Sepertinya nasib baik sudah pergi menjauh darinya semenjak bersetubuh dengan Jinan
Kejadian-kejadian setelah itu semua hanya meninggalkan ketidaknyamanan dalam pikiran dan hati, rasanya tidak akan ada tenang dalam hidup
"Tuan muda, semua sudah datang, tuan diminta menemui mereka" Kepala Aleon rasanya tambah pening, beluk selesai dengan rasa gelisah yang satu datang lagi yang lainnya
Keluarganya pulang hari ini, keluarga lengkap, ayah, ibu, dan abangnya, Aleon benar-benar ingin memperlambat waktu agar tidak perlu bertemu mereka secepat ini, lagipula tidak perlu berhadapan pun dia sudah mengetahui apa yang akan dikatakan sang kepala keluarga
Iya, tepat dua hari yang lalu, Aleon memberikan nomor sang ayah pada Jinan, mau menghindari ayahnya juga pada akhirnya sang ayah yang akan mengamuk paling besar, dengan begitu, biarlah Jinan langsung berbicara dengan sang ayah, jangan lagi menunda keburukan, biar buruk itu datang lebih cepat agar kebaikan datang secepatnya pula, setidaknya ia berharap begitu
Sambil menyusuri tangan menuju ruang tamu, Aleon berpikir, apa keluarganya tidak akan pulang kalau ia tidak membuat masalah terlebih dahulu? Kalau iya, sudah dari lama ia akan membuat banyak masalah, meski keluarganya tidak pernah menghargainya sebagai anggota keluarga, Aleon tetap mengharapkan kehadiran mereka di depan matanya, ia selalu membayangkan adanya anggota keluarga yang setiap pagi ia lihat sebelum beraktivitas
Juga, apakah Aleon sungguh beban besar bagi mereka? Kenapa mereka tidak pernah menyukai Aleon sedikit pun? Ia sepertinya memang beban, di usia lima tahun dulu, saat ia hendak mengambil makanan di rak kulkas atas, ia terpeleset dan membuat isi kulkas jatuh berhamburan, hal itu membuat dirinya di marahi habis-habisan, menangis pun tidak ada yang peduli, padahal saat itu, harusnya mereka yang salah, mereka tidak ingat ada anak kecil di rumah itu yang belum makan dari pagi sampai harus mengambil makanan sendiri
Ada lagi ketika kelas tiga sekolah dasar, Aleon kecil bermain bersama teman-temannya di taman, ia memutuskan meminjam sepeda abangnya, sepeda yang memang sudah tidak dipakai namun masih diletakkan di garasi, dipakainya sepeda itu untuk belajar sepeda bersama temannya, tapi karena masih tak seimbang, Aleon kecil menabrak sepeda temannya yang lain, ia jatuh dan kedua sepeda yang saling bertabrakan itu rusak, dirumah kembali dimarahi, sudah gitu abangnya bilang ia tidak izin padahal jelas-jelas ia sudah datang ke kamar abangnya hanya untuk meminjam sepeda tak terpakai itu, luka yang tergambar ditubuhnya juga tidak diperhatikan, Aleon juga disuruh untuk bekerja mencari uang untuk mengganti sepeda temannya yang rusak, kata yang sangat ia ingat, "...kamu tidak lebih dari beban hidup saya!"
Malangnya Aleon, semua itu menjadikan Aleon anak yang tidak banyak bertingkah macam-macam layaknya anak kecil pada umumnya, bahkan karena 'beban'nya saat SMP yang tidak seberapa itu membuat keluarganya memutuskan untuk tinggal di China, doktrin di memori otaknya selama 10 tahun hidupnya sejak usia lima tahun itu hanya berputar bahwa dirinya menyusahkan, dirinya tak berguna, dan dirinya tidak berharga
"Udah berapa lama saya gak liat muka kamu?" Suara ayahnya langsung menyapa gendang telinga Aleon yang baru berdiri di hadapan mereka, jarak beberapa meter tampak membuat keempat orang itu bukan lagi menggambarkan sebuah keluarga
"Lama terlantar bikin lo jadi jalang, ya? Hahahaha!" Hinaan abangnya itu menusuk hatinya, dari segala kalimat, kenapa dia tidak terpikir kalimat kotor itu akan keluar juga? Rasanya begitu sakit terlebih dari keluarga sendiri
"Kamu diberi rumah dan isi-isinya tapi masih bisa ngelunjak? Harusnya saya sadar, saya tidak perlu repot-repot membela kamu dari amarah mas Hosue" Lebih dari apapun, kalimat dari ibunya lebih menyakitkan dari ayah ataupun abangnya, selama ini hanya ibunya yang ia percaya, tapi sepertinya selama ini juga sang ibu hanya terpaksa menyayanginya, bahkan untuk menyerah menyayanginya saja sangat mudah
KAMU SEDANG MEMBACA
Difficult Way To Loving You | Jichen
Teen FictionApa yang ada di pikiran kalian ketika terbesit kata "tingkat akhir SMA"? Bukankah semacam bersenang-senang dengan teman, belajar untuk ujian akhir, dan berbagai macam kegiatan sekolah yang tak ada habisnya? Juga perasaan untuk bersenang-senang selay...