satu anggota keluarga sedang berjuang melawan sakit tapi tidak bisa menemani disaat gentingnya
Duk
Karena berjalan menunduk, ia tidak tahu dengan apa yang ada di depannya, tubuhnya yang sebenarnya sudah lunglai akibat menangis pun jatuh begitu saja
"Ck! Aleon, Aleon... Lo gak capek ganggu gue mulu?" Orang tersebut berdecak malas melihat yang menabraknya adalah Aleon
Iya, Jinan orangnya
Melihat Aleon yang tidak kunjung berdiri, Jinan makin berspekulasi yang tidak-tidak padanya, "Ohh... Ini salah satu modus lo lagi? Berharap gue ngulurin tangan buat bantu lo berdiri? Iya?" Meski begitu Aleon masih diam seperti tidak berniat merespons apapun
KAMU SEDANG MEMBACA
Difficult Way To Loving You | Jichen
Teen FictionApa yang ada di pikiran kalian ketika terbesit kata "tingkat akhir SMA"? Bukankah semacam bersenang-senang dengan teman, belajar untuk ujian akhir, dan berbagai macam kegiatan sekolah yang tak ada habisnya? Juga perasaan untuk bersenang-senang selay...